Upayakan Hapus Hambatan, Mendag Temui Perwakilan Dagang AS

Minggu, 29 Juli 2018 - 12:05 WIB
Upayakan Hapus Hambatan,...
Upayakan Hapus Hambatan, Mendag Temui Perwakilan Dagang AS
A A A
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita melakukan pertemuan dengan United States Trade Representative (Perwakilan Dagang AS) Duta Besar Robert E Lighthizer guna membahas upaya peningkatan perdagangan dan pengurangan hambatan perdagangan kedua negara. Pertemuan tersebut menjadi agenda puncak dalam kunjungan kerja Mendag ke Amerika Serikat (AS) pada 23–27 Juli 2018.

"Dubes Lighthizer sangat menghargai dan menyambut baik pendekatan Pemerintah Indonesia untuk bekerja sama meningkatkan hubungan bilateral kedua negara sebagai mitra strategis. Kerja sama Indonesia-AS diharap dapat meningkatkan nilai perdagangan kedua negara yang menurut kami masih sangat rendah dibanding potensi yang ada," jelas Mendag Enggar dalam keterangan resminya, Minggu (29/7/2018).

Mendag menyampaikan bahwa Indonesia akan meningkatkan ekspor produk-produk Indonesia yang potensial di pasar AS. Di sisi lain, kata dia, Indonesia juga siap membeli bahan baku dan barang modal produksi AS yang tidak diproduksi di Tanah Air untuk mendukung industri dalam negeri sehingga produksi dan ekspor Indonesia akan meningkat.

Pemerintah Indonesia menunjukkan kesungguhan untuk meningkatkan kerja sama strategis pada kunjungan kali ini kepada Pemerintah AS dengan membawa pelaku usaha dan melakukan transaksi jual beli produk. Hal itu untuk mendukung proses produksi dan nilai tambah produk Indonesia, baik untuk domestik maupun ekspor.

Mendag Enggar menjelaskan kepada Dubes Lighthizer isu-isu terkait hambatan perdagangan yang menjadi perhatian Indonesia. Isu-isu tersebut antara lain proses peninjauan ulang terhadap Indonesia sebagai negara penerima skema generalized system of preferences (GSP) dan pengecualian bagi Indonesia atas pengenaan kenaikan tarif impor produk besi baja dan aluminium AS.

"Permintaan mempertahankan GSP untuk Indonesia tersebut tidak hanya untuk kepentingan industri di Indonesia, tetapi juga juga untuk kepentingan industri di AS karena terkait proses produksi domestik mereka, jadi sebetulnya ini kerja sama win-win," ungkapnya.

Indonesia mengakui masih memerlukan GSP untuk meningkatkan daya saing produk di pasar AS. Produk-produk Indonesia yang selama ini menggunakan skema GSP AS antara lain karet, ban mobil, perlengkapan perkabelan kendaraan, emas, asam lemak, perhiasan logam, aluminium, sarung tangan, alat musik, pengeras suara, keyboard, dan baterai.

Di tahun 2017, produk Indonesia yang menggunakan skema GSP bernilai USD1,9 miliar. Angka ini masih jauh di bawah negara-negara penerima GSP lainnya seperti India sebesar USD5,6 miliar; Thailand USD4,2 miliar; dan Brasil USD2,5 miliar.

"Proses peninjauan ulang saat ini tengah berlangsung, oleh karena itu kunjungan kali ini sangat tepat waktunya dan strategis dalam menegaskan kembali arti penting perdagangan kedua negara," kata Mendag.

Dalam kunjungan kerja ke AS tersebut, Mendag Enggar juga menggalang dukungan berbagai kalangan bagi keterbukaan akses pasar Indonesia. Mendag antara lain menemui asosiasi importir AS, asosiasi tekstil AS, hingga anggota kongres AS.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan total perdagangan Indonesia dan AS tahun 2017 sebesar USD25,91 miliar. Dari jumlah tersebut, ekspor Indonesia mencapai USD17,79 miliar dan impor Indonesia sebesar USD8,12 miliar. Dengan demikian, Indonesia surplus terhadap AS sebesar USD9,67 miliar.

Adapun tren perdagangan Indonesia-AS pada periode tahun 2013-2017 tumbuh positif sebesar 0,39%. Sementara itu, nilai perdagangan kedua negara untuk periode Januari-Mei 2018 telah mencapai USD11,85 miliar, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar USD10,65 miliar.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6983 seconds (0.1#10.140)