Kantor Idaman ala Milenial
A
A
A
Banyak alternatif jalan yang dipilih anak muda era milenial ketika telah menyelesaikan pendidikan. Salah satunya dengan bekerja.
Selain memberikan sumber penghasilan, bekerja juga bisa menambah pengalaman, menjalin relasi, atau mengasah hobi. Anak muda era milenial memiliki pandangan sendiri tentang kantor tempat mereka bekerja. Bagaimanakah anak muda era milineal menjelaskan tentang kantor idaman? Remaja perempuan berumur 20 tahun dari Palangka Raya ini sedang disibukkan dengan tugas akhir.
Selain kuliah, Jp panggilan Retira Juliana Putri, juga gemar bermain musik. Bahkan, Jp bisa merilis single di music sites seperti spotify dan iTunes. Jp lebih menginginkan kantor yang kekinian dengan kerja yang fleksibel. “Kantor impian seperti di Google atau Traveloka.
Jadi, gimana gitu ya kalau pas lagi stres,ada yang bisa buat nenangin pikiran. Karena dari segi office-nya pun kekinian banget, sama fasilitas-fasilitasnya. Fasilitasnya kayak yang di Google sendiri kan, ada free flow food dan beverage, terus ada berbagai macam games, gitu jadi seru.
Apalagi aku suka ngegame juga kan. Terus kita juga kerjanya bisa fleksibel gak harus di ruang kerja, bisa di taman sambil duduk-duduk di bawah pohon gitu sambil dengerin lagu, kan asyik hehehe.”
Lebih ke Social Environment dan Color
Diah Ayu Lestari yang akrab dipanggil Laras merupakan mahasiswi Jurusan Sastra Inggris dengan konsentrasi creative writing . mahasiswi berumur 21 tahun ini setelah lulus kuliah berencana untuk melanjutkan pendidikan ke Korea Selatan atau Thailand dengan beasiswa. Namun, jika tidak terpenuhi, Laras memilih untuk bekerja.
Laras lebih mementingkan social environment di kantor idamannya dibandingkan dengan fisik bangunannya. “Ingin sebuah environment di mana orang-orang di situ enggak cuma anggap sekadar kolega, tapi as someone you could build a relationship as well, baik di dalam maupun di luar kantor.
Soalnya biar ada rasa sense of belonging sih. Jadi enggak sepaneng di kantor. Dari yang dulu cuma sekadar kolega, jadi teman-teman yang you can depand on, hahaha. Kalau secara fisik, my first priority is color. Aku pernah baca kalau pilihan warna itu ngaruh banget sama productivity orang. Selain itu, deskspace.
Aku paling suka kalau deskspace-ku dihias gitu biar enggak monoton, plus bisa bikin semangat kerja, dan itu bisa jadi conversation starter kalau misalnya ada kolega yang ngelewat. Kalau fasilitas, mungkin bisa ngasih recreational room nih di kantor hehehe ya ala-ala kantor di Amrik gitu. Jadi, isi kamarnya ada bermacam-macam games gitu.”
Serba Minimalis
Mahasiswi Jurusan Ilmu Ekonomi Syariah berusia 21 tahun ini pernah menjadi Duta Wisata Kabupaten Pati tahun 2013. Saat ini sedang sibuk tugas akhir dan membuat jurnal. Ayu, nama panggilannya, juga berbisnis untuk melatih jiwa kewirausahaannya. Rencana setelah menyelesaikan pendidikannya, Ayu langsung bekerja. Kantor impiannya serba-minimalis yang canggih.
“Kantor impianku ingin yang bisa berhadapan dengan banyak orang, disiplin tapi tidak terlalu banyak target, ber-AC dan canggih. Jadi enggak pakai ribet dan dimudahkan. Fasilitasnya ingin yang modelnya minimalis, dari meja kursi yang minimalis dan nyaman dengan tambahan fasilitas komputer, printer, minimum AC, dihiasi dengan bunga anggrek asli, pengharum ruangan yang elegan.”
Pengembangan Pegawai Lebih Penting
Linka Angelia yang saat ini berusia 23 tahun dan telah menamatkan pendidikannya di Jurusan Akuntansi. Ketika masa kuliah dulu, dia pernah mendapatkan beasiswa berprestasi dan lulus dengan predikat cumlaude. Setelah lulus kuliah, Linka langsung bekerja. Kantor idamannya ialah yang mengembangkan pegawainya.
