Dorong Daya Saing, Biaya Logistik Ditarget Turun 5%
A
A
A
JAKARTA - Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) menilai, pencapaian pertumbuhan ekonomi berkelanjutan seharusnya dibarengi penguatan daya saing industri logistik nasional yang saat ini sudah tidak bisa terlepas dari mata rantai pasok di lingkup global.
Menurut Ketua Umum ALFI Yuki Nugrahawan Hanafi, pemerintah harus meningkatkan peran mendorong daya saing industri logistik, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang besar tengah menjadi target pasar pemain global.
"Untuk menumbuhkan perekonomian nasional yang berkelanjutan harus dimulai juga dari penguatan daya saing di industri logistik. Untuk menjalankan kegiatan usaha di dunia ini tidak akan lepas dari supply chain," kata Yuki di Hotel Borobudur Jakarta, Rabu (23/11/2016).
Menurutnya industri logistik nasional saat ini merupakan masuk negara 10 besar dengan pertumbuhan tertinggi. Hal ini ditopang besarnya jumlah penduduk hanya saja belum sepenuhnya terlayani secara optimal.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Asia Tenggara dan masuknya pemain global ke mata rantai pasok industri logistik, Indonesia harus meningkatkannya secara optimal. "Kami yakin pertumbuhan (industri) logistik kita menjadi tertinggi jika kita mampu menyelesaikan the bottleneck," kata Yuki.
Yuki memperkirakan, penguatan kerja sama asosiasi logistik dan pemerintah akan mampu menekan biaya logistik di 2017 hingga mencapai 5%. "Saat ini logistik performance index kita terus menurun dari peringkat 53 dunia menjadi peringkat 63. Jadi harus ada sinergi yang kuat untuk mengembangkan logistik," ucapnya.
Dia mengungkapkan pada Maret 2017 mendatang, ALFI bersama Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) akan menggelar pameran logistik terbesar di dunia dengan menggandeng ITE Group Pte dan Deutsche Messe bertajuk CeMat South East Asia di ICE BSD City pada 2-4 Maret 2017.
"Pameran itu diharapkan bisa menurunkan biaya logistik di 2017 setidaknya lima persen. Ini akan menjadi solusi bagi pemerintah. Tetapi kalau pemerintah tidak ikut di eksibisi ini, berarti pemerintah memang tidak niat memperbaiki (industri) logistik," papar Yuki.
Di tempat yang sama, Direktur Industri, Transportasi dan Logistik ITE Group Pte, Laurent Noel mengatakan, sinergi antara ITE dan Deutsche Messe akan menjadi jalan keluar bagi pemerintah untuk menyelesaikan masalah di industri logistik.
"Sekarang saat paling tepat menggelar eksibisi, mengingat pada 2017 mendatang, pemerintah Indonesia akan menyelesaikan bagian pertama proyek infrastruktur baru di Pulau Jawa, Sumatra dan Kalimantan yang akan merangsang pertumbuhan ekonomi derah," ujar Laurent.
Noel menambahkan, pameran intralogistik pada tahun 2017 mendatang juga bertepatan dengan momentum integrasi pasar tunggal masyarakat ekonomi ASEAN yang tengah berkembang pesat dan menjadi salah satu logistic hub terpenting di dunia.
Menurut Ketua Umum ALFI Yuki Nugrahawan Hanafi, pemerintah harus meningkatkan peran mendorong daya saing industri logistik, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang besar tengah menjadi target pasar pemain global.
"Untuk menumbuhkan perekonomian nasional yang berkelanjutan harus dimulai juga dari penguatan daya saing di industri logistik. Untuk menjalankan kegiatan usaha di dunia ini tidak akan lepas dari supply chain," kata Yuki di Hotel Borobudur Jakarta, Rabu (23/11/2016).
Menurutnya industri logistik nasional saat ini merupakan masuk negara 10 besar dengan pertumbuhan tertinggi. Hal ini ditopang besarnya jumlah penduduk hanya saja belum sepenuhnya terlayani secara optimal.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Asia Tenggara dan masuknya pemain global ke mata rantai pasok industri logistik, Indonesia harus meningkatkannya secara optimal. "Kami yakin pertumbuhan (industri) logistik kita menjadi tertinggi jika kita mampu menyelesaikan the bottleneck," kata Yuki.
Yuki memperkirakan, penguatan kerja sama asosiasi logistik dan pemerintah akan mampu menekan biaya logistik di 2017 hingga mencapai 5%. "Saat ini logistik performance index kita terus menurun dari peringkat 53 dunia menjadi peringkat 63. Jadi harus ada sinergi yang kuat untuk mengembangkan logistik," ucapnya.
Dia mengungkapkan pada Maret 2017 mendatang, ALFI bersama Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) akan menggelar pameran logistik terbesar di dunia dengan menggandeng ITE Group Pte dan Deutsche Messe bertajuk CeMat South East Asia di ICE BSD City pada 2-4 Maret 2017.
"Pameran itu diharapkan bisa menurunkan biaya logistik di 2017 setidaknya lima persen. Ini akan menjadi solusi bagi pemerintah. Tetapi kalau pemerintah tidak ikut di eksibisi ini, berarti pemerintah memang tidak niat memperbaiki (industri) logistik," papar Yuki.
Di tempat yang sama, Direktur Industri, Transportasi dan Logistik ITE Group Pte, Laurent Noel mengatakan, sinergi antara ITE dan Deutsche Messe akan menjadi jalan keluar bagi pemerintah untuk menyelesaikan masalah di industri logistik.
"Sekarang saat paling tepat menggelar eksibisi, mengingat pada 2017 mendatang, pemerintah Indonesia akan menyelesaikan bagian pertama proyek infrastruktur baru di Pulau Jawa, Sumatra dan Kalimantan yang akan merangsang pertumbuhan ekonomi derah," ujar Laurent.
Noel menambahkan, pameran intralogistik pada tahun 2017 mendatang juga bertepatan dengan momentum integrasi pasar tunggal masyarakat ekonomi ASEAN yang tengah berkembang pesat dan menjadi salah satu logistic hub terpenting di dunia.
(ven)