BKPM Kesulitan Klasifikasikan Bisnis E-Commerce di Indonesia

Selasa, 30 Januari 2018 - 23:01 WIB
BKPM Kesulitan Klasifikasikan...
BKPM Kesulitan Klasifikasikan Bisnis E-Commerce di Indonesia
A A A
JAKARTA - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengaku kesulitan untuk mengklasifikasikan jenis usaha bisnis e-commerce yang ada di Indonesia. Padahal, potensi bisnis e-commerce di Tanah Air sangat besar.

Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong mengungkapkan, dalam dua tahun terakhir bisnis e-commerce mengalami lonjakan yang drastis. Dia pun mengaku keteteran dengan fenomena tersebut.

"Tiba-tiba secara mendadak angkanya melonjak jadi miliaran dolar, terus terang saya merasa kita sedikit keteteran dan fenomena yang mendadak. Kita seringkali mengalami kesulitan klasifikasi ke dalam bidang usaha mana, karena sangat beragam. Apa Gojek itu portal atau transportasi? Jadi ini juga suatu pendataan yang hemat saya perlu dibenai dalam 1-3 tahun ini," katanya di Gedung BKPM, Jakarta, Selasa (30/1/2018).

Dia menyebutkan, secara kasar total investasi e-commerce di Tanah Air pada tahun lalu mencapai USD4,8 miliar. Jumlah ini melebihi setengah dari total investasi di sektor migas yang pada tahun lalu mencapai USD9 miliar, dan pertumbuhannya 30% hingga 50% per tahun.

"Ini tentu tidak semuanya serentak di depan, tapi berangsur secara bertahap dalam beberapa tahun. Tapi sudah kelihatan angkanya sangat besar. Sebagai pembanding, total investasi 2017 di sektor migas USD9 miliar. Total investasi e-commerce dan startup sudah lebih dari separuh investasi di migas. Jadi skalanya sudah besar. Pertumbuhannya 30-50% per tahun," imbuh dia.

Mantan Menteri Perdagangan ini melanjutkan, realisasi penanaman modal asing (PMA) di Indonesia pada tahun 2017 mencapai USD25 miliar hingga USD35 miliar. Jika investasi e-commerce mencapai USD5 miliar, maka porsi dan pertumbuhannya sangat besar.

Dia memandang, ke depannya bisnis ini harus menjadi perhatian khusus pemerintah. "Perlu perhatian khusus dari pemerintah untuk dijaga baik-baik dan jangan sampai ini menghadapi kendala atau faktor negatif yang membuat investasi ini lari ke negara lain," tandasnya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8189 seconds (0.1#10.140)