BKF Optimistis Target Pertumbuhan Ekonomi 5,2% Tercapai
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara mengemukakan, pemerintah dan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI sepakat asumsi pertumbuhan ekonomi dalam APBN-P 2016 sebesar 5,2%. Dia optimistis angka ini dapat tercapai.
"Khusus tentang ini saya ingin sampaikan satu hal 5,1% atau 5,2%. Bagi kami (target pertumbuhan ekonomi) 5,1% itu realistis, bagi kami juga 5,2% dengan optimisme bahwa anggaran pemerintah telah diserap dengan cepat pada triwulan pertama hingga Mei," ujarnya, dalam dialog dengan para pemimpin redaksi di Jakarta, Kamis (16/6/2016) malam.
Suahasil mengatakan, hal ini didukung ruang kebjakan moneter yang lebih akomoditif serta faktor-faktor lain yang mendukung perekonomian nasional.
"Kami nenyadari ada ruang moneter yang lebih akomodatif. Di mana BI kembali menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (menjadi 6,50%). Dengan adanya kebijakan pemerintah yang lebih akomdotif, kebijakan struktural, paket kebjakan yang dikeluarkan, kita optimistis 5,2% bisa tercapai," jelasnya.
Dia melanjutkan, dalam APBN-P 2016 juga telah disepakati inflasi sebesar 4,0%, kurs rupiah terhadap dolar AS (USD) di angka Rp13.500. Harga minyak (ICP) sebesar USD40 per barel, turun dari asumisi APBN 2015 sebesar USD50/barel, dan naik dari USD35/barel yang diajukan pemerintah di APBN-P 2016.
"Lifting minyak disepakati di antara 820.000 barel per hari (bph), dari yang diajukan 810.000 bph, dan terakhir lipting gas 1,150 juta barel per hari setera minyak, naik dari 1,115 juta barel perhari," terangnya.
"Khusus tentang ini saya ingin sampaikan satu hal 5,1% atau 5,2%. Bagi kami (target pertumbuhan ekonomi) 5,1% itu realistis, bagi kami juga 5,2% dengan optimisme bahwa anggaran pemerintah telah diserap dengan cepat pada triwulan pertama hingga Mei," ujarnya, dalam dialog dengan para pemimpin redaksi di Jakarta, Kamis (16/6/2016) malam.
Suahasil mengatakan, hal ini didukung ruang kebjakan moneter yang lebih akomoditif serta faktor-faktor lain yang mendukung perekonomian nasional.
"Kami nenyadari ada ruang moneter yang lebih akomodatif. Di mana BI kembali menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (menjadi 6,50%). Dengan adanya kebijakan pemerintah yang lebih akomdotif, kebijakan struktural, paket kebjakan yang dikeluarkan, kita optimistis 5,2% bisa tercapai," jelasnya.
Dia melanjutkan, dalam APBN-P 2016 juga telah disepakati inflasi sebesar 4,0%, kurs rupiah terhadap dolar AS (USD) di angka Rp13.500. Harga minyak (ICP) sebesar USD40 per barel, turun dari asumisi APBN 2015 sebesar USD50/barel, dan naik dari USD35/barel yang diajukan pemerintah di APBN-P 2016.
"Lifting minyak disepakati di antara 820.000 barel per hari (bph), dari yang diajukan 810.000 bph, dan terakhir lipting gas 1,150 juta barel per hari setera minyak, naik dari 1,115 juta barel perhari," terangnya.
(dmd)