Bank Permata Incar Pertumbuhan 10%
A
A
A
JAKARTA - Direktur Ritel Banking PT Bank Permata Tbk, Bianto Surodjo mengatakan, pertumbuhan bisnis tahun ini diperkirakan bisa tumbuh sekitar 5%-10% untuk semua jenis lini konsumer ritel. "Segmen ritel akan tumbuh dengan mengandalkan kontribusi dari segmen UKM dan KPR,” kata Bianto di Jakarta, Selasa (3/5/2016).
Pada segmen konsumer ritel perseroan akan menggenjot bisnis KPR, kredit mobil melalui joint finance, dan kartu kredit. Komposisi di segmen retail banking diperkirakan akan diisi oleh kontribusi segmen UKM sebesar 50%, KPR sebesar 30%, dan sisanya dari kartu kredit dan kredit tanpa agunan.
“Beberapa produk KPR akan kami turunkan suku bunganya dan juga produk lainnya. Ada beberapa yang turun, seperti produk KPR kemudian produk UKM,” papar dia.
Disisi lain, hingga kuartal I tahun 2016, laba operasional sebelum pencadangan perseroan pada kuartal I tahun 2016 mengalami pertumbuhan 7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy).
Pertumbuhan tersebut didukung oleh pertumbuhan pendapatan dengan terus mempertahankan kontrol yang kuat pada biaya.
Direktur Utama Bank Permata, Roy Arfandy mengatakan, perseroan juga mencatatkan kerugian pada kuartal pertama mengingat Bank mengalokasikan beban pencadangan (provision expense) dalam jumlah yang signifikan. “Beban pencadangan yang lebih tinggi ini merupakan langkah terencana yang diambil untuk meningkatkan kualitas aset bank,” ujar Roy.
Dia menuturkan, perseroan juga kini sedang dalam proses menyelesaikan rights issue senilai Rp 5,5 triliun pada paruh pertama 2016. Adapun, total pendapatan operasional tumbuh 4% yoy menjadi Rp 2,17 triliun, didorong oleh peningkatan marjin bunga bersih, pertumbuhan pendapatan berbasis biaya (fee-based income) yang kuat, serta tingginya kenaikan pendapatan syariah sebesar 13%.
Menurut dia, pencapaian-pencapaian tersebut, bersama dengan rights issue senilai Rp5,5 triliun yang rencananya akan dilakukan di bulan Juni, akan memperkuat landasan pertumbuhan bank.
"Pendapatan bunga bersih tumbuh menjadi Rp 1,54 triliun dari Rp 1,50 triliun pada tahun sebelumnya, berkat penurunan biaya pendanaan yang didukung oleh peningkatan porsi giro dan tabungan (CASA), kendati mencatat penurunan kredit sebesar 6%," jelas dia.
Adapun pendapatan berbasis biaya mengalami pertumbuhan menjadi Rp 624 miliar dari Rp594 miliar di tahun sebelumnya, terutama didorong oleh kinerja kegiatan treasury serta layanan investasi yang baik.
Pada segmen konsumer ritel perseroan akan menggenjot bisnis KPR, kredit mobil melalui joint finance, dan kartu kredit. Komposisi di segmen retail banking diperkirakan akan diisi oleh kontribusi segmen UKM sebesar 50%, KPR sebesar 30%, dan sisanya dari kartu kredit dan kredit tanpa agunan.
“Beberapa produk KPR akan kami turunkan suku bunganya dan juga produk lainnya. Ada beberapa yang turun, seperti produk KPR kemudian produk UKM,” papar dia.
Disisi lain, hingga kuartal I tahun 2016, laba operasional sebelum pencadangan perseroan pada kuartal I tahun 2016 mengalami pertumbuhan 7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy).
Pertumbuhan tersebut didukung oleh pertumbuhan pendapatan dengan terus mempertahankan kontrol yang kuat pada biaya.
Direktur Utama Bank Permata, Roy Arfandy mengatakan, perseroan juga mencatatkan kerugian pada kuartal pertama mengingat Bank mengalokasikan beban pencadangan (provision expense) dalam jumlah yang signifikan. “Beban pencadangan yang lebih tinggi ini merupakan langkah terencana yang diambil untuk meningkatkan kualitas aset bank,” ujar Roy.
Dia menuturkan, perseroan juga kini sedang dalam proses menyelesaikan rights issue senilai Rp 5,5 triliun pada paruh pertama 2016. Adapun, total pendapatan operasional tumbuh 4% yoy menjadi Rp 2,17 triliun, didorong oleh peningkatan marjin bunga bersih, pertumbuhan pendapatan berbasis biaya (fee-based income) yang kuat, serta tingginya kenaikan pendapatan syariah sebesar 13%.
Menurut dia, pencapaian-pencapaian tersebut, bersama dengan rights issue senilai Rp5,5 triliun yang rencananya akan dilakukan di bulan Juni, akan memperkuat landasan pertumbuhan bank.
"Pendapatan bunga bersih tumbuh menjadi Rp 1,54 triliun dari Rp 1,50 triliun pada tahun sebelumnya, berkat penurunan biaya pendanaan yang didukung oleh peningkatan porsi giro dan tabungan (CASA), kendati mencatat penurunan kredit sebesar 6%," jelas dia.
Adapun pendapatan berbasis biaya mengalami pertumbuhan menjadi Rp 624 miliar dari Rp594 miliar di tahun sebelumnya, terutama didorong oleh kinerja kegiatan treasury serta layanan investasi yang baik.
(ven)