Strategi Sun Life untuk Menjawab Tantangan Zaman
A
A
A
Pertumbuhan industri asuransi Indonesia, dinilai mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Kondisi perekonomian global dan Indonesia perlahan-lahan membaik. Pelaku industri asuransi meyakini pertumbuhan industri asuransi jiwa di tahun 2018 tetap tumbuh positif di kisaran 20-30%.
Presiden Direktur Sun Life Financial Indonesia Elin Waty dalam paparannya di Indonesia Leaders Forum Economic Preview 2018 Kamis, (26/10) lalu di Yogyakarta menyatakan pertumbuhan ekonomi stabil baik di kota-kota besar serta kota lapis kedua dan lapis ketiga. Hal itu melahirkan masyarakat kelas menengah baru dengan daya beli yang lebih baik.
Keoptimisan juga didorong semakin pahamnya masyarakat mengenai produk keuangan dan pentingnya memiliki proteksi asuransi. Meski demikian Ia mengakui bahwa penetrasi industri asuransi masih rendah.
“Data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menunjukkan tingkat penetrasi asuransi jiwa di Tanah Air hanya sekitar 7,5-8% dari total jumlah penduduk Indonesia, yang mencapai lebih dari 255 juta jiwa. Ini merupakan tantangan dan juga potensi yang sangat besar bagi industri asuransi jiwa, termasuk Sun Life,” jelasnya.
Elin juga menjelaskan perkembangan industri asuransi di Indonesia didorong oleh perkembangan PDB, demografi serta pendidikan masyarakat. “Faktor lainnya adalah peningkatan income per kapita akan berpengaruh terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa,” ungkapnya.
Data AAJI menyebut, industri asuransi jiwa pada kuartal kedua 2017 mencatatkan total pendapatan senilai Rp116,35 triliun, meningkat 16,5% jika dibandingkan periode yang sama di tahun 2016 yang sebesar Rp99,88 triliun. Total pendapatan premi menjadi kontributor terbesar dari pendapatan industri asuransi jiwa, yakni sebesar 76,2%.
Tercatat, total premi bisnis baru mengalami peningkatan sebesar 28,4% menjadi Rp55,73 triliun. Sementara total premi lanjutan meningkat sebesar 5,6% atau menjadi Rp32,93 triliun.
Strategi Era Digital
Terkait dengan perkembangan zaman sekarang yang serba digital, Sun Life telah mengantisipasinya. “Kami sangat menyadari perkembangan teknologi dan perannya sangat memengaruhi pola perilaku nasabah saat ini yang ingin serba praktis dan efisien dalam memilih suatu produk atau menikmati suatu layanan, termasuk asuransi,” ungkapnya.
Dengan memanfaatkan teknologi, Ia ingin sudut pandang masyarakat mengenai produk asuransi berubah. Tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang rumit dan prosesnya memakan waktu yang lama. Sun Life sendiri telah memanfaatkan teknologi untuk mendukung proses operasional dan edukasi.
Beberapa inovasi digital yang telah dikembangkan di antaranya Bright Advisor (www.brightadvisor.co.id). Ini adalah portal daring gratis yang menjadi sumber informasi bagi masyarakat seputar asuransi jiwa, kesehatan, investasi dan perencanaan keuangan. Portal ini dapat diakses oleh masyarakat baik nasabah maupun nonnasabah tanpa diharuskan untuk membeli produk asuransi.
Sun Life juga memiliki aplikasi My Sun Life Indonesia. Aplikasi mobile berbasis Android dan iOS ini diciptakan untuk menjawab kebutuhan nasabah akan kemudahan akses polis asuransi yang mereka miliki. Aplikasi ini dapat diakses melalui smartphone maupun tablet kapan pun dan di mana pun. Sejak diluncurkan pertama kali pada Januari 2017, aplikasi ini telah diunduh oleh sekitar 3.000 nasabah.
Aplikasi lain adalah My Sun Advisor, yaitu aplikasi mobile berbasis Android dan iOS yang ditujukan bagi Tenaga Pemasar Sun Life. Melalui aplikasi ini, tenaga pemasar dapat mengakses harga unit, informasi jatuh tempo polis nasabah, laporan produksi pribadi, laporan produksi tim, laporan kontes, dan informasi lainnya yang membantu dalam memberikan pelayanan bagi para nasabah dengan cepat dan efisien.
