Dua Tahun Jokowi-JK, Rasio Elektrifikasi Naik Tipis
A
A
A
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengungkapkan, dalam dua tahun masa pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (Jokowi-JK), rasio elektrifikasi telah mencapai 89,53%. Angka ini naik tipis atau sekitar 5% dibanding rasio elektrifikasi pada tahun sebelumnya.
Dia menyebutkan, rasio elektrifikasi nasional pada 2014 adalah sekitar 84,12%, pada 2015 naik menjadi 88,30%, dan hingga Agustus 2016 naik menjadi sekitar 89,53%. Sementara konsumsi listrik per kapita yaitu 947,7 kilowatt hour (kWh).
"Capaian dua tahun Kementerian ESDM, rasio elektrifikasi naik 5% dalam dua tahun. Memang kalau dikatakan apa prestasi dua tahun bisa menaikkan lima persen jawabannya ya tidak, karena pembangunan infrastruktur itu keberlanjutan," kata Jonan dalam Konferensi Pers Dua Tahun Kinerja Jokowi-JK di Gedung Bina Graha, Jakarta, Kamis (27/10/2016).
Menurutnya, pemerintah selalu berkomitmen melakukan pemerataan dan keadilan di sektor kelistrikan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Mantan Menteri Perhubungan ini menargetkan rasio elektrifikasi nasional mencapai 97%. "Tagetnya pada 2019 rasio elektrifikasi dengan rumus yang sama sampai 97%, tinggal pemerataannya," imbuh dia.
Selain penyediaan listrik untuk rumah tangga dan industri, tambah Jonan, pemerintah juga akan menyediakan listrik untuk fasilitas umum lainnya.
"Menjadi tantangan besar itu adalah pemerataan karena elektrifikasi itu hitungannya jumlah rumah tersambugn listrik dibagi jumlah rumah tangga yang ada. kalau ditambah fasilitas umum, fasilitas sosial pasti itu kurang. Ini yang harus kita kejar," tuturnya.
Mantan Bos PT Kereta Api Indonesia (Persero) ini menilai, program kelistrikan 35.000 Megawatt (MW) adalah jalan keluarnya. Berdasarkan data Kementerian ESDM per September 2016, status program 35.000 MW dan Fast Track Programme (FTP) 7.000 MW adalah perencanaan 7.654 MW, pengadaan 10.481 MW, Kontrak Belum Konstruksi 8.641 MW, kontrak konstruksi (yang termasuk 7.000 MW) sebesar 12.317 MW, pebangkit yang sudah beroperasi secara komersil sebesar 4.133 MW.
Dia menyebutkan, rasio elektrifikasi nasional pada 2014 adalah sekitar 84,12%, pada 2015 naik menjadi 88,30%, dan hingga Agustus 2016 naik menjadi sekitar 89,53%. Sementara konsumsi listrik per kapita yaitu 947,7 kilowatt hour (kWh).
"Capaian dua tahun Kementerian ESDM, rasio elektrifikasi naik 5% dalam dua tahun. Memang kalau dikatakan apa prestasi dua tahun bisa menaikkan lima persen jawabannya ya tidak, karena pembangunan infrastruktur itu keberlanjutan," kata Jonan dalam Konferensi Pers Dua Tahun Kinerja Jokowi-JK di Gedung Bina Graha, Jakarta, Kamis (27/10/2016).
Menurutnya, pemerintah selalu berkomitmen melakukan pemerataan dan keadilan di sektor kelistrikan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Mantan Menteri Perhubungan ini menargetkan rasio elektrifikasi nasional mencapai 97%. "Tagetnya pada 2019 rasio elektrifikasi dengan rumus yang sama sampai 97%, tinggal pemerataannya," imbuh dia.
Selain penyediaan listrik untuk rumah tangga dan industri, tambah Jonan, pemerintah juga akan menyediakan listrik untuk fasilitas umum lainnya.
"Menjadi tantangan besar itu adalah pemerataan karena elektrifikasi itu hitungannya jumlah rumah tersambugn listrik dibagi jumlah rumah tangga yang ada. kalau ditambah fasilitas umum, fasilitas sosial pasti itu kurang. Ini yang harus kita kejar," tuturnya.
Mantan Bos PT Kereta Api Indonesia (Persero) ini menilai, program kelistrikan 35.000 Megawatt (MW) adalah jalan keluarnya. Berdasarkan data Kementerian ESDM per September 2016, status program 35.000 MW dan Fast Track Programme (FTP) 7.000 MW adalah perencanaan 7.654 MW, pengadaan 10.481 MW, Kontrak Belum Konstruksi 8.641 MW, kontrak konstruksi (yang termasuk 7.000 MW) sebesar 12.317 MW, pebangkit yang sudah beroperasi secara komersil sebesar 4.133 MW.
(akr)