BI: Deflasi Bulan Agustus 0,06%

Selasa, 23 Agustus 2016 - 01:37 WIB
BI: Deflasi Bulan Agustus...
BI: Deflasi Bulan Agustus 0,06%
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memprediksi, indeks harga konsumen hingga pekan ketiga Agustus 2016 terjadi inflasi minus atau deflasi sebesar 0,06%.

Hal tersebut terjadi lantaran secara musiman dari tahun ke tahun, pada pertengahan Agustus sering terjadi deflasi. Apalagi setelah momentum puncak inflasi pada Juni dan Juli, yang dipicu oleh Ramadhan dan Idul Fitri.

"Puasa memang selalu inflasi lebih tinggi dari biasa dan setelah libur lebaran sudah mulai turun harga. Jadi sampai Agustus nampaknya perkembangannya masih deflasi," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara seusai menghadiri peluncuran BI Institute di Jakarta, Senin (22/8/2016).

Dia melanjutkan, biasanya setelah Idul Fitri, harga-harga terjadi koreksi karena permintaan masyarakat kembali normal. (Baca: Mantan Wapres Boediono Minta Respons Cepat BI Hadapi Krisis)

Dengan demikian kalau sekarang terjadi deflasi, menurut Mirza, hanya faktor musiman saja. Meski begitu, dia menilai, sejauh ini laju inflasi tetap terkendali, terlihat dari inflasi pada Juni dan Juli yang merupakan tren konsumsi tinggi menjadi terendah dalam rata-rata lima tahun terakhir.

"Kemarin itu inflasi ada, tapi tidak setinggi biasanya, sekitar 0,69 persen (month to month) atau 3,21% (yoy) Juli 2016," ungkap dia. Mirza menuturkan, inflasi IHK pada periode Idul Fitri tahun ini cukup terkendali dan lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi periode Idul Fitri dalam empat tahun terakhir.

Hal ini tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang ditempuh Pemerintah serta koordinasi yang kuat antara Pemerintah dan Bank Indonesia dalam menghadapi Idul Fitri. Dia menjelaskan, terkendalinya inflasi terutama bersumber dari inflasi komponen volatile foods (VF) yang terjaga dan inflasi komponen inti yang rendah.

"Hal ini didorong oleh menurunnya harga sejumlah komoditas pangan di tengah meningkatnya permintaan terkait Hari Raya Idul Fitri," kata Mirza. Di sisi lain, inflasi komponen administered prices (AP) terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara, tarif angkutan antar kota dan tarif kereta api.

Ke depan, lanjut Mirza, koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi akan terus dilakukan, khususnya mewaspadai tekanan inflasi volatile foods akibat dampak fenomena La Nina.

"Dengan perkembangan tersebut, inflasi pada akhir tahun 2016 diperkirakan akan berada dalam kisaran sasaran inflasi 2016," paparnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1122 seconds (0.1#10.140)