Dibuka Melemah, Tahun 2022 Jadi Periode Roller-Coaster buat Wall Street
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indeks utama Wall Street dibuka melemah pada hari terakhir perdagangan saham tahun ini, Jumat (30/12). Koreksi ini sekaligus menandai tahun 2022 sebagai periode "roller-coaster" yang dipicu suku bunga agresif, tensi Rusia-Ukraina, hingga ancaman resesi global.
Dow Jones Industrial Average (DJI) melemah 0,50% di 33.054,58, S&P 500 (SPX) turun 0,72% di 3.821,60, sedangkan Nasdaq Composite (IXIC) anjlok 1,05% di 10.368,42.
Komponen saham yang paling aktif diperdagangkan di bawah indeks S&P 500 antara lain Tesla, Apple, dan Amazon.com. Tiga top gainers ditempati oleh Teledyne Technologies menanjak 0,37% di USD399,63, L3Harris Technologies naik 0,18% di USD207,03, dan General Mills tumbuh 0,18% di USD84,47, sedangkan top losers diduduki oleh Norwegian Cruise Line yang anjlok 2,25% di USD12,20, Caesars merosot 2,82% di USD40,27, dan EPAM Systems koreksi 2,04% di USD323,99.
Secara historis, ketiga indeks Wall Street membukukan penurunan sepanjang tahun ini, yang notabene pelemahan pertama setelah tiga tahun terakhir nyaman di zona positif. Dua indeks berada dalam jalur penurunan tahunan terbesar sejak krisis keuangan 2008.
Lonjakan inflasi yang fantastis serta tren laju suku bunga menghadirkan kekhawatiran bagi pelaku pasar bahwa pengetatan moneter masih akan terus berlangsung hingga tahun 2023. Saat ini, pelaku pasar modal AS sedang fokus terhadap prospek pendapatan perusahaan akhir tahun, yang diharapkan dapat menggerakkan mesin optimisme di awal 2023, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (30/12/2022).
"(Paruh pertama) tahun 2023 akan lebih baik karena saya percaya The Fed akan berhenti menaikkan suku bunga. Dan saya juga percaya bahwa mereka akan merumuskannya," kata analis pasar Triple D Trading, Dennis Dick.
Sebelumnya, ketiga indeks Wall Street ditutup lebih tinggi pada hari Kamis setelah data pengangguran mengisyaratkan bahwa pengetatan kebijakan The Fed akan mulai berdampak terhadap pasar tenaga kerja AS.
Namun, tanda-tanda ketahanan ekonomi Amerika yang tersaji dalam sejumlah data makroekonomi memicu kekhawatiran bahwa laju suku bunga akan bertahan lebih lama, meskipun tekanan inflasi diproyeksikan melandai.
Dow Jones Industrial Average (DJI) melemah 0,50% di 33.054,58, S&P 500 (SPX) turun 0,72% di 3.821,60, sedangkan Nasdaq Composite (IXIC) anjlok 1,05% di 10.368,42.
Komponen saham yang paling aktif diperdagangkan di bawah indeks S&P 500 antara lain Tesla, Apple, dan Amazon.com. Tiga top gainers ditempati oleh Teledyne Technologies menanjak 0,37% di USD399,63, L3Harris Technologies naik 0,18% di USD207,03, dan General Mills tumbuh 0,18% di USD84,47, sedangkan top losers diduduki oleh Norwegian Cruise Line yang anjlok 2,25% di USD12,20, Caesars merosot 2,82% di USD40,27, dan EPAM Systems koreksi 2,04% di USD323,99.
Secara historis, ketiga indeks Wall Street membukukan penurunan sepanjang tahun ini, yang notabene pelemahan pertama setelah tiga tahun terakhir nyaman di zona positif. Dua indeks berada dalam jalur penurunan tahunan terbesar sejak krisis keuangan 2008.
Lonjakan inflasi yang fantastis serta tren laju suku bunga menghadirkan kekhawatiran bagi pelaku pasar bahwa pengetatan moneter masih akan terus berlangsung hingga tahun 2023. Saat ini, pelaku pasar modal AS sedang fokus terhadap prospek pendapatan perusahaan akhir tahun, yang diharapkan dapat menggerakkan mesin optimisme di awal 2023, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (30/12/2022).
"(Paruh pertama) tahun 2023 akan lebih baik karena saya percaya The Fed akan berhenti menaikkan suku bunga. Dan saya juga percaya bahwa mereka akan merumuskannya," kata analis pasar Triple D Trading, Dennis Dick.
Sebelumnya, ketiga indeks Wall Street ditutup lebih tinggi pada hari Kamis setelah data pengangguran mengisyaratkan bahwa pengetatan kebijakan The Fed akan mulai berdampak terhadap pasar tenaga kerja AS.
Namun, tanda-tanda ketahanan ekonomi Amerika yang tersaji dalam sejumlah data makroekonomi memicu kekhawatiran bahwa laju suku bunga akan bertahan lebih lama, meskipun tekanan inflasi diproyeksikan melandai.
(uka)