Hadapi Tantangan, BPR Didorong Tingkatkan Layanan Digital
A
A
A
JAKARTA - Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) mendorong seluruh anggotanya yaitu Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) untuk meningkatkan layanan digital.
Ketua Perbarindo Djoko Suyanto mengatakan, untuk menghadapi tantangan di era digital seperti saat ini, BPR dan BPRS dituntut dapat meningkatkan layanan digital agar dapat bersaing dan juga menunjang pengembangan bisnis.
"Sejumlah tantangan dan peluang di era digital tersebut akan kami bahas dalam Musyawarah Nasional (Munas) X Perbarindo," kata Djoko dalam keterangan persnya, Senin (22/10/2018).
Dalam Munas Perbarindo tersebut, juga turut digelar seminar nasional yang bertema "Peran BPR-BPRS Sebagai Mitra UMKM Dalam Memperluas Akses Layanan Perbankan Bagi Masyarakat Indonesia".
Sejumlah langkah yang telah dilakukan Perbarindo untuk menghadapi era digital yaitu dengan menginiasi dan merealisasikan pengembangan Mobile Point Of Sales (MPOS) BPR. MPOS adalah Pembaca KTP-elektronik terintegrasi EDC, sehingga memiliki fungsi yang lebih dari sekedar pembaca e-KTP reader.
"MPOS bisa digunakan untuk aktivitas perbankan seperti, setor tunai, tarik tunai, cek saldo, cek mutasi, pemindahan buku, pembukaan rekening atau pendaftaran dan layanan multibiller. Pengembangan MPOS sudah selesai, dalam acara Munas ini MPOS sudah bisa di release dan dapat digunakan pada seluruh BPR dan BPRS di Indonesia," paparnya.
Munas kali ini turut dihadiri oleh Para Pengurus dari 24 DPD, Pengurus dari 48 DPK, Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi BPR–BPRS Anggota Perbarindo seluruh Indonesia. Industri BPR–BPRS merupakan Bank Milik Anak Negeri dengan dukungan kantor terdiri dari 6.664 unit, terdiri dari Kantor Pusat 1.770 unit, Kantor Cabang 1.943 unit dan Kantor Kas 2.951 unit.
Kantor tersebut tersebar dari Aceh sampai dengan Papua. Sedangkan jumlah karyawan yang berperan aktif membesarkan Industri BPR-BPRS mencapai 145.000 orang dan seluruhnya adalah putra-putri Indonesia. Peran dan fungsi intermediasi telah dilakukan dengan baik oleh industri BPR-BPRS.
Untuk perkembangan jumlah kredit yang disalurkan pada Juli 2018 mencapai Rp95 triliun atau tumbuh sebesar 8,59% dibandingkan posisi tahun sebelumnya. Sedangkan dari sisi penghimpunan dana, jumlah tabungan pada Juli 2018 mencapai Rp28 triliun, jumlahnya naik 14,23% dibandingkan posisi setahun sebelumnya.
Hal yang sama juga pada sisi deposito, tumbuh mencapai 8,99%, menjadi Rp60 triliun pada Juli 2018. Keberhasilan dalam menghimpun dana pihak ketiga mencerminkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat semakin meningkat dan produk yang dimiliki lebih menguntungkan.
Selain itu, Industri BPR-BPRS telah melayani masyarakat Indonesia sebanyak 17 juta nasabah yang terdiri dari debitur sebanyak 4 juta rekening dengan rata-rata pinjaman Rp27 juta, deposan sebanyak 600.000 rekening dengan rata-rata deposito sebesar Rp102 juta dan penabung sebanyak 12,4 juta rekening dengan rata-rata tabungan sebesar Rp2 juta.
"Sangat jelas, bahwa Industri BPR-BPRS berada di grassroot dan garda terdepan dalam melakukan literasi serta edukasi terhadap masyarakat," pungkasnya.
Ketua Perbarindo Djoko Suyanto mengatakan, untuk menghadapi tantangan di era digital seperti saat ini, BPR dan BPRS dituntut dapat meningkatkan layanan digital agar dapat bersaing dan juga menunjang pengembangan bisnis.
"Sejumlah tantangan dan peluang di era digital tersebut akan kami bahas dalam Musyawarah Nasional (Munas) X Perbarindo," kata Djoko dalam keterangan persnya, Senin (22/10/2018).
Dalam Munas Perbarindo tersebut, juga turut digelar seminar nasional yang bertema "Peran BPR-BPRS Sebagai Mitra UMKM Dalam Memperluas Akses Layanan Perbankan Bagi Masyarakat Indonesia".
Sejumlah langkah yang telah dilakukan Perbarindo untuk menghadapi era digital yaitu dengan menginiasi dan merealisasikan pengembangan Mobile Point Of Sales (MPOS) BPR. MPOS adalah Pembaca KTP-elektronik terintegrasi EDC, sehingga memiliki fungsi yang lebih dari sekedar pembaca e-KTP reader.
"MPOS bisa digunakan untuk aktivitas perbankan seperti, setor tunai, tarik tunai, cek saldo, cek mutasi, pemindahan buku, pembukaan rekening atau pendaftaran dan layanan multibiller. Pengembangan MPOS sudah selesai, dalam acara Munas ini MPOS sudah bisa di release dan dapat digunakan pada seluruh BPR dan BPRS di Indonesia," paparnya.
Munas kali ini turut dihadiri oleh Para Pengurus dari 24 DPD, Pengurus dari 48 DPK, Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi BPR–BPRS Anggota Perbarindo seluruh Indonesia. Industri BPR–BPRS merupakan Bank Milik Anak Negeri dengan dukungan kantor terdiri dari 6.664 unit, terdiri dari Kantor Pusat 1.770 unit, Kantor Cabang 1.943 unit dan Kantor Kas 2.951 unit.
Kantor tersebut tersebar dari Aceh sampai dengan Papua. Sedangkan jumlah karyawan yang berperan aktif membesarkan Industri BPR-BPRS mencapai 145.000 orang dan seluruhnya adalah putra-putri Indonesia. Peran dan fungsi intermediasi telah dilakukan dengan baik oleh industri BPR-BPRS.
Untuk perkembangan jumlah kredit yang disalurkan pada Juli 2018 mencapai Rp95 triliun atau tumbuh sebesar 8,59% dibandingkan posisi tahun sebelumnya. Sedangkan dari sisi penghimpunan dana, jumlah tabungan pada Juli 2018 mencapai Rp28 triliun, jumlahnya naik 14,23% dibandingkan posisi setahun sebelumnya.
Hal yang sama juga pada sisi deposito, tumbuh mencapai 8,99%, menjadi Rp60 triliun pada Juli 2018. Keberhasilan dalam menghimpun dana pihak ketiga mencerminkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat semakin meningkat dan produk yang dimiliki lebih menguntungkan.
Selain itu, Industri BPR-BPRS telah melayani masyarakat Indonesia sebanyak 17 juta nasabah yang terdiri dari debitur sebanyak 4 juta rekening dengan rata-rata pinjaman Rp27 juta, deposan sebanyak 600.000 rekening dengan rata-rata deposito sebesar Rp102 juta dan penabung sebanyak 12,4 juta rekening dengan rata-rata tabungan sebesar Rp2 juta.
"Sangat jelas, bahwa Industri BPR-BPRS berada di grassroot dan garda terdepan dalam melakukan literasi serta edukasi terhadap masyarakat," pungkasnya.
(fjo)