LPS: Kinerja Perbankan RI Masih Sehat
A
A
A
JAKARTA - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menerangkan secara umum kinerja perbankan Indonesia masih relatif sehat apabila dibandingkan dengan negara lain. Hal ini tidak terlepas dari kejadian pada 1998, dimana krisis perbankan telah menghasilkan restrukturisasi perbankan yang sangat masif.
Dengan adanya Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), semua aset buruk perbankan saat itu diambil alih, dikeluarkan dari perbankan, lalu perbankannya di rekapitalisasi. "Dengan demikian, dampak positifnya masih terasa sampai sekarang," kata Kepala Eksekutif LPS Fauzi Ichsan di Jakarta, Jumat (10/6/2016).
(Baca Juga: LPS: Ada 179 Juta Rekening di RI Total Rp4.550 Triliun)
Dia menambahkan jika dilihat dari rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) saat ini berada dikisaran 21%-22%. Sementara rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) ada kecenderungan meningkat, namun masih dalam kisaran yang dapat dikelola dengan baik.
"Gross NPL saat ini dikisaran 2,8-2,9%. Kalau kita bandingkan sewaktu prestasi ekonomi dunia tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Indonesia waktu itu turun 4,5%, sedangkan CAR perbankan Indonesia masih di kisaran 17%, NPL 3,5%. Jadi secara agregat perbankan indonesia masih relatif sehat jika dibandingkan negara lain," ujarnya.
Senada, Anggota Dewan Komisioner LPS Destry Damayanti menambahkan, di tengah sedikit turbulensi perekonomian selama setahun terakhir, kinerja perbankan di Indonesia secara umum meski melambat tetap menunjukkan pertumbuhan positif dengan stabilitas yang juga terus membaik.
Menurutnya hal tersebut tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) yang masih jauh di bawah 100% yakni 90 sampai 91%. Dia menilai, meskipun return on asset (RoA) perbankan Indonesia masih cukup tinggi namun secara keseluruhan kinerja perbankan masih cukup stabil.
"Masih ada bank yang membukukan profit, walaupun ada beberapa bank juga suffering. Tapi overall masih stabil," ungkap dia.
Dengan adanya Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), semua aset buruk perbankan saat itu diambil alih, dikeluarkan dari perbankan, lalu perbankannya di rekapitalisasi. "Dengan demikian, dampak positifnya masih terasa sampai sekarang," kata Kepala Eksekutif LPS Fauzi Ichsan di Jakarta, Jumat (10/6/2016).
(Baca Juga: LPS: Ada 179 Juta Rekening di RI Total Rp4.550 Triliun)
Dia menambahkan jika dilihat dari rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) saat ini berada dikisaran 21%-22%. Sementara rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) ada kecenderungan meningkat, namun masih dalam kisaran yang dapat dikelola dengan baik.
"Gross NPL saat ini dikisaran 2,8-2,9%. Kalau kita bandingkan sewaktu prestasi ekonomi dunia tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Indonesia waktu itu turun 4,5%, sedangkan CAR perbankan Indonesia masih di kisaran 17%, NPL 3,5%. Jadi secara agregat perbankan indonesia masih relatif sehat jika dibandingkan negara lain," ujarnya.
Senada, Anggota Dewan Komisioner LPS Destry Damayanti menambahkan, di tengah sedikit turbulensi perekonomian selama setahun terakhir, kinerja perbankan di Indonesia secara umum meski melambat tetap menunjukkan pertumbuhan positif dengan stabilitas yang juga terus membaik.
Menurutnya hal tersebut tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) yang masih jauh di bawah 100% yakni 90 sampai 91%. Dia menilai, meskipun return on asset (RoA) perbankan Indonesia masih cukup tinggi namun secara keseluruhan kinerja perbankan masih cukup stabil.
"Masih ada bank yang membukukan profit, walaupun ada beberapa bank juga suffering. Tapi overall masih stabil," ungkap dia.
(akr)