Sri Mulyani Sebut Pemulihan Ekonomi AS Sangat Cepat
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menilai, pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) sangat cepat pasca krisis global 2008. Perekonomian Negeri Paman Sam terus melesat hingga saat ini, meski ada sedikit pelemahan.
"AS selama dua tahun terakhir sebagai negara kena krisis pada 2008-2009 recover sangat cepat. Mereka tumbuh cepat setelah krisis, hari ini pertumbuhan ekonomi dia hanya 1,5%, melemah," ujarnya di Jakarta, Rabu (23/11/2016).
Menurutnya, krisis global 2008 telah selesai tapi dampaknya masih terasa hingga sekarang. Perdagangan internasional bergerak tidak biasa, pertumbuhannya tidak lagi lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi dunia.
"Sejak krisis finansial pada 2008, setelah hampir 10 tahun, perdagangan internasional lebih lemah dari pertumbuhan ekonomi dunia. Sebelumnya pertumbuhan ekonomi dunia didorong oleh perdagangan dunia," kata mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini.
Dampak tersebut, lanjut Menkeu, melibatkan banyak negara di berbagai belahan dunia seperti Afrika. Sebelum krisis 2008, perekonomian mereka masih terus tumbuh.
"Semua terjadi di semua negara termasuk Afrika yang biasanya di dekade sebelum 2008 terus tumbuh. Sekarang melemah setelah 2008. Negara penghasil komoditas seperti Rusia, Afrika Selatan, Brazil mengalami pertumbuhan negatif tahun lalu tapi kuartal III ini mulai recover," tuturnya.
Sri Mulyani menyebutkan, angka pertumbuhan perdagangan internasional melemah menjadi hanya 1,5%. Dibanding pertumbuhan ekonomi dunia yang mencapai 3%, situasi ini membuat banyak negara kesulitan mengandalkan pasar ekspor.
"Perdagangan internasional melemah jadi 1,5%, pertumbuhan ekonomi dunia 3%. Banyak negara andalkan pasar ekspor sangat kesulitan dan yang tidak punya pasar ekspor akan down karena harga komoditas ikut lemah," pungkas dia.
"AS selama dua tahun terakhir sebagai negara kena krisis pada 2008-2009 recover sangat cepat. Mereka tumbuh cepat setelah krisis, hari ini pertumbuhan ekonomi dia hanya 1,5%, melemah," ujarnya di Jakarta, Rabu (23/11/2016).
Menurutnya, krisis global 2008 telah selesai tapi dampaknya masih terasa hingga sekarang. Perdagangan internasional bergerak tidak biasa, pertumbuhannya tidak lagi lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi dunia.
"Sejak krisis finansial pada 2008, setelah hampir 10 tahun, perdagangan internasional lebih lemah dari pertumbuhan ekonomi dunia. Sebelumnya pertumbuhan ekonomi dunia didorong oleh perdagangan dunia," kata mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini.
Dampak tersebut, lanjut Menkeu, melibatkan banyak negara di berbagai belahan dunia seperti Afrika. Sebelum krisis 2008, perekonomian mereka masih terus tumbuh.
"Semua terjadi di semua negara termasuk Afrika yang biasanya di dekade sebelum 2008 terus tumbuh. Sekarang melemah setelah 2008. Negara penghasil komoditas seperti Rusia, Afrika Selatan, Brazil mengalami pertumbuhan negatif tahun lalu tapi kuartal III ini mulai recover," tuturnya.
Sri Mulyani menyebutkan, angka pertumbuhan perdagangan internasional melemah menjadi hanya 1,5%. Dibanding pertumbuhan ekonomi dunia yang mencapai 3%, situasi ini membuat banyak negara kesulitan mengandalkan pasar ekspor.
"Perdagangan internasional melemah jadi 1,5%, pertumbuhan ekonomi dunia 3%. Banyak negara andalkan pasar ekspor sangat kesulitan dan yang tidak punya pasar ekspor akan down karena harga komoditas ikut lemah," pungkas dia.
(izz)