Menteri Jonan Resmikan Fasilitas Produksi Lapangan Jangkrik
A
A
A
KUTAI KARTANEGARA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, mewakili Presiden Joko Widodo (Jokowi), Selasa (31/10/2017 meresmikan fasilitas produksi gas lapangan Jangkrik di area Fasilitas Penerimaan Darat (Onshore Receiving Facility/ORF) di Kelurahan Handil Baru, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.
Fasilitas produksi lapangan Jangkrik merupakan bagian integrasi dari proyek pengembangan Kompleks Jangkrik yang dioperasikan oleh Eni Muara Bakau selaku Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
ORF berfungsi menerima aliran gas dan kondensat dari Floating Production Unit (FPU) Jangkrik. Keduanya merupakan fasilitas baru dari pengembangan lapangan gas Jangkrik dan menjadi bagian dari pengembangan fasilitas yang terintegrasi.
Dalam sambutannya, Jonan menyatakan apresiasinya atas kinerja yang dicapai Eni Muara Bakau sebagai pengelola Lapangan Jangkrik. "Setelah Cepu dan Mahakam, Muara Bakau ini termasuk luar biasa. Gas in-nya juga lebih cepat enam bulan dan menciptakan penghematan yang luar biasa," ujar Jonan.
Dia menambahkan, keberhasilan Eni mendongkrak produksi gas dari 450 MMSCFD menjadi 605-607 MMSCFD, saat ini menjadi sumbangan besar bagi pencapaian target lifting nasional. "Jika disetarakan dengan minyak, itu tambahannya sekitar 100.000 barel per hari (bph)," ucapnya.
Keberhasilan proyek ini sangat signifikan untuk menambah pasokan gas dalam negeri dan memenuhi target lifting gas bumi pada tahun 2017 sebesar 1,15 juta barel setara minyak per hari, dan 2018 sebesar 1,2 juta. Pemerintah menargetkan peningkatan penggunaan gas di dalam negeri. Tahun 2017 alokasi gas di dalam negeri sebesar 62%.
Penyaluran produksi dari lapangan ini juga telah meningkatkan utilitas dari fasilitas LNG Bontang. Hal ini meningkatkan penyediaan energi yang lebih efektif dan efisien.
Produksi gas dari Jangkrik juga memasok LNG ke pasar ekspor, sehingga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan energi Indonesia.
Pengembangan fasilitas migas yang terintegrasi ini menurutnya menjadi bukti bahwa minat investasi di hulu migas tetap menarik dan akan mendorong pengembangan perekonomian daerah dan nasional.
Proyek pengembangan Lapangan Gas Jangkrik juga telah menciptakan dampak berantai (multiplier effect) yang cukup besar seperti pabrikasi fasilitas pengolahan yang telah dikerjakan di Karimun, dan penyerapan tenaga kerja. Terdapat 1.000 lebih tenaga kerja selama fase proyek dengan 94,5% di antaranya adalah tenaga kerja Indonesia.
Sementara, Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroeq Ishak dalam sambutannya berharap Eni dapat terus mempertahankan, bahkan menambah produksi lapangan ini.
Dia juga berharap produksi gas dari lapangan Jangkrik dapat mendukung pemenuhan energi di Kalimantan Timur, serta mendorong perkembangan industri di wilayah ini.
Menanggapi hal itu, Managing Director Eni Muara Bakau Fabrizio Trilli mengaku optimistis mampu mempertahankan tingkat produksi lapangan Jangkrik. Untuk itu, imbuh dia, Eni sangat berharap pada dukungan seluruh pemangku kepentingan di sektor migas.
"Tahun depan kita proyeksikan produksi masih mencapai 600 MMSCFD," tandasnya.
Fasilitas produksi lapangan Jangkrik merupakan bagian integrasi dari proyek pengembangan Kompleks Jangkrik yang dioperasikan oleh Eni Muara Bakau selaku Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
ORF berfungsi menerima aliran gas dan kondensat dari Floating Production Unit (FPU) Jangkrik. Keduanya merupakan fasilitas baru dari pengembangan lapangan gas Jangkrik dan menjadi bagian dari pengembangan fasilitas yang terintegrasi.
Dalam sambutannya, Jonan menyatakan apresiasinya atas kinerja yang dicapai Eni Muara Bakau sebagai pengelola Lapangan Jangkrik. "Setelah Cepu dan Mahakam, Muara Bakau ini termasuk luar biasa. Gas in-nya juga lebih cepat enam bulan dan menciptakan penghematan yang luar biasa," ujar Jonan.
Dia menambahkan, keberhasilan Eni mendongkrak produksi gas dari 450 MMSCFD menjadi 605-607 MMSCFD, saat ini menjadi sumbangan besar bagi pencapaian target lifting nasional. "Jika disetarakan dengan minyak, itu tambahannya sekitar 100.000 barel per hari (bph)," ucapnya.
Keberhasilan proyek ini sangat signifikan untuk menambah pasokan gas dalam negeri dan memenuhi target lifting gas bumi pada tahun 2017 sebesar 1,15 juta barel setara minyak per hari, dan 2018 sebesar 1,2 juta. Pemerintah menargetkan peningkatan penggunaan gas di dalam negeri. Tahun 2017 alokasi gas di dalam negeri sebesar 62%.
Penyaluran produksi dari lapangan ini juga telah meningkatkan utilitas dari fasilitas LNG Bontang. Hal ini meningkatkan penyediaan energi yang lebih efektif dan efisien.
Produksi gas dari Jangkrik juga memasok LNG ke pasar ekspor, sehingga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan energi Indonesia.
Pengembangan fasilitas migas yang terintegrasi ini menurutnya menjadi bukti bahwa minat investasi di hulu migas tetap menarik dan akan mendorong pengembangan perekonomian daerah dan nasional.
Proyek pengembangan Lapangan Gas Jangkrik juga telah menciptakan dampak berantai (multiplier effect) yang cukup besar seperti pabrikasi fasilitas pengolahan yang telah dikerjakan di Karimun, dan penyerapan tenaga kerja. Terdapat 1.000 lebih tenaga kerja selama fase proyek dengan 94,5% di antaranya adalah tenaga kerja Indonesia.
Sementara, Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroeq Ishak dalam sambutannya berharap Eni dapat terus mempertahankan, bahkan menambah produksi lapangan ini.
Dia juga berharap produksi gas dari lapangan Jangkrik dapat mendukung pemenuhan energi di Kalimantan Timur, serta mendorong perkembangan industri di wilayah ini.
Menanggapi hal itu, Managing Director Eni Muara Bakau Fabrizio Trilli mengaku optimistis mampu mempertahankan tingkat produksi lapangan Jangkrik. Untuk itu, imbuh dia, Eni sangat berharap pada dukungan seluruh pemangku kepentingan di sektor migas.
"Tahun depan kita proyeksikan produksi masih mencapai 600 MMSCFD," tandasnya.
(izz)