IMF Ramal Pertumbuhan Ekonomi Global Lebih Kuat
A
A
A
WASHINGTON - Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pemulihan ekonomi global akan mengalami penguatan. Dalam World Economic Outlook terbaru, IMF telah merevisi ramalan ekonomi global dan saat ini diharapkan pertumbuhan ekonomi global sedikit lebih kuat.
Kali ini seperti dilansir BBC, Kamis (11/10/2017) IMF prediksi pertumbuhan tahun ini mencapai 3,6% tahun ini dan 3,7% pada tahun 2018. Ramalan IMF untuk Inggris masih sama seperti dalam laporan bulan Juli yang diprediksi sedikit melambat 1,8% di 2016 dan tahun ini sebesar 1,7% sedangkan pada 2018 di level 1,5%.
Inggris sendiri merupakan pengecualian untuk pola penguatan pertumbuhan dalam penilaian IMF untuk tahun ini dan selanjutnya proyeksi pertumbuhan lebih kuat daripada dua negara G7 lain, Jepang dan Italia. IMF menilai prospek pertumbuhan ekonomi Inggris yang lebih lemah, dipengaruhi kejatuhan pengeluaran setelah pounds ambruk.
Ditambah dampak dari inflasi dan pendapatan konsumen. Namun diharapkan Inflasi bakal alami penurunan secara bertahap seperti yang ditargetkan Bank of Englan mencapai 2%. Untuk jangka menengah, laporan IMF mengatakan pertumbuhan ekonomi Inggris sangat tidak pasti dan sebagian bergantung pada hubungan ekonomi baru dengan Uni Eropa.
Setelah memutuskan hengkang dari keanggotaan UE, Inggris dibayangi hambatan-hambatan perdagangan, migrasi dan lintas-perbatasan aktivitas keuangan. "Selamat datang siklus kemajuan setelah hasil mengecewakan pertumbuhan selama beberapa tahun terakhir," bunyi laporan IMF seputar ekonomi global.
Beberapa negara diperkirakan mengalami perubahan terbesar tahun ini yakni Kanada, Rusia yang sebagian besar karena stabilnya harga minyak serta Brazil meski cenderung masih agak lemah tetapi ada peningkatan tajam dari dua tahun sebelumnya.
Ada sejumlah penurunan dan cukup substansial dalam kasus India, karena efek panjang seputar penukaran mata uang tahun lalu dan ketidakpastian yang terkait dengan pajak baru. Hal itu menyebabkan ekonomi India diperkirakan masih melihat pertumbuhan yang kuat atau tidak jauh di bawah 7% tahun ini dan di atas tingkat tahun 2018.
Afrika Selatan juga mendapat downgrade kuat, dengan pertumbuhan yang tenang karena dampak ketidakpastian politik pada bisnis dan kepercayaan konsumen. Di sisi lain IMF telah terus-menerus mengkhawatirkan tentang lemahnya pertumbuhan produktivitas, yang mengganggu prospek untuk peningkatan standar hidup.
Ekspansi kredit di China meningkatkan risiko perlambatan dan IMF mengatakan pemerintah perlu mengintensifkan upaya mengantisipasi bahaya itu. Ada juga tanda-tanda kekhawatiran seputar kebijakan Presiden Trump ketika laporan mengatakan bahwa "ketidakpastian tentang kebijakan jadi perhatian lebih, dimana sulit memprediksi peraturan dan fiskal kebijakan AS,"
Kali ini seperti dilansir BBC, Kamis (11/10/2017) IMF prediksi pertumbuhan tahun ini mencapai 3,6% tahun ini dan 3,7% pada tahun 2018. Ramalan IMF untuk Inggris masih sama seperti dalam laporan bulan Juli yang diprediksi sedikit melambat 1,8% di 2016 dan tahun ini sebesar 1,7% sedangkan pada 2018 di level 1,5%.
Inggris sendiri merupakan pengecualian untuk pola penguatan pertumbuhan dalam penilaian IMF untuk tahun ini dan selanjutnya proyeksi pertumbuhan lebih kuat daripada dua negara G7 lain, Jepang dan Italia. IMF menilai prospek pertumbuhan ekonomi Inggris yang lebih lemah, dipengaruhi kejatuhan pengeluaran setelah pounds ambruk.
Ditambah dampak dari inflasi dan pendapatan konsumen. Namun diharapkan Inflasi bakal alami penurunan secara bertahap seperti yang ditargetkan Bank of Englan mencapai 2%. Untuk jangka menengah, laporan IMF mengatakan pertumbuhan ekonomi Inggris sangat tidak pasti dan sebagian bergantung pada hubungan ekonomi baru dengan Uni Eropa.
Setelah memutuskan hengkang dari keanggotaan UE, Inggris dibayangi hambatan-hambatan perdagangan, migrasi dan lintas-perbatasan aktivitas keuangan. "Selamat datang siklus kemajuan setelah hasil mengecewakan pertumbuhan selama beberapa tahun terakhir," bunyi laporan IMF seputar ekonomi global.
Beberapa negara diperkirakan mengalami perubahan terbesar tahun ini yakni Kanada, Rusia yang sebagian besar karena stabilnya harga minyak serta Brazil meski cenderung masih agak lemah tetapi ada peningkatan tajam dari dua tahun sebelumnya.
Ada sejumlah penurunan dan cukup substansial dalam kasus India, karena efek panjang seputar penukaran mata uang tahun lalu dan ketidakpastian yang terkait dengan pajak baru. Hal itu menyebabkan ekonomi India diperkirakan masih melihat pertumbuhan yang kuat atau tidak jauh di bawah 7% tahun ini dan di atas tingkat tahun 2018.
Afrika Selatan juga mendapat downgrade kuat, dengan pertumbuhan yang tenang karena dampak ketidakpastian politik pada bisnis dan kepercayaan konsumen. Di sisi lain IMF telah terus-menerus mengkhawatirkan tentang lemahnya pertumbuhan produktivitas, yang mengganggu prospek untuk peningkatan standar hidup.
Ekspansi kredit di China meningkatkan risiko perlambatan dan IMF mengatakan pemerintah perlu mengintensifkan upaya mengantisipasi bahaya itu. Ada juga tanda-tanda kekhawatiran seputar kebijakan Presiden Trump ketika laporan mengatakan bahwa "ketidakpastian tentang kebijakan jadi perhatian lebih, dimana sulit memprediksi peraturan dan fiskal kebijakan AS,"
(akr)