Menperin Minta Masyarakat Indonesia Tak Pesimis Hadapi MEA 2015
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin meminta masyarakat Indonesia tidak pesimis menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang mulai berlaku akhir 2015.
Dia mengakui, lalu lintas perdagangan dan investasi di kawasan regional ini bakal lebih terbuka sehingga memunculkan tantangan dan peluang. Namun, momentum tersebut sedianya harus dilihat sebagai peluang untuk memacu diri.
Diberlakukan MEA 2015 bertujuan untuk menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan kesatuan basis produksi. Akan terjadi free flow atas barang, jasa, faktor produksi, investasi dan modal, serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN.
"Kritis terhadap hal baru itu memang harus, tetapi jangan menjadi pesimis karena sikap ini tidak membawa kita kemana-mana. Malah lalai untuk bersiap diri. Untuk MEA, Indonesia berpeluang meningkatkan diri sebagai negara pengekspor dan akses keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah," katanya seperti dalam rilis di Jakarta, Minggu (27/9/2015).
Saleh menyebutkan, saat ini nilai ekspor industri Indonesia ke negara ASEAN, Jepang dan China hingga Juli 2015 telah mencapai 46,75%, sedangkan untuk negara lainnya mencapai 53,25% dari total ekspor.
Politisi Partai Hanura ini menambahkan, pemberlakuan MEA 2015 juga akan menjadi tantangan bagi Indonesia. Hal ini mengingat penduduk Indonesia yang sangat besar, tentunya akan menjadi tujuan pasar bagi produk-produk Negara ASEAN lainnya.
"Kita tidak menutup mata karena ini riil. Tapi ingat, kita perlu menggunakan sudut pandang yang luas dan timbal balik. Artinya, MEA memang membuka pintu bagi mengalirnya produk Thailand, Malaysia, Vietnam ke Indonesia, tapi produk kita juga sama-sama leluasanya dipasarkan ke sana," tutur dia.
Menurutnya, para pelaku industri kreatif sejatinya sangat berpeluang mendulang keuntungan dari makin terbukanya pasar ASEAN. Apalagi, generasi muda di Tanah Air terkenal dengan kreativitas dan kemampuan menciptakan produk-produk baru berbasis budaya lokal.
"Penguasaan teknologi informasi juga menjadi peluang berusaha dan berkarier saat ini. Siapa yang punya passion di teknologi informasi saat ini? Ya generasi muda termasuk mahasiswa-mahasiswa," akunya.
Dia menambahkan, penguatan daya saing dan penerimaan produk domestik juga menjadi isu utama menghadapi MEA."Untuk itu, langkah konkretnya adalah meningkatkan penggunaan produk-produk yang telah bisa dibuat di dalam negeri," pungkas Saleh.
Dia mengakui, lalu lintas perdagangan dan investasi di kawasan regional ini bakal lebih terbuka sehingga memunculkan tantangan dan peluang. Namun, momentum tersebut sedianya harus dilihat sebagai peluang untuk memacu diri.
Diberlakukan MEA 2015 bertujuan untuk menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan kesatuan basis produksi. Akan terjadi free flow atas barang, jasa, faktor produksi, investasi dan modal, serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN.
"Kritis terhadap hal baru itu memang harus, tetapi jangan menjadi pesimis karena sikap ini tidak membawa kita kemana-mana. Malah lalai untuk bersiap diri. Untuk MEA, Indonesia berpeluang meningkatkan diri sebagai negara pengekspor dan akses keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah," katanya seperti dalam rilis di Jakarta, Minggu (27/9/2015).
Saleh menyebutkan, saat ini nilai ekspor industri Indonesia ke negara ASEAN, Jepang dan China hingga Juli 2015 telah mencapai 46,75%, sedangkan untuk negara lainnya mencapai 53,25% dari total ekspor.
Politisi Partai Hanura ini menambahkan, pemberlakuan MEA 2015 juga akan menjadi tantangan bagi Indonesia. Hal ini mengingat penduduk Indonesia yang sangat besar, tentunya akan menjadi tujuan pasar bagi produk-produk Negara ASEAN lainnya.
"Kita tidak menutup mata karena ini riil. Tapi ingat, kita perlu menggunakan sudut pandang yang luas dan timbal balik. Artinya, MEA memang membuka pintu bagi mengalirnya produk Thailand, Malaysia, Vietnam ke Indonesia, tapi produk kita juga sama-sama leluasanya dipasarkan ke sana," tutur dia.
Menurutnya, para pelaku industri kreatif sejatinya sangat berpeluang mendulang keuntungan dari makin terbukanya pasar ASEAN. Apalagi, generasi muda di Tanah Air terkenal dengan kreativitas dan kemampuan menciptakan produk-produk baru berbasis budaya lokal.
"Penguasaan teknologi informasi juga menjadi peluang berusaha dan berkarier saat ini. Siapa yang punya passion di teknologi informasi saat ini? Ya generasi muda termasuk mahasiswa-mahasiswa," akunya.
Dia menambahkan, penguatan daya saing dan penerimaan produk domestik juga menjadi isu utama menghadapi MEA."Untuk itu, langkah konkretnya adalah meningkatkan penggunaan produk-produk yang telah bisa dibuat di dalam negeri," pungkas Saleh.
(dmd)