Selanjutnya ada Bright Education, yakni inovasi portal terbaru dari Sun Life yang baru diluncurkan 20 Oktober lalu dalam program Sun Life Edufair 2017. Ini merupakan portal yang dapat membantu keluarga Indonesia dalam mencari pilihan sekolah terbaik bagi putra-putrinya dan merencanakan biaya pendidikan. Portal ini dapat diakses di www.brightedu.co.
Seiring dengan perkembangan teknologi, Elin juga mengungkapkan mengenai tantangan para tenaga pemasar saat ini. “Saat ini tenaga pemasar dituntut zaman agar lebih profesional, lebih baik dalam melayani, dan bisa memanfaatkan dukungan teknologi,” ujarnya.
Oleh karena itu, seorang tenaga pemasar harus dekat dengan teknologi, karena teknologi dapat membantu. Apalagi bila melihat wilayah Indonesia yang luas, tenaga pemasar yang ada di daerah memerlukan teknologi untuk dapat melayani dengan efektif dan efisien. Perkembangan teknologi juga disikapi Sun Life dengan menerbitkan berbagai program, khususnya bagi generasi milenial, generasi yang memiliki dependensi tinggi terhadap internet dan perangkat teknologi.
“Strategi kami untuk penetrasi pasar khusus ini tentu dari berbagai sisi. Mulai dari merancang produk proteksi yang khusus menyasar generasi muda, salah satunya produk proteksi yang memberikan perlindungan penyakit kritis bagi anak muda dengan pola hidup dinamis, serta mengembangkan dan menyempurnakan platform digital untuk menyederhanakan proses operasional, pemasaran, dan edukasi,” jelasnya.
Selain itu, Ia mengaku juga membentuk komunitas khusus tenaga pemasar muda untuk memperkenalkan profesi tenaga pemasar asuransi kepada generasi milenial yaitu komunitas Brighter Gen.
Dibentuk pada Oktober 2015 Brighter merupakan komunitas profesional untuk para tenaga pemasar yang berusia di bawah 36 tahun dengan pendekatan program yang dirancang sesuai dengan karakteristik generasi milenial. Tercatat, per kuartal 3 - 2017 jumlah anggota Brighter Gen berjumlah 2.428 orang dengan 35% anggota MDRT (Million Dollar Round Table) berasal dari anggota Brighter Gen.
Presiden Direktur Sun Life Financial Indonesia Elin Waty dalam paparannya di Indonesia Leaders Forum Economic Preview 2018 Kamis, (26/10) lalu di Yogyakarta menyatakan pertumbuhan ekonomi stabil baik di kota-kota besar serta kota lapis kedua dan lapis ketiga. Hal itu melahirkan masyarakat kelas menengah baru dengan daya beli yang lebih baik.
Keoptimisan juga didorong semakin pahamnya masyarakat mengenai produk keuangan dan pentingnya memiliki proteksi asuransi. Meski demikian Ia mengakui bahwa penetrasi industri asuransi masih rendah.
“Data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menunjukkan tingkat penetrasi asuransi jiwa di Tanah Air hanya sekitar 7,5-8% dari total jumlah penduduk Indonesia, yang mencapai lebih dari 255 juta jiwa. Ini merupakan tantangan dan juga potensi yang sangat besar bagi industri asuransi jiwa, termasuk Sun Life,” jelasnya.
Elin juga menjelaskan perkembangan industri asuransi di Indonesia didorong oleh perkembangan PDB, demografi serta pendidikan masyarakat. “Faktor lainnya adalah peningkatan income per kapita akan berpengaruh terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa,” ungkapnya.
Data AAJI menyebut, industri asuransi jiwa pada kuartal kedua 2017 mencatatkan total pendapatan senilai Rp116,35 triliun, meningkat 16,5% jika dibandingkan periode yang sama di tahun 2016 yang sebesar Rp99,88 triliun. Total pendapatan premi menjadi kontributor terbesar dari pendapatan industri asuransi jiwa, yakni sebesar 76,2%.
Tercatat, total premi bisnis baru mengalami peningkatan sebesar 28,4% menjadi Rp55,73 triliun. Sementara total premi lanjutan meningkat sebesar 5,6% atau menjadi Rp32,93 triliun.
