Sri Mulyani Optimistis Pertumbuhan Ekonomi 2017 Capai 5,2%
A
A
A
JAKARTA - Akhirnya RUU APBN Perubahan 2017 disahkan Dewan Perwakilan Rakyat. Menariknya, asumsi pertumbuhan ekonomi dipatok 5,2%. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan asumsi ekonomi 2017 ini lebih optimistis ketimbang sebelumnya, yaitu diprediksi 5,1%.
Usai menghadiri paripurna di DPR, Sri Mulyani hakul yakin dapat mencapai pertumbuhan ekonomi 5,2%. Ia mengatakan asumsi posisi ekonomi ke depan bakal direspons positif oleh para pelaku bisnis di Indonesia.
"Kondisi keuangan dan kebijakan pemerintah saat ini akan dapat dipakai sebagai sinyal positif untuk pelaku bisnis," ujarnya, Kamis (27/7/2017).
Selain pertumbuhan ekonomi 5,2%, tingkat inflasi ditargetkan 4,3%, nilai tukar rupiah sebesar Rp13.400 per dolar Amerika Serikat, tingkat suku bunga 5,2%, dan harga minyak sebesar USD48 per barel.
Sri Mulyani juga menyatakan, penerimaan perpajakan tumbuh sebesar 9,61%. Bahkan bila dikurangi dengan tax amnesty masih bisa tumbuh sekitar 5%. Nah, untuk sektor penyerapan belanja, ia menyatakan semakin membaik, berbekal dari defisit semester I 2017 yang hanya 1,2%. "Ini jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu," katanya.
Keseimbangan primer (penerimaan negara dikurangi belanja negara), kata Sri Mulyani, juga dapat dikelola di level negatif Rp68,2 triliun. Dan angka ini jauh lebih kecil dibandingkan tahun lalu sebesar Rp143,4 triliun.
"Dengan pola defisit yang cukup terkoreksi dan dikelola dengan hati-hati, dan utang tersebut diperuntukkan hal yang produktif. Ini bisa mendobrak pertumbuhan ekonomi sehingga tidak menimbulkan risiko di tahun yang akan datang," katanya meyakinkan.
Usai menghadiri paripurna di DPR, Sri Mulyani hakul yakin dapat mencapai pertumbuhan ekonomi 5,2%. Ia mengatakan asumsi posisi ekonomi ke depan bakal direspons positif oleh para pelaku bisnis di Indonesia.
"Kondisi keuangan dan kebijakan pemerintah saat ini akan dapat dipakai sebagai sinyal positif untuk pelaku bisnis," ujarnya, Kamis (27/7/2017).
Selain pertumbuhan ekonomi 5,2%, tingkat inflasi ditargetkan 4,3%, nilai tukar rupiah sebesar Rp13.400 per dolar Amerika Serikat, tingkat suku bunga 5,2%, dan harga minyak sebesar USD48 per barel.
Sri Mulyani juga menyatakan, penerimaan perpajakan tumbuh sebesar 9,61%. Bahkan bila dikurangi dengan tax amnesty masih bisa tumbuh sekitar 5%. Nah, untuk sektor penyerapan belanja, ia menyatakan semakin membaik, berbekal dari defisit semester I 2017 yang hanya 1,2%. "Ini jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu," katanya.
Keseimbangan primer (penerimaan negara dikurangi belanja negara), kata Sri Mulyani, juga dapat dikelola di level negatif Rp68,2 triliun. Dan angka ini jauh lebih kecil dibandingkan tahun lalu sebesar Rp143,4 triliun.
"Dengan pola defisit yang cukup terkoreksi dan dikelola dengan hati-hati, dan utang tersebut diperuntukkan hal yang produktif. Ini bisa mendobrak pertumbuhan ekonomi sehingga tidak menimbulkan risiko di tahun yang akan datang," katanya meyakinkan.
(ven)