Efek Angin Global, Industri Nasional Kuartal II Melemah
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perindustrian (Memperin) Airlangga Hartarto mengatakan, hampir semua industri di Indonesia turun pada kuartal kedua tahun ini. Karena, hal itu terkena efek angin global.
"Kalau manufacturing naik sedikit. Tetapi hampir di semua industri pada kuartal kedua ini turun," tegasnya usai menerima rombongan pengusaha Amerika di Ruang Garuda Kemenperin, Jakarta, Kamis (3/8/2017).
Menurutnya, untuk industri kecil diperkirakan naik 2%. Delegasi pengusaha Amerika tersebut pun bukan dalam rangka menanam investasi baru, melainkan lebih ekspansi eksisting bisnis yang ada.
Meski demikian, Menperin mengatakan bahwa kondisi ini akibat efek angin global. "Makanya kami sebut ini angin global. Jadi, kalau kami bandingkan dengan China dan Brasil, maka Indonesia penurunanya lumayan," imbuhnya.
Airlangga menuturkan, kondisi ini masih cukup mengkhawatirkan. Sebab, industri China banyak disupporting dari Indonesia, sehingga bisa mengurangi permintaan (demand). "Itu yang kami perhatikan," ucapnya.
Untuk mengantisipasi hal ini, negara-negara ASEAN cepat melakukan recovery. Di mana Thailand, Vietnam dan Malaysia pertumbuhan ekonominya cukup bagus. Namun, pasar Vietnam dan Malaysia tidak terlalu besar, sehingga yang dimanfaatkan Indonesia yakni industri tertenti seperti elektronik dan automotif.
"Jadi, deversifikasi menjadi satu hal. Kedua, kami mendorong daya beli masyarakat meningkat lagi," kata Airlangga.
"Kalau manufacturing naik sedikit. Tetapi hampir di semua industri pada kuartal kedua ini turun," tegasnya usai menerima rombongan pengusaha Amerika di Ruang Garuda Kemenperin, Jakarta, Kamis (3/8/2017).
Menurutnya, untuk industri kecil diperkirakan naik 2%. Delegasi pengusaha Amerika tersebut pun bukan dalam rangka menanam investasi baru, melainkan lebih ekspansi eksisting bisnis yang ada.
Meski demikian, Menperin mengatakan bahwa kondisi ini akibat efek angin global. "Makanya kami sebut ini angin global. Jadi, kalau kami bandingkan dengan China dan Brasil, maka Indonesia penurunanya lumayan," imbuhnya.
Airlangga menuturkan, kondisi ini masih cukup mengkhawatirkan. Sebab, industri China banyak disupporting dari Indonesia, sehingga bisa mengurangi permintaan (demand). "Itu yang kami perhatikan," ucapnya.
Untuk mengantisipasi hal ini, negara-negara ASEAN cepat melakukan recovery. Di mana Thailand, Vietnam dan Malaysia pertumbuhan ekonominya cukup bagus. Namun, pasar Vietnam dan Malaysia tidak terlalu besar, sehingga yang dimanfaatkan Indonesia yakni industri tertenti seperti elektronik dan automotif.
"Jadi, deversifikasi menjadi satu hal. Kedua, kami mendorong daya beli masyarakat meningkat lagi," kata Airlangga.
(izz)