Mengupas 3 Strategi Rusia untuk Melemahkan Dolar AS
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rusia terus berupaya melemahkan dominasi dolar Amerika Serikat (USD) sebagai mata uang pembayaran Internasional. Dimana sanksi ekonomi yang menghujani Moskow, justru dinilai analis memberikan efek negatif terhadap dolar AS.
Terlihat dari mata uang Rubel Rusia yang terus berdiri kokoh di tengah gelombang sanksi Barat yang tidak berhenti terhadap Kremlin akibat agresi militernya ke Ukraina pada 24 Februari 2022, lalu. Bahkan Rubel sempat menjadi mata uang terbaik di dunia pada awal-awal Perang Rusia Ukraina pecah di awal tahun.
Sempat jadi yang terlemah, Rubel semakin kokoh hingga bulan Mei 2022 dengan lonjakan mencapai 20%. Meski sedikit menyusut pada September, tapi Rubel masih mencatatkan kenaikan 19,6% terhadap the greenback.
Rusia disebut telah cukup lama ingin menumbangkan Dolar yang mendominasi pembayaran global. Konflik yang terjadi dimanfaatkan Moskow untuk menyusun strategi dalam upaya melemahkan Dolar AS, di antaranya yakni:
1. Kerek Suku Bunga
Nilai tukar Rubel sempat merosot pada awal Maret hingga menyentuh RUB 150 per USD, untuk menjadi yang terlemah sepanjang sejarah. Dibandingkan akhir tahun 2021, Rubel terpantau merosot lebih dari 101%.
Semua itu akibat dari sanksi Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan sekutunya, dimana setidaknya 7 bank dan institusi Rusia dikeluarkan dari jejaring informasi perbankan internasional atau yang dikenal sebagai SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication), yakni semacam platform jejaring sosial bagi bank.
Ditambah AS juga juga membekukan cadangan devisa bank sentral Rusia yang ditempatkan di luar negeri. Saat itu cadangan devisa Rusia sebesar USD 643 miliar yang sebagian besar berada di Luar Negeri, tidak dapat digunakan untuk mengintervensi pelemahan Rubel.
Terlihat dari mata uang Rubel Rusia yang terus berdiri kokoh di tengah gelombang sanksi Barat yang tidak berhenti terhadap Kremlin akibat agresi militernya ke Ukraina pada 24 Februari 2022, lalu. Bahkan Rubel sempat menjadi mata uang terbaik di dunia pada awal-awal Perang Rusia Ukraina pecah di awal tahun.
Sempat jadi yang terlemah, Rubel semakin kokoh hingga bulan Mei 2022 dengan lonjakan mencapai 20%. Meski sedikit menyusut pada September, tapi Rubel masih mencatatkan kenaikan 19,6% terhadap the greenback.
Rusia disebut telah cukup lama ingin menumbangkan Dolar yang mendominasi pembayaran global. Konflik yang terjadi dimanfaatkan Moskow untuk menyusun strategi dalam upaya melemahkan Dolar AS, di antaranya yakni:
1. Kerek Suku Bunga
Nilai tukar Rubel sempat merosot pada awal Maret hingga menyentuh RUB 150 per USD, untuk menjadi yang terlemah sepanjang sejarah. Dibandingkan akhir tahun 2021, Rubel terpantau merosot lebih dari 101%.
Semua itu akibat dari sanksi Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan sekutunya, dimana setidaknya 7 bank dan institusi Rusia dikeluarkan dari jejaring informasi perbankan internasional atau yang dikenal sebagai SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication), yakni semacam platform jejaring sosial bagi bank.
Ditambah AS juga juga membekukan cadangan devisa bank sentral Rusia yang ditempatkan di luar negeri. Saat itu cadangan devisa Rusia sebesar USD 643 miliar yang sebagian besar berada di Luar Negeri, tidak dapat digunakan untuk mengintervensi pelemahan Rubel.