Tiga Sektor yang Diminati Investor Selandia Baru
A
A
A
JAKARTA - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkapkan tiga sektor yang diminati investor dari Selandia Baru. Kepala BKPM Franky Sibarani mengungkapkan, ketiga sektor itu adalah jasa pendukung kesehatan, sektor infrastruktur pengolahan air bersih berbasis energi terbarukan dan pertanian, dalam hal ini peternakan sapi.
Dia mengatakan, existing investor perusahaan industri pengolahan susu asal Selandia Baru, Fonterra sebelumnya juga menyatakan rencananya untuk memperluas investasinya di Indonesia. Perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah terkait penyederhanaan perizinan direspons positif oleh investor Selandia Baru.
“Terdapat tiga perusahaan dari sektor jasa pendukung kesehatan, sektor infrastruktur dan sektor pertanian yang menyatakan minatnya untuk menanamkan modalnya di Indonesia,” ujarnya, dalam keterangan resmi, Minggu (8/5/2016).
Menurut Franky, untuk sektor jasa pendukung kesehatan yang paling diminati di antaranya adalah dalam bidang usaha klinik laboratorium. Perusahaan tercatat mendominasi pasar jasa kesehatan di Selandia Baru dengan pangsa mencapai 60% dan telah beroperasi selama 10 tahun.
“Mereka akan berpartner dengan perusahaan lokal yang merupakan investment company. Untuk tahap awal mereka belum akan masuk ke klinik namun ke radiologi dan laboratorium terlebih dahulu,” jelasnya.
Lebih lanjut, dia mengemukakan, berdasarkan penjelasan investor, jenis laboratorium yang dibidik adalah deteksi kanker. “Bisnis ini sangat besar, karena pemerintah mengeluarkan kebijakan dan sangat concern terhadap kesehatan nasional,” imbuhnya.
Minat kedua muncul dari perusahaan asal Selandia Baru dengan bisnis penjernihan air bertenaga solar panel. Salah satu skema yang diusulkan adalah Joint Venture sehingga memungkinkan adanya transfer knowledge dari kedua belah pihak. "Proyek investasi di bidang usaha tersebut dapat didaftarkan dengan skema layanan investasi 3 jam," terang Franky.
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal, Himawan Hariyoga menyampaikan bahwa lini bisnis yang diinginkan oleh investor di sektor infrastruktur pengolahan air berbasis energi terbarukan tersebut terbuka untuk asing. “Kami akan bekerjasama dengan KBRI Wellington untuk mengawal minat investasi dari Selandia Baru tersebut,” paparnya.
Minat ketiga adalah untuk berinvestasi di sektor pastoral cattle farm di Papua Barat. Investor menyampaikan bahwa mereka telah menemukan lokasi strategis yaitu di Papua Barat, dimana terdapat lokasi yang merupakan padang rumput datar, sesuai dengan kebutuhan sapi. “Supply sapinya nantinya akan didatangkan dari Australia. Infrastruktur tidak akan menjadi kendala, karena untuk berinvestasi di sektor peternakan sapi, infratruktur yang minim tidak menjadi kendala,” tutur Himawan.
Dukungan pasokan listrik akan didapatkan dari generator sedangkan air terdapat secara natural di lokasi tersebut. “Perusahaan tersebut menyampaikan bahwa kehadiran peternakan sapi tersebut akan berdampak positif terhadap supply sapi potong di Indonesia,” pungkasnya.
Dari data BKPM, sejak 2010 hingga 2015, tercatat realisasi investasi dari Selandia Baru sebesar USD38,2 juta. Dari jumlah tersebut 77% terealisasi di industri makan. Sementara dari sisi komitmen investasi tercatat sebesar USD124,3 juta dengan sektor-sektor yang mendominasi adalah industri makanan, industri kimia, infrastruktur dan pariwisata.
Dia mengatakan, existing investor perusahaan industri pengolahan susu asal Selandia Baru, Fonterra sebelumnya juga menyatakan rencananya untuk memperluas investasinya di Indonesia. Perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah terkait penyederhanaan perizinan direspons positif oleh investor Selandia Baru.
“Terdapat tiga perusahaan dari sektor jasa pendukung kesehatan, sektor infrastruktur dan sektor pertanian yang menyatakan minatnya untuk menanamkan modalnya di Indonesia,” ujarnya, dalam keterangan resmi, Minggu (8/5/2016).
Menurut Franky, untuk sektor jasa pendukung kesehatan yang paling diminati di antaranya adalah dalam bidang usaha klinik laboratorium. Perusahaan tercatat mendominasi pasar jasa kesehatan di Selandia Baru dengan pangsa mencapai 60% dan telah beroperasi selama 10 tahun.
“Mereka akan berpartner dengan perusahaan lokal yang merupakan investment company. Untuk tahap awal mereka belum akan masuk ke klinik namun ke radiologi dan laboratorium terlebih dahulu,” jelasnya.
Lebih lanjut, dia mengemukakan, berdasarkan penjelasan investor, jenis laboratorium yang dibidik adalah deteksi kanker. “Bisnis ini sangat besar, karena pemerintah mengeluarkan kebijakan dan sangat concern terhadap kesehatan nasional,” imbuhnya.
Minat kedua muncul dari perusahaan asal Selandia Baru dengan bisnis penjernihan air bertenaga solar panel. Salah satu skema yang diusulkan adalah Joint Venture sehingga memungkinkan adanya transfer knowledge dari kedua belah pihak. "Proyek investasi di bidang usaha tersebut dapat didaftarkan dengan skema layanan investasi 3 jam," terang Franky.
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal, Himawan Hariyoga menyampaikan bahwa lini bisnis yang diinginkan oleh investor di sektor infrastruktur pengolahan air berbasis energi terbarukan tersebut terbuka untuk asing. “Kami akan bekerjasama dengan KBRI Wellington untuk mengawal minat investasi dari Selandia Baru tersebut,” paparnya.
Minat ketiga adalah untuk berinvestasi di sektor pastoral cattle farm di Papua Barat. Investor menyampaikan bahwa mereka telah menemukan lokasi strategis yaitu di Papua Barat, dimana terdapat lokasi yang merupakan padang rumput datar, sesuai dengan kebutuhan sapi. “Supply sapinya nantinya akan didatangkan dari Australia. Infrastruktur tidak akan menjadi kendala, karena untuk berinvestasi di sektor peternakan sapi, infratruktur yang minim tidak menjadi kendala,” tutur Himawan.
Dukungan pasokan listrik akan didapatkan dari generator sedangkan air terdapat secara natural di lokasi tersebut. “Perusahaan tersebut menyampaikan bahwa kehadiran peternakan sapi tersebut akan berdampak positif terhadap supply sapi potong di Indonesia,” pungkasnya.
Dari data BKPM, sejak 2010 hingga 2015, tercatat realisasi investasi dari Selandia Baru sebesar USD38,2 juta. Dari jumlah tersebut 77% terealisasi di industri makan. Sementara dari sisi komitmen investasi tercatat sebesar USD124,3 juta dengan sektor-sektor yang mendominasi adalah industri makanan, industri kimia, infrastruktur dan pariwisata.
(dmd)