Hunian Kelas Menengah di Yogyakarta Bergeser ke Pinggiran
A
A
A
YOGYAKARTA - Hunian menengah nampaknya masih banyak dilirik pengembang di Yogyakarta, namun trennya mulai bergeser ke daerah pinggiran lantaran harga tanahnya masih terjangkau dibanding di perkotaan. Harga tanah masih menjadi faktor utama penentu harga properti.
Owner CV Baypro Bayu Aji Santosa mengakui hal tersebut. Saat ini, pihaknya tengah melakukan pembangunan hunian menengah dengan harga di bawah Rp500 juta dan di atas harga rumah murah. Untuk menggapai harga di bawah Rp500 juta tersebut, pihaknya memilih lokasi pembangunannya di daerah pinggiran.
Saat ini dia tengah membidik lokasi di seputaran Candi Prambanan yaitu di Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman DIY dan juga Kalasan yang masuk Kabupaten Klaten, Jawa Tengah (Jateng). "Di sana harganya masih terjangkau," tuturnya, Minggu (29/5/2016).
Menurutnya, harga tanah di pinggiran seperti Kalasan hanya sepertiga dari harga tanah di kawasan perkotaan, meski di Kabupaten Sleman. Sehingga, dengan memilih lokasi di daerah pinggiran, maka harga rumah yang dia jual bisa ditekan seminim mungkin.
Harga tanah memang menjadi faktor utama penentu harga rumah ketimbang kenaikan harga bahan bangunan baik pasir ataupun semen dan bahan lain. Di kawasan Kalasan Kabupaten Sleman, harga tanah hanya berkisar Rp1 juta per meter per segi. Sementara di kawasan Kalasan yang masuk ke Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, harganya lebih murah sekitar Rp700 hingga Rp800 ribu per m2.
Sementara di perkotaan, harga tanah sudah dianggap tidak realistis lagi karena mencapai Rp2 juta sampai Rp3 juta per m2. Jika pihaknya memaksa memilih lokasi di perkotaan, maka harga yang dia tawarkan bisa mencapai tiga kali lipat dari harga saat ini.
Bidikan kelas menengah di bawah Rp500 juta tidak akan mampu tercapai jika memilih lokasi perkotaan. "Meski pinggiran, tetapi yang minat juga banyak. Jangan salah," terangnya.
Saat ini, dia memiliki beberapa lokasi pembangunan perumahan tipe Rp500 juta ke bawah. Lokasi tersebut di antaranya di Ledoksari, jalan Wonosari dan juga di Kalasan, baik yang masuk ke Kabupaten Sleman maupun Klaten.
Sejak menangani bisnis properti menengah di pinggiran, 50 unit lebih sudah berhasil dia jual hanya dalam waktu singkat.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Yogyakarta Arief Budi Santosa mengungkapkan, pasar properti di Yogyakarta terus berkembang. Bahkan pertumbuhan bisnis properti di Yogyakarta lebih tinggi daripada rata-rata nasional.
Pada awal 2016 pertumbuhan bisnis properti di Yogyakarta mencapai 12% atau lebih tinggi dibanding rata-rata nasional yang hanya 10%. "Permasalahan utama yang menghambat bisnis ini adalah karena harga tanah," paparnya.
Owner CV Baypro Bayu Aji Santosa mengakui hal tersebut. Saat ini, pihaknya tengah melakukan pembangunan hunian menengah dengan harga di bawah Rp500 juta dan di atas harga rumah murah. Untuk menggapai harga di bawah Rp500 juta tersebut, pihaknya memilih lokasi pembangunannya di daerah pinggiran.
Saat ini dia tengah membidik lokasi di seputaran Candi Prambanan yaitu di Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman DIY dan juga Kalasan yang masuk Kabupaten Klaten, Jawa Tengah (Jateng). "Di sana harganya masih terjangkau," tuturnya, Minggu (29/5/2016).
Menurutnya, harga tanah di pinggiran seperti Kalasan hanya sepertiga dari harga tanah di kawasan perkotaan, meski di Kabupaten Sleman. Sehingga, dengan memilih lokasi di daerah pinggiran, maka harga rumah yang dia jual bisa ditekan seminim mungkin.
Harga tanah memang menjadi faktor utama penentu harga rumah ketimbang kenaikan harga bahan bangunan baik pasir ataupun semen dan bahan lain. Di kawasan Kalasan Kabupaten Sleman, harga tanah hanya berkisar Rp1 juta per meter per segi. Sementara di kawasan Kalasan yang masuk ke Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, harganya lebih murah sekitar Rp700 hingga Rp800 ribu per m2.
Sementara di perkotaan, harga tanah sudah dianggap tidak realistis lagi karena mencapai Rp2 juta sampai Rp3 juta per m2. Jika pihaknya memaksa memilih lokasi di perkotaan, maka harga yang dia tawarkan bisa mencapai tiga kali lipat dari harga saat ini.
Bidikan kelas menengah di bawah Rp500 juta tidak akan mampu tercapai jika memilih lokasi perkotaan. "Meski pinggiran, tetapi yang minat juga banyak. Jangan salah," terangnya.
Saat ini, dia memiliki beberapa lokasi pembangunan perumahan tipe Rp500 juta ke bawah. Lokasi tersebut di antaranya di Ledoksari, jalan Wonosari dan juga di Kalasan, baik yang masuk ke Kabupaten Sleman maupun Klaten.
Sejak menangani bisnis properti menengah di pinggiran, 50 unit lebih sudah berhasil dia jual hanya dalam waktu singkat.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Yogyakarta Arief Budi Santosa mengungkapkan, pasar properti di Yogyakarta terus berkembang. Bahkan pertumbuhan bisnis properti di Yogyakarta lebih tinggi daripada rata-rata nasional.
Pada awal 2016 pertumbuhan bisnis properti di Yogyakarta mencapai 12% atau lebih tinggi dibanding rata-rata nasional yang hanya 10%. "Permasalahan utama yang menghambat bisnis ini adalah karena harga tanah," paparnya.
(izz)