Empat Pilar Agar Indonesia Masuk 10 Negara Ekonomi Dunia
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan ada empat pilar yang akan membawa Indonesia melompat jauh masuk 10 negara dengan kekuatan ekonomi di dunia pada tahun 2030. Keempat pilar tersebut adalah teknologi, industri, inovasi dan sumber daya manusia (SDM).
"Oleh karena itu, kita telah memulainya dengan meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0 yang akan menjadi agenda nasional serta strategi dan arah yang jelas dalam memacu industri nasional berdaya saing global sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujar Airlangga dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin (12/11/2018).
Airlangga menegaskan, pihaknya terus mengajak masyarakat Indonesia agar siap menyambut revolusi industri 4.0. Sebab, bangsa Indonesia tidak boleh gagap atau tertinggal dari perkembangan teknologi terkini sehingga mampu berinovasi dan kompetitif dengan negara lain.
"Bangsa ini harus bisa memasuki era baru, yakni era yang berlandaskan digital atau industri 4.0 yang memiliki prinsip perubahan yang dinamis, transformatif dan berkemajuan," jelasnya.
Guna mendorong transformasi sosial budaya pada masyarakat Indonesia, salah satu faktor yang memengaruhi adalah teknologi. "Teknologi mengubah cara kita berinteraksi, cara kita memandang suatu masalah dan mengambil keputusan," jelas Menperin.
Dalam penerapan industri 4.0, Indonesia akan didukung dengan lima teknologi utama yang menjadi ciri khas di era digital, yaitu konektivitas dan kemampuan komputasi, kemampuan analitik dan intelegensi mesin, ketersambungan manusia dengan mesin (human-machine interface), teknologi robotik tingkat lanjut, serta metode manufaktur melalui cetak tiga dimensi (3D Printing).
Kemudian, Airlangga mengungkapkan, aktivitas industri manufakur berperan penting mendongkrak perekonomian negara karena membawa efek berganda yang positif. Misalnya, peningkatan pada nilai tambah baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja, dan penerimaan devisa dari eskpor.
"Tidak ada satu negara maju di dunia yang tanpa melalui proses industrialisasi. Beberapa waktu lalu, dalam sebuah conference dengan UNIDO, Indonesia menjadi inspirator untuk mengimplementasikan industri 4.0 di negara-negara berkembang Asia Pasifik," paparnya.
Sementara itu, menurut Airlangga, pihaknya semakin gencar meningkatkan kualitas dan intensitas kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) di berbagai lini yang dapat menumbuhkan inovasi dalam upaya pengembangan industri manufaktur nasional.
"Peran lembaga litbang yang ada di seluruh Indonesia dapat menjadi penyokong utama terbentuknya ekosistem inovasi yang melahirkan riset-riset berkualitas dan memberi manfaat bagi kemajuan sektor industri," terangnya.
Langkah strategis lainnya yang tidak kalah penting adalah meningkatkan kompetensi SDM industri, terutama untuk siap memasuki era revolusi industri 4.0. Dalam hal ini, Kementerian Perindustrian telah meluncurkan program pendidikan vokasi yang link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri di beberapa wilayah di Indonesia yang dimulai pada Februari 2017.
"Hingga saat ini, kami telah menggandeng sebanyak 609 industri dan 1.753 SMK yang terlibat. Program penciptaan tenaga kerja yang sesuai kebutuhan industri ini akan terus digulirkan lagi pelaksanannya. Memang hasilnya tidak langsung jadi, butuh waktu dua sampai tiga tahun ke depan," pungkasnya.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan masih konsisten memberikan kontribusi tertinggi dalam struktur produk domestik bruto (PDB) nasional, dengan porsi mencapai 19,66% pada kuartal III tahun 2018. "Indonesia masuk dalam jajaran 9 negara di dunia yang industrinya memberikan kontribusi besar bagi ekonomi," imbuhnya.
"Oleh karena itu, kita telah memulainya dengan meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0 yang akan menjadi agenda nasional serta strategi dan arah yang jelas dalam memacu industri nasional berdaya saing global sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujar Airlangga dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin (12/11/2018).
Airlangga menegaskan, pihaknya terus mengajak masyarakat Indonesia agar siap menyambut revolusi industri 4.0. Sebab, bangsa Indonesia tidak boleh gagap atau tertinggal dari perkembangan teknologi terkini sehingga mampu berinovasi dan kompetitif dengan negara lain.
"Bangsa ini harus bisa memasuki era baru, yakni era yang berlandaskan digital atau industri 4.0 yang memiliki prinsip perubahan yang dinamis, transformatif dan berkemajuan," jelasnya.
Guna mendorong transformasi sosial budaya pada masyarakat Indonesia, salah satu faktor yang memengaruhi adalah teknologi. "Teknologi mengubah cara kita berinteraksi, cara kita memandang suatu masalah dan mengambil keputusan," jelas Menperin.
Dalam penerapan industri 4.0, Indonesia akan didukung dengan lima teknologi utama yang menjadi ciri khas di era digital, yaitu konektivitas dan kemampuan komputasi, kemampuan analitik dan intelegensi mesin, ketersambungan manusia dengan mesin (human-machine interface), teknologi robotik tingkat lanjut, serta metode manufaktur melalui cetak tiga dimensi (3D Printing).
Kemudian, Airlangga mengungkapkan, aktivitas industri manufakur berperan penting mendongkrak perekonomian negara karena membawa efek berganda yang positif. Misalnya, peningkatan pada nilai tambah baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja, dan penerimaan devisa dari eskpor.
"Tidak ada satu negara maju di dunia yang tanpa melalui proses industrialisasi. Beberapa waktu lalu, dalam sebuah conference dengan UNIDO, Indonesia menjadi inspirator untuk mengimplementasikan industri 4.0 di negara-negara berkembang Asia Pasifik," paparnya.
Sementara itu, menurut Airlangga, pihaknya semakin gencar meningkatkan kualitas dan intensitas kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) di berbagai lini yang dapat menumbuhkan inovasi dalam upaya pengembangan industri manufaktur nasional.
"Peran lembaga litbang yang ada di seluruh Indonesia dapat menjadi penyokong utama terbentuknya ekosistem inovasi yang melahirkan riset-riset berkualitas dan memberi manfaat bagi kemajuan sektor industri," terangnya.
Langkah strategis lainnya yang tidak kalah penting adalah meningkatkan kompetensi SDM industri, terutama untuk siap memasuki era revolusi industri 4.0. Dalam hal ini, Kementerian Perindustrian telah meluncurkan program pendidikan vokasi yang link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri di beberapa wilayah di Indonesia yang dimulai pada Februari 2017.
"Hingga saat ini, kami telah menggandeng sebanyak 609 industri dan 1.753 SMK yang terlibat. Program penciptaan tenaga kerja yang sesuai kebutuhan industri ini akan terus digulirkan lagi pelaksanannya. Memang hasilnya tidak langsung jadi, butuh waktu dua sampai tiga tahun ke depan," pungkasnya.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan masih konsisten memberikan kontribusi tertinggi dalam struktur produk domestik bruto (PDB) nasional, dengan porsi mencapai 19,66% pada kuartal III tahun 2018. "Indonesia masuk dalam jajaran 9 negara di dunia yang industrinya memberikan kontribusi besar bagi ekonomi," imbuhnya.
(ven)