Awas! Rupiah Bisa Makin Ambruk Usai The Fed Kembali Kerek Suku Bunga
loading...
A
A
A
JAKARTA - Federal Reserve ( The Fed ) atau bank sentral Amerika Serikat telah resmi menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin untuk berada di level 4,25%-4,5% beberapa waktu lalu. Lantas, bagaimana dampaknya terhadap Kterhadap pasar modal di Indonesia.
Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih mengatakan, lonjakan suku bunga di Amerika Serikat dapat mendongkrak nilai mata uang dolar (USD). Investor akan beranjak ke aset safe haven seperti dolar sebagai lindung nilai investasi mereka.
Permintaan yang tinggi terhadap dolar, akan menekan kurs lain sehingga membebani perusahaan tercatat yang memiliki basis perdagangan impor.
"Kenaikan itu memicu depresiasi nilai tukar rupiah, juga berdampak pada imported inflation, sehingga emiten yang menggunakan bahan baku impor akan tertekan terhadap selisih kurs," kata Ratih dalam riset yang diterima MNC Portal Indonesia, dikutip Minggu (18/12/2022).
Lebih jauh, Ratih juga mencermati perusahaan tercatat yang memiliki surat utang skala internasional / global bond. Menurutnya, kurs dolar yang besar dapat membebani ongkos pembayaran mereka.
"Mereka akan memiliki forex losses yang semakin besar dan akan menyebabkan profitabilitas menurun," terangnya.
Bagi Ratih, pelaku pasar modal RI perlu mewaspadai potensi captal outflow di pasar keuangan seperti saham dan obligasi menyusul suku bunga AS yang mendekati 5%.
Menilik data perdagangan sepekan, terjadi aksi jual investor asing di bursa saham mencapai Rp3,72 triliun (all-market). Sedangkan di pasar SBN terdapat aksi beli Rp2,89 triliun per 15 Desember 2022. Adapun nilai tukar rupiah terhadap dolar berada di level Rp15.598 pada akhir pekan ini.
Lihat Juga: Ikuti Webinar MNC Asset Bersama BRI Danareksa Sekuritas, Inovasi dan Peluang Baru: Update Produk Reksa Dana
Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih mengatakan, lonjakan suku bunga di Amerika Serikat dapat mendongkrak nilai mata uang dolar (USD). Investor akan beranjak ke aset safe haven seperti dolar sebagai lindung nilai investasi mereka.
Permintaan yang tinggi terhadap dolar, akan menekan kurs lain sehingga membebani perusahaan tercatat yang memiliki basis perdagangan impor.
"Kenaikan itu memicu depresiasi nilai tukar rupiah, juga berdampak pada imported inflation, sehingga emiten yang menggunakan bahan baku impor akan tertekan terhadap selisih kurs," kata Ratih dalam riset yang diterima MNC Portal Indonesia, dikutip Minggu (18/12/2022).
Lebih jauh, Ratih juga mencermati perusahaan tercatat yang memiliki surat utang skala internasional / global bond. Menurutnya, kurs dolar yang besar dapat membebani ongkos pembayaran mereka.
"Mereka akan memiliki forex losses yang semakin besar dan akan menyebabkan profitabilitas menurun," terangnya.
Bagi Ratih, pelaku pasar modal RI perlu mewaspadai potensi captal outflow di pasar keuangan seperti saham dan obligasi menyusul suku bunga AS yang mendekati 5%.
Menilik data perdagangan sepekan, terjadi aksi jual investor asing di bursa saham mencapai Rp3,72 triliun (all-market). Sedangkan di pasar SBN terdapat aksi beli Rp2,89 triliun per 15 Desember 2022. Adapun nilai tukar rupiah terhadap dolar berada di level Rp15.598 pada akhir pekan ini.
Lihat Juga: Ikuti Webinar MNC Asset Bersama BRI Danareksa Sekuritas, Inovasi dan Peluang Baru: Update Produk Reksa Dana
(akr)