BI Repo Rate Diperkirakan Tetap Hingga 2018

Senin, 02 Oktober 2017 - 20:11 WIB
BI Repo Rate Diperkirakan Tetap Hingga 2018
BI Repo Rate Diperkirakan Tetap Hingga 2018
A A A
JAKARTA - Suku bunga Bank Indonesia (BI 7-day Reverse Repo Rate) diprediksi akan tetap di angka 4,25% hingga pertengahan tahun 2018. Sementara semester II 2018, BI diperkirakan akan kembali menaikan suku bunga sekitar 25 basis poin seiring dengan semakin ketatnya kebijakan moneter The Fed.

"Di semester II tahun ini dan memasuki 2018 latar belakang global nampaknya akan sedikit berbeda. Pertumbuhan ekonomi global perlahan mulai memasuki fase naik, ditandai dengan relatif menguatnya perekonomian di Eurozone," kata Chief Economist CIMB Niaga Adrian Panggabean di Jakarta, Senin (2/10/2017).

Dia melanjutkan, telah terjadi perubahan selera politik di Eropa lewat serangkaian pemilu di Belanda, Perancis dan Jerman. Sementara di Amerika Serikat, tingkat pengangguran sudah turun di bawah threshold NAIRU (non-accelerating inflation rate of unemployment) yang saat ini ditetapkan pada angka 4,7%.

Menurutnya, hal ini yang mendorong The Fed untuk mulai melakukan normalisasi neraca pada Oktober 2017, yang akan diikuti dengan bergerak naiknya suku bunga di Amerika Serikat sehingga mencapai ±2%.

"Namun, dengan melihat pada struktur pasar tenaga kerja Amerika Serikat, kami memandang prospek jangkar ekspektasi inflasi Amerika Serikat nampaknya masih akan berada di kisaran 1,5-2,0%," urai Adrian.

Adapun di sisi domestik, dirinya memperkirakan tekanan inflasi tahun 2018 berpeluang turun sehingga year-average inflation bisa mencapai 3,6%. Sedangkan rata-rata tertimbang suku bunga kredit pinjaman investasi (di sektor perbankan) bisa turun kearah sekitar 9,5% dan laju pertumbuhan kredit bisa mencapai angka 9,5-11,0%.

Melihat prospek perdagangan intra-Asia, lanjutnya, defisit transaksi berjalan di 2018 akan berada kisaran 1,5% - 1,9%. Sementara neraca pembayaran masih akan surplus sekitar 0,5-1.0% dari PDB. "Itu artinya cadangan devisa Indonesia kami perkirakan akan mengarah ke angka USD 140 miliar di akhir tahun 2018," jelas Adrian.

Terpisah, Gubernur BI Agus DW Martowardojo memandang, tingkat suku bunga acuan yang ada saat ini sudah cukup memadai. Apalagi, kondisi global dan domestik seperti perkembangan ekonomi di AS dan tingkat inflasi Indonesia yang terjaga rendah.

Meski suku bunga acuan BI saat ini sudah rendah, namun pihaknya tetap mengantisipasi adanya ketidakpastian global, terlebih Bank Sentral AS (The Fed) diperkirakan masih akan melakukan kebijakannya dengan menaikkan suku bunganya (Fed Rate) di akhir tahun atau di awal tahun depan.

"Kita melihat kondisi global yang harus diwaspadai bahwa the Fed akan menaikkan FFR di bulan Desember. Kita juga sudah mendengar tentang the Fed akan menurunkan besaran neraca dari the Fed yang sekarang ini lebih dari USD4,5 triliun akan diturunkan secara bertahap dan mulai akan dilaksanakan di bulan Oktober," jelasnya.

Dia pun memprediksi, prospek perekonomian global semakin membaik terutama di negara maju. Relatif membaiknya pertumbuhan ekonomi global dan tetap tingginya harga komoditas dunia berdampak positif terhadap kinerja ekspor Indonesia.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4953 seconds (0.1#10.140)