Goldman Sachs Tidak Lagi Meramalkan Resesi Bakal Melanda Eropa di Tahun 2023
loading...
A
A
A
NEW YORK - Goldman Sachs memperkirakan ekonomi zona euro akan tumbuh 0,6% di tahun 2023, dibandingkan dengan prediksikontraksi sebelumnya. Membaiknya proyeksi ekonomi Eropa , berkat penurunan harga gas alam dan pembukaan kembali perbatasan China.
"Kami mempertahankan pandangan kami bahwa pertumbuhan kawasan Euro akan lemah selama beberapa bulan saat musim dingin, mengingat krisis energi yang terjadi. Tetapi tidak akan terjadi resesi secara teknis," kata ekonom Goldman Sachs yang dipimpin oleh Sven Jari Stehn dalam sebuah catatan seperti dilansir Reuters.
Bank Wall Street pada November 2022, sempat memperkirakan kontraksi 0,1% bakal terjadi di kawasan Eropa. Resesi teknis biasanya didefinisikan sebagai pertumbuhan negatif selama dua kuartalan berturut-turut dalam produk domestik bruto (PDB).
Inflasi zona euro diperkirakan sekitar 3,25% pada akhir 2023 dibandingkan dengan perkiraan 4,50% sebelumnya, kata para ekonom.
Pada bulan Desember, pertumbuhan harga konsumen di seluruh zona euro melambat menjadi 9,2% dari 10,1% sebulan sebelumnya, seperti diperlihatkan data Eurostat minggu lalu.
Inflasi inti untuk kawasan Eropa juga terlihat melambat menjadi 3,3% pada akhir tahun karena lonjakan harga barang mulai mereda. "Tetapi tekanan diperkirakan masih terjadi pada inflasi jasa karena meningkatnya biaya tenaga kerja," kata Goldman.
Mengingat sifat inflasi yang "lengket", Goldman memperkirakan Bank Sentral Eropa akan tetap hawkish dan memberikan kenaikan 50 basis poin pada Februari dan Maret 2023 sebelum melambat menjadi 25 bps untuk level 3,25% di bulan Mei.
Sementara untuk ekonomi Inggris, Goldman melihat kontraksi yang lebih kecil yakni sebesar 0,7% dalam PDB, dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya yang menyusut sebesar 1%. Sentimen positif hadir, lantaran harga gas grosir yang lebih rendah.
Karena pasar tenaga kerja Inggris yang tetap ketat, bank AS memprediksi kenaikan suku bunga senilai 100 bps lagi oleh Bank of England.
"Kami mempertahankan pandangan kami bahwa pertumbuhan kawasan Euro akan lemah selama beberapa bulan saat musim dingin, mengingat krisis energi yang terjadi. Tetapi tidak akan terjadi resesi secara teknis," kata ekonom Goldman Sachs yang dipimpin oleh Sven Jari Stehn dalam sebuah catatan seperti dilansir Reuters.
Bank Wall Street pada November 2022, sempat memperkirakan kontraksi 0,1% bakal terjadi di kawasan Eropa. Resesi teknis biasanya didefinisikan sebagai pertumbuhan negatif selama dua kuartalan berturut-turut dalam produk domestik bruto (PDB).
Inflasi zona euro diperkirakan sekitar 3,25% pada akhir 2023 dibandingkan dengan perkiraan 4,50% sebelumnya, kata para ekonom.
Pada bulan Desember, pertumbuhan harga konsumen di seluruh zona euro melambat menjadi 9,2% dari 10,1% sebulan sebelumnya, seperti diperlihatkan data Eurostat minggu lalu.
Inflasi inti untuk kawasan Eropa juga terlihat melambat menjadi 3,3% pada akhir tahun karena lonjakan harga barang mulai mereda. "Tetapi tekanan diperkirakan masih terjadi pada inflasi jasa karena meningkatnya biaya tenaga kerja," kata Goldman.
Mengingat sifat inflasi yang "lengket", Goldman memperkirakan Bank Sentral Eropa akan tetap hawkish dan memberikan kenaikan 50 basis poin pada Februari dan Maret 2023 sebelum melambat menjadi 25 bps untuk level 3,25% di bulan Mei.
Sementara untuk ekonomi Inggris, Goldman melihat kontraksi yang lebih kecil yakni sebesar 0,7% dalam PDB, dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya yang menyusut sebesar 1%. Sentimen positif hadir, lantaran harga gas grosir yang lebih rendah.
Karena pasar tenaga kerja Inggris yang tetap ketat, bank AS memprediksi kenaikan suku bunga senilai 100 bps lagi oleh Bank of England.
(akr)