“Kantor impian aku, aku mau semua pegawai dikembangkan, enggak statis, yang awal masuk jadi OB, aku enggak mau dia selamanya jadi OB, minimal keluar perusahaan itu, dirinya sudah ter-upgrade dari segi skill, ilmu, dan attitude. Aku enggak suka atasan yang membatasi kinerja pegawainya.
Kalau segi fasilitas, aku enggak muluk-muluk, enggak tahu kenapa. Fasilitas pasti jadi perhitungan, ya memang untuk memilih tempat bekerja. Kalau aku yang pertama milih bidang pekerjaannya. Aku jauh lebih memilih pekerjaan di luar bidangku. Aku mau aku paham segala aspek, punya pandangan dari segala sisi. Jadi pada saat aku dihadapkan suatu masalah, enggak cuma mencari solusi dari satu sisi.”
Sederhana dan Berkesan Baik
Aris, sapaan akrab Arismal, merupakan Perwakilan Pengantian Melayu Riau Jambore PKK Nasional tahun 2015. Remaja laki-laki yang saat ini berumur 21 tahun saat ini menjabat menjadi ketua Himpunan mahasiswa peminat ilmu-ilmu komunikasi dan pengembangan masyarakat (Himasiera) serta aktif di komunitas Instagram Bogor.
Ketika ditanya kantor idaman, Aris menyukai kantor yang tidak terlalu mewah namun memiliki kesan yang baik bagi para pegawai maupun tamu. “Sebenarnya kalau idaman itu bisa dibilang seperti kantor Unilever atau Kaskus. Kalau untuk deskripsi, aku enggak ingin yang terlalu mewah, yang sederhana saja tapi memiliki kesan baik bagi para pegawai dan tamu yang berkunjung.
Ada green room di ruang tunggunya dan disediakan koran serta televisi. Untuk tempat kerjanya, aku ingin ada ruang khusus untuk para pemimpin dan ruang terbuka untuk karyawan agar terlihat lebih luas. Jadi, bisa bercengkerama satu sama lain. Fasilitas yang aku inginkan, ada musala, dapur, serta toilet terpisah antara lakilaki dan perempuan. Selain itu, setiap Jumat diadakan doa bersama atau bisa juga liburan bersama.”
EFI SUSIYANTI
GEN SINDO-Institut Pertanian Bogor
Selain memberikan sumber penghasilan, bekerja juga bisa menambah pengalaman, menjalin relasi, atau mengasah hobi. Anak muda era milenial memiliki pandangan sendiri tentang kantor tempat mereka bekerja. Bagaimanakah anak muda era milineal menjelaskan tentang kantor idaman? Remaja perempuan berumur 20 tahun dari Palangka Raya ini sedang disibukkan dengan tugas akhir.
Selain kuliah, Jp panggilan Retira Juliana Putri, juga gemar bermain musik. Bahkan, Jp bisa merilis single di music sites seperti spotify dan iTunes. Jp lebih menginginkan kantor yang kekinian dengan kerja yang fleksibel. “Kantor impian seperti di Google atau Traveloka.
Jadi, gimana gitu ya kalau pas lagi stres,ada yang bisa buat nenangin pikiran. Karena dari segi office-nya pun kekinian banget, sama fasilitas-fasilitasnya. Fasilitasnya kayak yang di Google sendiri kan, ada free flow food dan beverage, terus ada berbagai macam games, gitu jadi seru.
Apalagi aku suka ngegame juga kan. Terus kita juga kerjanya bisa fleksibel gak harus di ruang kerja, bisa di taman sambil duduk-duduk di bawah pohon gitu sambil dengerin lagu, kan asyik hehehe.”
Lebih ke Social Environment dan Color
Diah Ayu Lestari yang akrab dipanggil Laras merupakan mahasiswi Jurusan Sastra Inggris dengan konsentrasi creative writing . mahasiswi berumur 21 tahun ini setelah lulus kuliah berencana untuk melanjutkan pendidikan ke Korea Selatan atau Thailand dengan beasiswa. Namun, jika tidak terpenuhi, Laras memilih untuk bekerja.
Laras lebih mementingkan social environment di kantor idamannya dibandingkan dengan fisik bangunannya. “Ingin sebuah environment di mana orang-orang di situ enggak cuma anggap sekadar kolega, tapi as someone you could build a relationship as well, baik di dalam maupun di luar kantor.
