LPS Khawatirkan Kenaikan Suku Bunga Simpanan Bank

Kamis, 12 Januari 2017 - 21:01 WIB
LPS Khawatirkan Kenaikan Suku Bunga Simpanan Bank
LPS Khawatirkan Kenaikan Suku Bunga Simpanan Bank
A A A
JAKARTA - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat adanya tren kenaikan suku bunga simpanan perbankan di akhir tahun 2016. LPS mengkhawatirkan target pertumbuhan kredit perbankan di 2017 akan mengerek suku bunga simpanan (time deposit) ke level atas setelah sebelumnya mengalami penurunan.

Direktur Eksekutif Penjaminan dan Manajemen Risiko LPS Didik Madiyono memaparkan likuiditas perbankan masuk dalam risiko perekonomian dan stabilitas sistem keuangan (SSK) yang akan dihadapi pada tahun 2017. Rasio likuiditas perbankan atau LDR diperkirakan mengalami pengetatan. Sementara rencana ekspansi kredit 2017 diperkirakan di level 10-12% akan membutuhkan dukungan dana masyarakat atau DPK. Di akhir tahun 2016 tercatat tren kenaikan suku bunga simpanan yang jarang terjadi baik untuk rupiah ataupun valas.

“Ada tren kenaikan tingkat bunga simpanan khususnya time deposit, baik rupiah dan valas. Mulai akhir tahun ini baru terjadi, sedangkan di periode ini biasanya menurun. Peningkatannya di tingkat bunga, maksimal untuk rupiah naik 4 basis poin dan valas naik 16 basis poin. Untuk valas wajar naik akibat merespon kenaikan suku bunga di AS,” ujar Didik dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (12/1/2017).

Dia mengatakan kenaikan suku bunga simpanan khususnya terlihat di bank besar atau BUKU 3 dan 4. Salah satu yang diperhatikan oleh LPS ialah bank BCA. Sedangkan bank BUKU 1 dan 2 belum terlalu agresif namun juga tidak terlepas dari masalah likuiditas."Bank buku 3 dan 4 yang kami pantau melakukan kenaikan suku bunga simpanannya seperti BCA. Perkembangan sejumlah faktor risiko eksternal perlu dicermati karena dapat berpengaruh bagi kondisi likuiditas," ujarnya.

Beberapa faktor eksternal juga dinilai dapat berpengaruh pula kepada Indonesia. Risiko pertama adalah transisi kepemimpinan politik di beberapa negara utama dunia, termasuk di AS dan beberapa negara kawasan Eropa. Selain faktor terpilihnya presiden terpilih AS Donald Trump, beberapa negara juga akan melangsungkan pemilihan umum pada tahun 2017."Perancis akan mengadakan pemilu pada April sampai Juni 2017. Jerman akan mengadakan pemilu pada Februari dan September 2017," ujar Didik.

Selain itu, ada pula faktor risiko berupa dampak kebijakan bank sentral AS Federal Reserve yang cenderung akan menaikkan suku bunga. LPS memprediksi, The Fed akan menaikkan suku bunga acuan Fed Fund Rate sebanyak dua kali pada tahun 2017 hingga mencapai level 1,25%.

Di samping itu, kondisi perekonomian di China juga dipandang LPS sebagai risiko terhadap perekonomian dan SSK pada tahun 2017. Risiko dari Negeri Tirai Bambu tersebut mencakup risiko pada pertumbuhan ekonomi dan respon kebijakan yang diambil.

Dari dalam negeri, risiko yang dipantau adalah inflasi pada tahun 2017. Didik menyampaikan, risiko inflasi tersebut berasal dari komponen administered prices atau harga yang diatur pemerintah, yakni terkait kebijakan harga bahan bakar minyak (BBM), tarif listrik, harga elpiji, tarif STNK, dan cukai rokok.

Adapun risiko lainnya adalah terkait likuiditas perekonomian. Hal ini mencakup NFA atau net foreign asset, level loan to deposit ratio (LDR) perbankan yang tinggi, dan ekspansi kredit. “Dalam kredit bermasalah atau NPL kami prediksi akan menurun atau di bawah 3%. Hal ini didorong oleh kenaikan daya beli masyarakat,” ujarnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4013 seconds (0.1#10.140)