Sinyal Positif Akselerasi Ekspor Udang Vaname
A
A
A
JAKARTA - Pasar global sedang memberikan sinyal positif terhadap kebutuhan sektor perikanan, salah satunya udang vaname. Momentum ini dapat dimanfaatkan oleh Indonesia untuk terus mengakselerasi ekspor.
Tenaga Ahli Kedeputian V Kantor Staf Presiden (KSP) Riza Damanik mengatakan, ini menjadi kesempatan karena selain pasar global beri sinyal positif, juga persentase ekspor udang cukup besar. "Secara proporsional dalam 10 tahun sampai 15 tahun terakhir 30% sampai 50% pasar ekspor perikanan kita dari udang," ujarnya kepada SINDOnews di Jakarta, Minggu (1/7/2018).
Riza yang juga sebagai Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) menyampaikan, dengan adanya sinyal positif ini maka dari dalam negeri ada kesempatan agar bisa akselerasi tambak udang rakyat. Kesempatan tersebut, kata Riza, melalui skema perhutanan sosial, dimana target 2019 sebanyak 12 juta hektar lebih dimanfaatkan dalam membuka akses ke masyarakat.
"Nah di antaranya hutan ini ada hutan pesisir di pantai utara dan selatan Jawa, hutan ini bertahun-tahun dirusak. Dengan skema ini hutan pesisir bisa pulih di saat yang sama bisa meningkatkan pendapatan, salah satunya udang," paparnya.
Menurut dia, ada dua kombinasi yang bisa dioptimalkan untuk kegiatan pertambakan udang rakyat yakni dengan skema ekspansif dan optimalisasi. "Artinya di daerah potensial, lingkungan bisa dipulihkan bisa jadi tambak udang tradisional. Kedua optimalisasi, di tambak existing dengan produktivitas rendah bisa ditingkatkan dengan model organik," tutur dia.
Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat peningkatan tren ekspor produk perikanan Indonesia sepanjang tahun 2017. Angka ekspor perikanan selama 11 bulan di 2017 naik USD310 juta atau sekira 8,2%.
Berdasarkan data KKP, untuk komoditas utama yang diperdagangkan tren nilai ekspor Januari-November 2016-2017 mengalami kenaikan untuk komoditas udang 0,53%, tuna tongkol cakalang 18,57%, rajungan dan kepiting 29,46%, cumi sotong gurita 16,54%, rumput laut 23,35%, dan lainnya naik 3,61%.
Harga udang di pasar dunia sempat volatil pada 2014, kemudian setelah India bersama Indonesia, Ekuador dan Vietnam terus meningkatkan ekspornya, harga udang beku menjadi stabil.
Tenaga Ahli Kedeputian V Kantor Staf Presiden (KSP) Riza Damanik mengatakan, ini menjadi kesempatan karena selain pasar global beri sinyal positif, juga persentase ekspor udang cukup besar. "Secara proporsional dalam 10 tahun sampai 15 tahun terakhir 30% sampai 50% pasar ekspor perikanan kita dari udang," ujarnya kepada SINDOnews di Jakarta, Minggu (1/7/2018).
Riza yang juga sebagai Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) menyampaikan, dengan adanya sinyal positif ini maka dari dalam negeri ada kesempatan agar bisa akselerasi tambak udang rakyat. Kesempatan tersebut, kata Riza, melalui skema perhutanan sosial, dimana target 2019 sebanyak 12 juta hektar lebih dimanfaatkan dalam membuka akses ke masyarakat.
"Nah di antaranya hutan ini ada hutan pesisir di pantai utara dan selatan Jawa, hutan ini bertahun-tahun dirusak. Dengan skema ini hutan pesisir bisa pulih di saat yang sama bisa meningkatkan pendapatan, salah satunya udang," paparnya.
Menurut dia, ada dua kombinasi yang bisa dioptimalkan untuk kegiatan pertambakan udang rakyat yakni dengan skema ekspansif dan optimalisasi. "Artinya di daerah potensial, lingkungan bisa dipulihkan bisa jadi tambak udang tradisional. Kedua optimalisasi, di tambak existing dengan produktivitas rendah bisa ditingkatkan dengan model organik," tutur dia.
Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat peningkatan tren ekspor produk perikanan Indonesia sepanjang tahun 2017. Angka ekspor perikanan selama 11 bulan di 2017 naik USD310 juta atau sekira 8,2%.
Berdasarkan data KKP, untuk komoditas utama yang diperdagangkan tren nilai ekspor Januari-November 2016-2017 mengalami kenaikan untuk komoditas udang 0,53%, tuna tongkol cakalang 18,57%, rajungan dan kepiting 29,46%, cumi sotong gurita 16,54%, rumput laut 23,35%, dan lainnya naik 3,61%.
Harga udang di pasar dunia sempat volatil pada 2014, kemudian setelah India bersama Indonesia, Ekuador dan Vietnam terus meningkatkan ekspornya, harga udang beku menjadi stabil.
(akr)