Strategi Era Digital
Terkait dengan perkembangan zaman sekarang yang serba digital, Sun Life telah mengantisipasinya. “Kami sangat menyadari perkembangan teknologi dan perannya sangat memengaruhi pola perilaku nasabah saat ini yang ingin serba praktis dan efisien dalam memilih suatu produk atau menikmati suatu layanan, termasuk asuransi,” ungkapnya.
Dengan memanfaatkan teknologi, Ia ingin sudut pandang masyarakat mengenai produk asuransi berubah. Tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang rumit dan prosesnya memakan waktu yang lama. Sun Life sendiri telah memanfaatkan teknologi untuk mendukung proses operasional dan edukasi.
Beberapa inovasi digital yang telah dikembangkan di antaranya Bright Advisor (www.brightadvisor.co.id). Ini adalah portal daring gratis yang menjadi sumber informasi bagi masyarakat seputar asuransi jiwa, kesehatan, investasi dan perencanaan keuangan. Portal ini dapat diakses oleh masyarakat baik nasabah maupun nonnasabah tanpa diharuskan untuk membeli produk asuransi.
Sun Life juga memiliki aplikasi My Sun Life Indonesia. Aplikasi mobile berbasis Android dan iOS ini diciptakan untuk menjawab kebutuhan nasabah akan kemudahan akses polis asuransi yang mereka miliki. Aplikasi ini dapat diakses melalui smartphone maupun tablet kapan pun dan di mana pun. Sejak diluncurkan pertama kali pada Januari 2017, aplikasi ini telah diunduh oleh sekitar 3.000 nasabah.
Aplikasi lain adalah My Sun Advisor, yaitu aplikasi mobile berbasis Android dan iOS yang ditujukan bagi Tenaga Pemasar Sun Life. Melalui aplikasi ini, tenaga pemasar dapat mengakses harga unit, informasi jatuh tempo polis nasabah, laporan produksi pribadi, laporan produksi tim, laporan kontes, dan informasi lainnya yang membantu dalam memberikan pelayanan bagi para nasabah dengan cepat dan efisien.
Selanjutnya ada Bright Education, yakni inovasi portal terbaru dari Sun Life yang baru diluncurkan 20 Oktober lalu dalam program Sun Life Edufair 2017. Ini merupakan portal yang dapat membantu keluarga Indonesia dalam mencari pilihan sekolah terbaik bagi putra-putrinya dan merencanakan biaya pendidikan. Portal ini dapat diakses di www.brightedu.co.
Seiring dengan perkembangan teknologi, Elin juga mengungkapkan mengenai tantangan para tenaga pemasar saat ini. “Saat ini tenaga pemasar dituntut zaman agar lebih profesional, lebih baik dalam melayani, dan bisa memanfaatkan dukungan teknologi,” ujarnya.
Oleh karena itu, seorang tenaga pemasar harus dekat dengan teknologi, karena teknologi dapat membantu. Apalagi bila melihat wilayah Indonesia yang luas, tenaga pemasar yang ada di daerah memerlukan teknologi untuk dapat melayani dengan efektif dan efisien. Perkembangan teknologi juga disikapi Sun Life dengan menerbitkan berbagai program, khususnya bagi generasi milenial, generasi yang memiliki dependensi tinggi terhadap internet dan perangkat teknologi.
“Strategi kami untuk penetrasi pasar khusus ini tentu dari berbagai sisi. Mulai dari merancang produk proteksi yang khusus menyasar generasi muda, salah satunya produk proteksi yang memberikan perlindungan penyakit kritis bagi anak muda dengan pola hidup dinamis, serta mengembangkan dan menyempurnakan platform digital untuk menyederhanakan proses operasional, pemasaran, dan edukasi,” jelasnya.
Selain itu, Ia mengaku juga membentuk komunitas khusus tenaga pemasar muda untuk memperkenalkan profesi tenaga pemasar asuransi kepada generasi milenial yaitu komunitas Brighter Gen.
Dibentuk pada Oktober 2015 Brighter merupakan komunitas profesional untuk para tenaga pemasar yang berusia di bawah 36 tahun dengan pendekatan program yang dirancang sesuai dengan karakteristik generasi milenial. Tercatat, per kuartal 3 - 2017 jumlah anggota Brighter Gen berjumlah 2.428 orang dengan 35% anggota MDRT (Million Dollar Round Table) berasal dari anggota Brighter Gen.
(akr)