Program Kemitraan Angkat Tembakau Jadi Komoditas Andalan
A
A
A
JAKARTA - PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna) terus berupaya meningkatkan daya saing sektor agro industri nasional melalui program kemitraan. Program kemitraan yang dinamakan Integrated Production System atau Sistem Produksi Terpadu bertujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas tembakau di Indonesia sehingga para petani mendapatkan banyak manfaat dan keuntungan.
Siswanto, petani tembakau asal Dusun Bangkit, Kecamatan Eramoko, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, mengatakan sebagai petani tembakau, dirinya merasakan banyak keuntungan setelah bergabung dalam program kemitraan yang dilaksanakan Sampoerna melalui perusahaan pemasok tembakaunya.
"Saya sudah bermitra dengan Sampoerna kurang lebih sekitar empattahun. Banyak sekali manfaat positif yang saya rasakan. Melalui kemitraan, proses penanaman tembakau hingga panen menjadi lebih baik," ungkap dia saat menjadi salah satu narasumber dalam diskusi "Kemitraan Kunci Menuju Pasokan Tembakau Berkelanjutan di Indonesia".
Menurut Siswanto, sebelum Sampoerna membawa program kemitraan ke daerahnya, tembakau bukan menjadi komoditi sektor pertanian yang penting dan diandalkan. Kini, tembakau menjadi salah satu komoditas yang mampu meningkatkan kesejahteraan petani.
"Yang mendapatkan keuntungan disini bukan hanya petani tetapi masyarakat juga. Kami bisa merekrut tenaga kerja untuk membantu kegiatan petani tembakau," jelasnya.
Siswanto mengatakan, program kemitraan memberikan ilmu dan pengetahuan bercocok tanam yang baik kepada para petani tembakau. Selain memberikan pendampingan untuk menghasilkan produksi tembakau yang berkualitas tinggi, Sampoerna melalui perusahaan pemasok tembakaunya juga menyerap seluruh hasil tembakau petani sehingga kesejahteraan hidup mereka meningkat.
Dalam kesempatan sama, Ketua Umum Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), Soeseno menyambut positif program kemitraan yang dijalankan oleh industri. "Program kemitraan membawa dampak positif bagi petani. Program ini bisa mempermudah akses petani kepada pasar dan ada jaminan petani tembakau terserap," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (1/11/2017).
Soeseno menceritakan, masih banyak petani yang mengolah lahan tembakaunya secara tradisional. Mereka belum mendapatkan wawasan dalam penerapan teknologi. Padahal, teknologi dan cara bertani yang tepat mampu meningkatkan produksi tembakau. Karena itu, pendampingan dari perusahaan mitra dibutuhkan. Ia berharap, program kemitraan ini bisa diperluas sehingga semakin banyak petani tembakau yang bergabung.
Program kemitraan ini pun sudah dijalankan di beberapa kota penghasil tembakau di Indonesia seperti di Jawa Timur yakni Madura, Jember, Bondowoso dan Lumajang serta wilayah sekitar Jawa Tengah yakni Rembang, Wonogiri, dan Purwodadi.
Leaf Agronomy Manager Sampoerna, Bakti Kurniawan, menjelaskan kemitraan Sampoerna dengan petani merupakan langkah perusahaan membantu mengatasi masalah kekurangan pasokan tembakau di dalam negeri. Program kemitraan memudahkan petani untuk menjual tembakaunya langsung ke pemasok sehingga dapat memperpendek rantai produksi. Tidak hanya itu, melalui kemitraan, petani diperkenalkan teknologi sehingga budidaya tembakau lebih efektif dan efisien.
"Kami memperkenalkan teknologi dan praktik terbaik di bidang pertanian. Misalnya, mulai dari teknik pembakaran dengan sistem rocket barn yang mampu menghemat konsumsi bahan bakar hingga 16% hingga alat aplikasi penghambat tunas yang mampu menghemat waktu pengerjaan hingga lebih dari 60%," terangnya.
Siswanto, petani tembakau asal Dusun Bangkit, Kecamatan Eramoko, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, mengatakan sebagai petani tembakau, dirinya merasakan banyak keuntungan setelah bergabung dalam program kemitraan yang dilaksanakan Sampoerna melalui perusahaan pemasok tembakaunya.
"Saya sudah bermitra dengan Sampoerna kurang lebih sekitar empattahun. Banyak sekali manfaat positif yang saya rasakan. Melalui kemitraan, proses penanaman tembakau hingga panen menjadi lebih baik," ungkap dia saat menjadi salah satu narasumber dalam diskusi "Kemitraan Kunci Menuju Pasokan Tembakau Berkelanjutan di Indonesia".
Menurut Siswanto, sebelum Sampoerna membawa program kemitraan ke daerahnya, tembakau bukan menjadi komoditi sektor pertanian yang penting dan diandalkan. Kini, tembakau menjadi salah satu komoditas yang mampu meningkatkan kesejahteraan petani.
"Yang mendapatkan keuntungan disini bukan hanya petani tetapi masyarakat juga. Kami bisa merekrut tenaga kerja untuk membantu kegiatan petani tembakau," jelasnya.
Siswanto mengatakan, program kemitraan memberikan ilmu dan pengetahuan bercocok tanam yang baik kepada para petani tembakau. Selain memberikan pendampingan untuk menghasilkan produksi tembakau yang berkualitas tinggi, Sampoerna melalui perusahaan pemasok tembakaunya juga menyerap seluruh hasil tembakau petani sehingga kesejahteraan hidup mereka meningkat.
Dalam kesempatan sama, Ketua Umum Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), Soeseno menyambut positif program kemitraan yang dijalankan oleh industri. "Program kemitraan membawa dampak positif bagi petani. Program ini bisa mempermudah akses petani kepada pasar dan ada jaminan petani tembakau terserap," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (1/11/2017).
Soeseno menceritakan, masih banyak petani yang mengolah lahan tembakaunya secara tradisional. Mereka belum mendapatkan wawasan dalam penerapan teknologi. Padahal, teknologi dan cara bertani yang tepat mampu meningkatkan produksi tembakau. Karena itu, pendampingan dari perusahaan mitra dibutuhkan. Ia berharap, program kemitraan ini bisa diperluas sehingga semakin banyak petani tembakau yang bergabung.
Program kemitraan ini pun sudah dijalankan di beberapa kota penghasil tembakau di Indonesia seperti di Jawa Timur yakni Madura, Jember, Bondowoso dan Lumajang serta wilayah sekitar Jawa Tengah yakni Rembang, Wonogiri, dan Purwodadi.
Leaf Agronomy Manager Sampoerna, Bakti Kurniawan, menjelaskan kemitraan Sampoerna dengan petani merupakan langkah perusahaan membantu mengatasi masalah kekurangan pasokan tembakau di dalam negeri. Program kemitraan memudahkan petani untuk menjual tembakaunya langsung ke pemasok sehingga dapat memperpendek rantai produksi. Tidak hanya itu, melalui kemitraan, petani diperkenalkan teknologi sehingga budidaya tembakau lebih efektif dan efisien.
"Kami memperkenalkan teknologi dan praktik terbaik di bidang pertanian. Misalnya, mulai dari teknik pembakaran dengan sistem rocket barn yang mampu menghemat konsumsi bahan bakar hingga 16% hingga alat aplikasi penghambat tunas yang mampu menghemat waktu pengerjaan hingga lebih dari 60%," terangnya.
(ven)