Hipmi: Anggaran Infrastruktur Harus Terserap 100%

Selasa, 23 Desember 2014 - 07:41 WIB
Hipmi: Anggaran Infrastruktur Harus Terserap 100%
Hipmi: Anggaran Infrastruktur Harus Terserap 100%
A A A
JAKARTA - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menyatakan anggaran infrastruktur yang telah dialokasikan dalam APBN harus bisa terserap 100% atau seluruhnya agar dapat menekan biaya logistik yang sangat tinggi.

"Harapan kita ke depan, seluruh anggaran infrastruktur harus terserap untuk dikerjakan agar infrastruktur kita di daerah-daerah memadai," ujar Ketua Bidang Infrastruktur BPP HIPMI, Bahlil Lahadalia saat ditemui dalam program "Kandidat Road to Media"di Gedung MNC, Jakarta, Senin (22/12/2014) malam.

"Biaya logistik kita itu besar, sekitar 24% dari total APBN, dan salah satu persoalannya adalah karena infrastruktur tidak memadai," jelasnya.

Dia menuturkan, dalam pengelolaan anggaran pembangunan infrastruktur sebenarnya tinggal dilihat seberapa besar kemampuan eksekutif dalam menjalankan program tersebut.

"Kan sudah dianggarakan lewat DPR. Kalau penyerapan anggarannya tidak dilakukan, faktornya antara dua. Apakah proses tendernya tidak dilaksanakan atau memang tender sudah dilaksanakan tapi yang mengerjakan itu tidak profesional. Itu saja persoalannya," tegas Bahlil.

Bahlil, yang maju sebagai calon Ketua Umum HIPMI periode 2015-2018, juga menyoroti masalah kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) yang saat ini sudah mencapai 7,75%.

Menurutnya, suku bunga tersebut masih tergolong tinggi bagi kalangan pengusaha. Karena dampaknya akan meningkatkan pula suku bunga kredit perbankan.

"Suku bunga BI rate sekarang 7,75%, dengan demikian maka bunga kredit naik, bunga deposito naik. Kalau bunga kredit naik berarti kan memberatkan pengusaha," imbuhnya.

"Harapan kita ke depan, kalau situasi ekonominya sudah bagus, BI rate harus segera diturunkan agar bunga kreditnya bisa turun juga," lanjut Bahlil.

Mantan Ketua HIPMI Papua ini menilai jika bunga kredit sampai 13-14%, pengusaha seakan-akan kerja hanya cari uang untuk bank.

Menurutnya, Bank Indonesia boleh saja mengeluarkan kebijakan kenaikan BI rate, tapi bunga kredit jangan ikut naik.

"Bunga kredit di Indonesia saat ini tertinggi, mungkin hanya di bank-bank di Indonesia. Di Singapura saja hanya sekitar 2-3%. Jadi, memang kita susah bersaing dengan negara lain karena bunga kredit yang tinggi. Kita juga para pengusaha sepertinya kerja untuk bank saja," tandas Bahlil.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9765 seconds (0.1#10.140)