Soalnya biar ada rasa sense of belonging sih. Jadi enggak sepaneng di kantor. Dari yang dulu cuma sekadar kolega, jadi teman-teman yang you can depand on, hahaha. Kalau secara fisik, my first priority is color. Aku pernah baca kalau pilihan warna itu ngaruh banget sama productivity orang. Selain itu, deskspace.
Aku paling suka kalau deskspace-ku dihias gitu biar enggak monoton, plus bisa bikin semangat kerja, dan itu bisa jadi conversation starter kalau misalnya ada kolega yang ngelewat. Kalau fasilitas, mungkin bisa ngasih recreational room nih di kantor hehehe ya ala-ala kantor di Amrik gitu. Jadi, isi kamarnya ada bermacam-macam games gitu.”
Serba Minimalis
Mahasiswi Jurusan Ilmu Ekonomi Syariah berusia 21 tahun ini pernah menjadi Duta Wisata Kabupaten Pati tahun 2013. Saat ini sedang sibuk tugas akhir dan membuat jurnal. Ayu, nama panggilannya, juga berbisnis untuk melatih jiwa kewirausahaannya. Rencana setelah menyelesaikan pendidikannya, Ayu langsung bekerja. Kantor impiannya serba-minimalis yang canggih.
“Kantor impianku ingin yang bisa berhadapan dengan banyak orang, disiplin tapi tidak terlalu banyak target, ber-AC dan canggih. Jadi enggak pakai ribet dan dimudahkan. Fasilitasnya ingin yang modelnya minimalis, dari meja kursi yang minimalis dan nyaman dengan tambahan fasilitas komputer, printer, minimum AC, dihiasi dengan bunga anggrek asli, pengharum ruangan yang elegan.”
Pengembangan Pegawai Lebih Penting
Linka Angelia yang saat ini berusia 23 tahun dan telah menamatkan pendidikannya di Jurusan Akuntansi. Ketika masa kuliah dulu, dia pernah mendapatkan beasiswa berprestasi dan lulus dengan predikat cumlaude. Setelah lulus kuliah, Linka langsung bekerja. Kantor idamannya ialah yang mengembangkan pegawainya.
“Kantor impian aku, aku mau semua pegawai dikembangkan, enggak statis, yang awal masuk jadi OB, aku enggak mau dia selamanya jadi OB, minimal keluar perusahaan itu, dirinya sudah ter-upgrade dari segi skill, ilmu, dan attitude. Aku enggak suka atasan yang membatasi kinerja pegawainya.
Kalau segi fasilitas, aku enggak muluk-muluk, enggak tahu kenapa. Fasilitas pasti jadi perhitungan, ya memang untuk memilih tempat bekerja. Kalau aku yang pertama milih bidang pekerjaannya. Aku jauh lebih memilih pekerjaan di luar bidangku. Aku mau aku paham segala aspek, punya pandangan dari segala sisi. Jadi pada saat aku dihadapkan suatu masalah, enggak cuma mencari solusi dari satu sisi.”
Sederhana dan Berkesan Baik
Aris, sapaan akrab Arismal, merupakan Perwakilan Pengantian Melayu Riau Jambore PKK Nasional tahun 2015. Remaja laki-laki yang saat ini berumur 21 tahun saat ini menjabat menjadi ketua Himpunan mahasiswa peminat ilmu-ilmu komunikasi dan pengembangan masyarakat (Himasiera) serta aktif di komunitas Instagram Bogor.
Ketika ditanya kantor idaman, Aris menyukai kantor yang tidak terlalu mewah namun memiliki kesan yang baik bagi para pegawai maupun tamu. “Sebenarnya kalau idaman itu bisa dibilang seperti kantor Unilever atau Kaskus. Kalau untuk deskripsi, aku enggak ingin yang terlalu mewah, yang sederhana saja tapi memiliki kesan baik bagi para pegawai dan tamu yang berkunjung.
Ada green room di ruang tunggunya dan disediakan koran serta televisi. Untuk tempat kerjanya, aku ingin ada ruang khusus untuk para pemimpin dan ruang terbuka untuk karyawan agar terlihat lebih luas. Jadi, bisa bercengkerama satu sama lain. Fasilitas yang aku inginkan, ada musala, dapur, serta toilet terpisah antara lakilaki dan perempuan. Selain itu, setiap Jumat diadakan doa bersama atau bisa juga liburan bersama.”
EFI SUSIYANTI
GEN SINDO-Institut Pertanian Bogor
(nfl)