RI Siap Balas Perlakuan India yang Naikkan Tarif Impor CPO 100%
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menyatakan akan membalas perlakuan India yang dengan sengaja menaikkan tarif bea masuk produk sawit (crude palm oil/CPO) hingga 100%. Pemerintah India menetapkan bea masuk CPO sebesar 15% dari sebelumnya 7,5%.
Tak hanya itu, tarif bea masuk produk sawit olahan (refined palm oil) juga naik menjadi 25% dari 15%. Keputusan ini diambil pemerintah Negeri Bollywood tersebut dengan alasan demi melindungi produk minyak nabati yang dihasilkan petani India.
"Bagaimana India memproteksi dirinya dengan menaikkan tarif 100%. Ini bukan lagi negative campaign, tapi black campaign, dan apa yang dilakukan sudah lebih vulgar dan terbuka," katanya di Gedung Kemendag, Jakarta, Rabu (23/8/2017).
Politisi Partai Nasdem ini menegaskan, pemerintah akan membalas perlakuan India tersebut. Namun, pembalasan akan dilakukan lebih santun dengan menunjukkan bahwa produk CPO Indonesia adalah yang terbaik.
"Saya bilang, kita the biggest and we are the best. Tidak mungkin kami sebagai produsen, eksportir terbesar mempertaruhkan nama baik kita dengan kualitas tidak baik. Justru dengan kita terbesar, pasti kita akan pertahankan eksistensi kita, meningkatkan kualitas kita. Kita harus memberikan arah pembenarannya, sehingga mereka sadar. Itulah ironinya dalam dunia perdagangan," terang dia.
Tak hanya itu, tarif bea masuk produk sawit olahan (refined palm oil) juga naik menjadi 25% dari 15%. Keputusan ini diambil pemerintah Negeri Bollywood tersebut dengan alasan demi melindungi produk minyak nabati yang dihasilkan petani India.
"Bagaimana India memproteksi dirinya dengan menaikkan tarif 100%. Ini bukan lagi negative campaign, tapi black campaign, dan apa yang dilakukan sudah lebih vulgar dan terbuka," katanya di Gedung Kemendag, Jakarta, Rabu (23/8/2017).
Politisi Partai Nasdem ini menegaskan, pemerintah akan membalas perlakuan India tersebut. Namun, pembalasan akan dilakukan lebih santun dengan menunjukkan bahwa produk CPO Indonesia adalah yang terbaik.
"Saya bilang, kita the biggest and we are the best. Tidak mungkin kami sebagai produsen, eksportir terbesar mempertaruhkan nama baik kita dengan kualitas tidak baik. Justru dengan kita terbesar, pasti kita akan pertahankan eksistensi kita, meningkatkan kualitas kita. Kita harus memberikan arah pembenarannya, sehingga mereka sadar. Itulah ironinya dalam dunia perdagangan," terang dia.
(izz)