Pasar Properti Residensial Kurang Berkembang

Jum'at, 21 Agustus 2015 - 23:10 WIB
Pasar Properti Residensial Kurang Berkembang
Pasar Properti Residensial Kurang Berkembang
A A A
SEMARANG - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Jawa Tengah melihat, kondisi pasar properti residensial secara umum pada triwulan II 2015 kurang berkembang. Pergerakannya masih terbatas dan didominasi beberapa area, seperti wilayah Semarang Tengah dan Semarang Selatan.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Jateng, Iskandar Simorangkir mengungkapkan, pasokan rumah primer sudah tidak banyak berkembang di area Kota Semarang. “Dengan rumah primer yang tidak banyak perkembangan, semakin meningkatkan pasokan rumah sekunder dimana harga untuk rumah sekunder tetap tinggi dan semakin diminati,” katanya, kemarin.

Di mengatakan, pergerakan harga untuk harga pasar rumah menengah terindikasi lebih tinggi dibanding pergerakan harga rumah kelas menengah atas.

“Transaksi rumah sekunder secara keseluruhan bervariasi, sebagian daerah mengalami stagnasi, daerah lainnya mengalami penurunan dan kenaikan. Kejadian tersebut tidak hanya terjadi di Semarang tetapi juga kota besar lainnya di Indonesia, sebagai dampak dari pelemahan ekonomi nasional,” jelasnya.

Menurut Iskandar, kondisi perkembangan rumah menengah atas secara umum pada triwulan II 2015 terlihat mengalami pertumbuhan. Sampel rumah menengah atas memiliki luas rata-rata tanah sebesar 314 m2 dengan rata-rata bangunan sebesar 250 m2 dimana setiap rumah memiliki rata-rata ketinggian 2 lantai.

Kenaikan harga tanah dan rumah untuk pasar sekunder terjadi secara merata pada keseluruhan wilayah Semarang dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 1,9% untuk harga tanah dan 2% untuk harga rumah.

Terpisah, Ketua Bidang Promosi dan Publikasi DPD REI Jateng Dibya K Hidayat mengakui, daya beli masyarakat akan perumahan di Jawa Tengah, sejak bulan Januari hingga Mei ini masih cukup lemah, akibat dampak ekonomi yang sampai saat ini belum stabil.

Ketua Bidang Promosi dan Publikasi DPD REI Jateng, Dibya K Hidayat mengatakan, kondisi pasar properti di Jawa Tengah pertumbuhannya sangat lambat pada tahun ini. “Pertumbuhan penjualan perumahan sejak awal tahun hingga bulan ini masih sangat buruk. Hal ini karena daya beli masyarakat yang lemah akibat dari dampak ekonomi yang tidak stabil,” ujarnya.

Dia menyebutkan, sejak Januari hingga sekarang penjualan perumahan mengalami penurunan cukup signifikan, yakni mencapai 30% dibandingkan penjualan tahun lalu.

REI berharap, dengan sudah mulainya beberapa proyek pemerintah diharapkan mampu meningkatkan kegiatan perekonomian. Sehingga, perputaran uang bisa terjadi dan berdampak terhadap daya beli.

Pada semester II 2015, pihaknya tidak bisa berharap terlalu banyak akan terjadi pertumbuhan penjualan, mengingat masih banyak tantangan ekonomi. “Kami berharap kebijakan-kebijakan pemerintah yang digulirkan bisa mendorong peningkatan daya beli masyarakat, untuk menggairahkan penjualan properti,” tandasnya.

Baca: Rupiah Anjlok, Harga Rumah Mewah Terkerek 20%
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5472 seconds (0.1#10.140)