Pemerintah Ingin Ubah Kawasan Tak Produktif jadi Kawasan Industri
A
A
A
SEMARANG - Beberapa kawasan yang kurang produktif yang ada di Provinsi Jawa Tengah, sejatinya bisa dimanfaatkan untuk pengembangan kawasan industri. Hal ini demi memenuhi kebutuhan para pelaku industri yang masuk ke Jawa Tengah.
Kepala Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan pada tahun 2016, investasi yang masuk ke Jawa Tengah sangat baik dan menunjukan peningkatan dibandingkan tahun lalu. Pihaknya bahkan yakin target investasi yang masuk ke Jateng sebesar Rp27 triliun bisa tercapai pada tahun ini, bahkan melampaui.
Dia mengatakan, investasi yang masuk tidak hanya di daerah yang sudah memiliki kawasan industri, seperti Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kendal dan Demak, juga mulai merambah ke daerah-daerah pinggiran, seperti Brebes, Pemalang hingga Purwodadi.
“Oleh karena itu kami mendorong, daerah-daerah yang masih memiliki kawasan yang tidak produktif untuk bisa dimanfaatkan menjadi kawasan industri. Daerahnya berbukit pun tidak masalah karena kalangan industri memiliki kemampuan untuk itu,” katanya, Jumat (7/10/2016).
Menurutnya dengan dibangun di wilayah yang tidak produktif tidak akan menggangu kawasan sawah lestari, yang bisa menggangu pertanian di Jawa Tengah. “Di Jawa Tengah banyak yang tidak produktif. Saat ini beberapa daerah sudah mulai melakukan kajian ulang terhadap tata ruang,” katanya.
Sambung dia, saat ini di Jawa Tengah sudah memiliki tujuh kawasan Industri. Dan akan bertambah mengingat terdapat tahapan izin prinsip di delapan kawasan serta tahap studi di empat wilayah, diantaranya Pemalang, Semarang, Boyolali dan Brebes. ”Inilah yang saat ini kami dorong,” ujarnya.
Menurut Sujarwanto, adanya pembangunan tol di Jawa Tengah, seperti Ungaran Solo, Tol Brebes, kemudian akan disusul Tol Batang-Semarang, menjadi salah satu daya tarik bagi para pelaku Industri. Industri-industri padat karya pun mulai masuk ke Jawa Tengah.
“Tol yang menghubungkan antara Jakarta dengan Brebes ternyata direspons sangat baik oleh investor. Kebanyakan industri yang masuk ke Jawa Tengah masih bersifat padat karya," katanya.
Ketua Apindo Jawa Tengah, Frans Kongi mengaku tingginya minat investasi di Jateng adalah dampak dari perpindahan industri dari kawasan Jabodetabek yang saat ini sudah over. Karena itu, pihaknya berharap pemerintah bisa terus mendorong peningkatan industri di Jateng untuk mensejahterakan rakyat.
“Yang masih menjadi salah satu kendala adalah infrastruktur, baik itu jalan maupun infrastruktur lainnya,” katanya.
Kepala Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan pada tahun 2016, investasi yang masuk ke Jawa Tengah sangat baik dan menunjukan peningkatan dibandingkan tahun lalu. Pihaknya bahkan yakin target investasi yang masuk ke Jateng sebesar Rp27 triliun bisa tercapai pada tahun ini, bahkan melampaui.
Dia mengatakan, investasi yang masuk tidak hanya di daerah yang sudah memiliki kawasan industri, seperti Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kendal dan Demak, juga mulai merambah ke daerah-daerah pinggiran, seperti Brebes, Pemalang hingga Purwodadi.
“Oleh karena itu kami mendorong, daerah-daerah yang masih memiliki kawasan yang tidak produktif untuk bisa dimanfaatkan menjadi kawasan industri. Daerahnya berbukit pun tidak masalah karena kalangan industri memiliki kemampuan untuk itu,” katanya, Jumat (7/10/2016).
Menurutnya dengan dibangun di wilayah yang tidak produktif tidak akan menggangu kawasan sawah lestari, yang bisa menggangu pertanian di Jawa Tengah. “Di Jawa Tengah banyak yang tidak produktif. Saat ini beberapa daerah sudah mulai melakukan kajian ulang terhadap tata ruang,” katanya.
Sambung dia, saat ini di Jawa Tengah sudah memiliki tujuh kawasan Industri. Dan akan bertambah mengingat terdapat tahapan izin prinsip di delapan kawasan serta tahap studi di empat wilayah, diantaranya Pemalang, Semarang, Boyolali dan Brebes. ”Inilah yang saat ini kami dorong,” ujarnya.
Menurut Sujarwanto, adanya pembangunan tol di Jawa Tengah, seperti Ungaran Solo, Tol Brebes, kemudian akan disusul Tol Batang-Semarang, menjadi salah satu daya tarik bagi para pelaku Industri. Industri-industri padat karya pun mulai masuk ke Jawa Tengah.
“Tol yang menghubungkan antara Jakarta dengan Brebes ternyata direspons sangat baik oleh investor. Kebanyakan industri yang masuk ke Jawa Tengah masih bersifat padat karya," katanya.
Ketua Apindo Jawa Tengah, Frans Kongi mengaku tingginya minat investasi di Jateng adalah dampak dari perpindahan industri dari kawasan Jabodetabek yang saat ini sudah over. Karena itu, pihaknya berharap pemerintah bisa terus mendorong peningkatan industri di Jateng untuk mensejahterakan rakyat.
“Yang masih menjadi salah satu kendala adalah infrastruktur, baik itu jalan maupun infrastruktur lainnya,” katanya.
(ven)