Cara Rusia Melawan Sanksi Barat, Geser Perdagangan dan Aliran Energi ke Timur
loading...
A
A
A
MOSKOW - Rusia menegaskan bakal terus melawan sanksi Barat , dengan cara memperluas kerja sama perdagangan dengan mitra barunya. Termasuk meningkatkan ekspor gas secara tajam ke China, sebagai upaya melawan pembatasan yang diterapkan Eropa dan sekutu Baratnya.
Saat pengeluaran untuk perang di Ukraina telah memeras dana untuk kesehatan dan pendidikan, Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pidatonya berjanji bakal meningkat perekonomian, dana pensiun hingga upah minimum.
Putin menerangkan, Rusia akan mengembangkan hubungan ekonominya dengan mitra di Asia, Afrika, dan Amerika Latin untuk menggagalkan upaya Barat untuk mengisolasinya secara ekonomi.
"Kami akan menghapus pembatasan dalam logistik dan keuangan. Izinkan saya mengingatkan Anda bahwa dengan memperkenalkan sanksi, negara-negara Barat berusaha mendorong Rusia ke pinggiran pembangunan dunia. Tapi kami tidak akan pernah mengambil jalur isolasi mandiri," katanya.
"Sebaliknya, kami memperluas dan akan memperluas kerja sama dengan semua yang memiliki kepentingan dalam hal itu," paparnya.
Penjualan energi Rusia ke Uni Eropa (UE) seperti diketahui telah turun tajam sejak dimulainya perang Ukraina pada Februari lalu. Hal itu langsung direspons UE yang bergerak mengurangi ketergantungan pada Moskow di tengah misteri ledakan yang menutup pipa gas Rusia di bawah Laut Baltik.
Putin mengatakan, Rusia akan meningkatkan penjualan gas ke Timur dan menegaskan kembali rencananya untuk membangun pusat gas baru di Turki. Dia mengatakan, bakal menentukan harga untuk penjualan gas ke Eropa menggunakan "platform elektronik".
Rusia mulai menjual gas alam ke China pada akhir 2019 melalui Power of Siberia Pipeline, yang memasok sekitar 10 miliar meter kubik (bcm) gas pada tahun 2021 dan akan mencapai kapasitas penuh 38 bcm pada tahun 2025. Moskow juga merencanakan pipa kedua melalui Mongolia.
Putin membeberkan, proyek-proyek itu akan memungkinkan Rusia untuk meningkatkan penjualan gasnya ke China menjadi 48 bcm per tahun pada 2025 dan menjadi 88 bcm pada 2030.
Pengeluaran Sosial
Saat ekonomi Rusia diperkirakan menyusut 2,5% pada tahun 2022, Putin mengaku ada hambatan, meski Ia mengulangi pernyataannya bahwa ekonomi Barat telah menerima dampak dari sanksi mereka sendiri dalam bentuk lonjakan inflasi.
Tanpa kepastian kapan Perang Ukraina berakhir, Rusia telah menguraikan rencana untuk menghabiskan hampir sepertiga dari anggaran tahun depan untuk pertahanan dan keamanan domestik sambil memotong dana untuk sekolah, rumah sakit, dan jalan.
Akan tetapi Putin, yang diperkirakan mengupayakan pemilihan ulang pada tahun 2024, sedangkan bersusah payah untuk menyakinkan bahwa dia akan melindungi warga termiskin dan paling rentan di Rusia.
"Terlepas dari kesulitan objektif tahun ini, kami akan mencapai hasil positif dalam mengurangi kemiskinan, dan tahun depan kami perlu memperkuat dinamika positif ini," katanya.
Putin menetapkan prioritas bagi pemerintah untuk mencapai kenaikan gaji secara riil pada tahun depan dan mengatakan, upah minimum harus dinaikkan lebih cepat daripada inflasi.
Saat pengeluaran untuk perang di Ukraina telah memeras dana untuk kesehatan dan pendidikan, Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pidatonya berjanji bakal meningkat perekonomian, dana pensiun hingga upah minimum.
Putin menerangkan, Rusia akan mengembangkan hubungan ekonominya dengan mitra di Asia, Afrika, dan Amerika Latin untuk menggagalkan upaya Barat untuk mengisolasinya secara ekonomi.
"Kami akan menghapus pembatasan dalam logistik dan keuangan. Izinkan saya mengingatkan Anda bahwa dengan memperkenalkan sanksi, negara-negara Barat berusaha mendorong Rusia ke pinggiran pembangunan dunia. Tapi kami tidak akan pernah mengambil jalur isolasi mandiri," katanya.
"Sebaliknya, kami memperluas dan akan memperluas kerja sama dengan semua yang memiliki kepentingan dalam hal itu," paparnya.
Penjualan energi Rusia ke Uni Eropa (UE) seperti diketahui telah turun tajam sejak dimulainya perang Ukraina pada Februari lalu. Hal itu langsung direspons UE yang bergerak mengurangi ketergantungan pada Moskow di tengah misteri ledakan yang menutup pipa gas Rusia di bawah Laut Baltik.
Putin mengatakan, Rusia akan meningkatkan penjualan gas ke Timur dan menegaskan kembali rencananya untuk membangun pusat gas baru di Turki. Dia mengatakan, bakal menentukan harga untuk penjualan gas ke Eropa menggunakan "platform elektronik".
Rusia mulai menjual gas alam ke China pada akhir 2019 melalui Power of Siberia Pipeline, yang memasok sekitar 10 miliar meter kubik (bcm) gas pada tahun 2021 dan akan mencapai kapasitas penuh 38 bcm pada tahun 2025. Moskow juga merencanakan pipa kedua melalui Mongolia.
Putin membeberkan, proyek-proyek itu akan memungkinkan Rusia untuk meningkatkan penjualan gasnya ke China menjadi 48 bcm per tahun pada 2025 dan menjadi 88 bcm pada 2030.
Pengeluaran Sosial
Saat ekonomi Rusia diperkirakan menyusut 2,5% pada tahun 2022, Putin mengaku ada hambatan, meski Ia mengulangi pernyataannya bahwa ekonomi Barat telah menerima dampak dari sanksi mereka sendiri dalam bentuk lonjakan inflasi.
Tanpa kepastian kapan Perang Ukraina berakhir, Rusia telah menguraikan rencana untuk menghabiskan hampir sepertiga dari anggaran tahun depan untuk pertahanan dan keamanan domestik sambil memotong dana untuk sekolah, rumah sakit, dan jalan.
Akan tetapi Putin, yang diperkirakan mengupayakan pemilihan ulang pada tahun 2024, sedangkan bersusah payah untuk menyakinkan bahwa dia akan melindungi warga termiskin dan paling rentan di Rusia.
"Terlepas dari kesulitan objektif tahun ini, kami akan mencapai hasil positif dalam mengurangi kemiskinan, dan tahun depan kami perlu memperkuat dinamika positif ini," katanya.
Putin menetapkan prioritas bagi pemerintah untuk mencapai kenaikan gaji secara riil pada tahun depan dan mengatakan, upah minimum harus dinaikkan lebih cepat daripada inflasi.
(akr)