Nilai Investasi Pertanian Tumbuh 110,2%

Selasa, 15 Januari 2019 - 12:06 WIB
Nilai Investasi Pertanian Tumbuh 110,2%
Nilai Investasi Pertanian Tumbuh 110,2%
A A A
JAKARTA - Nilai investasi pertanian di Indonesia meningkat hingga sebesar 110,2% selama periode 2013-2018. Ekspor pertanian yang tumbuh 29,7% mendorong nilai investasi tersebut.

"Ekspor kita naik 29,7% selama 2016 sampai 2018. Ekspor yang naik diantaranya sawit, kakao, karet dan kopi," kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pembangunan Pertanian 2019 di Jakarta, kemarin.

Dia menyebutkan sejumlah komoditas yang mengalami peningkatan ekspor selama 2014-2017, antara lain kelapa sawit 22,5%, karet 21,3%, kelapa 14,8%, dan kopi 28,6%.

Selain ekspor, inflasi pangan menurun sebesar 88,1% selama 2014-2017 dari 10,57% menjadi 1,26% yang merupakan pertama dalam sejarah di Indonesia. Menurut dia, prestasi ini menunjukkan bahwa produksi pangan meningkat.

Selain itu, nilai investasi pertanian juga tumbuh 110,2% selama 2013-2018 dengan total investasi mencapai Rp270,1 triliun.

Menurut Amran dipengaruhi oleh adanya 291 Permentan (Peraturan Menteri Pertanian) yang dicabut karena dianggap menghambat investasi. “PDB pertanian meningkat 47,2% dari Rp994,8 triliun pada 2013 menjadi Rp1.463,9 triliun pada 2018 dengan total akumulasi kenaikan Rp1.375,2 triliun selama 2013-2018 atau lebih dari separuh dari Belanja Negara pada APBN 2018,” ujarnya.

Kementan juga mencatat, Nilai Tukar Petani (NTP) meningkat 0,22% dari 102,03 pada 2014 menjadi 102,25 pada 2018 dan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) meningkat 5,39% dari 106,05 pada 2014 menjadi 111,77 pada 2018. Hal ini mengindikasikan daya beli petani naik dan kesejahteraan petani semakin meningkat.

“Jumlah penduduk miskin di perdesaan menurun 10,87% dari 17,74 juta jiwa pada Maret 2013 menjadi 15,81 juta jiwa pada Maret 2018 yang menunjukkan andil besar pembangunan pertanian dalam menekan kemiskinan di perdesaan,” paparnya.

Kementerian Pertanian meraih opini laporan keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada tahun 2016 yang merupakan pertama dalam sejarah, yang dilanjutkan dengan capaian yang sama pada tahun 2017.

Melalui pendidikan vokasi yang mendongkrak daya saing sumber daya manusia (SDM) pertanian, ditunjukkan melalui jumlah pendaftar Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) yang meningkat 1.238% dari 980 orang tahun 2013 menjadi 13.111 orang pada 2018 untuk mencetak generasi petani milenial berorientasi ekspor.

“Tercatat jumlah mahasiswa pertanian meningkat 64,16% dari 173.158 orang pada 2010 menjadi 284.259 orang pada 2018 dan pada tahun 2025 diperkirakan sebanyak 536.000 orang yang menunjukkan pendidikan tinggi pertanian makin diminati,” kata Amran.

Peningkatan SDM
Dia menjelaskan, pada tahun ini, Kementerian Pertanian mencetuskan gerakan satu juta petani millenial berorientasi ekspor dan peningkatan kualitas dan kapasitas Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia (SDM) pertanian.

Hal tersebut sejalan dengan tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2019 yaitu Pemerataan Pembangunan untuk Pertumbuhan Berkualitas dan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa prioritas pengembangan SDM harus menjadi tekanan dan perhatian dari setiap Kementerian/Lembaga utamanya Vocational school, Vocational training, Politeknik dan kemitraan dengan industri.

Dalam rangka menjaga dan mewujudkan lumbung pangan dunia 2045, Kementerian Pertanian di tahun 2019 melakukan optimalisasi pemanfaatan lahan rawa pasang surut/lebak melalui program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (#SERASI).

Program #SERASI 2019 dilaksanakan pada lahan rawa pasang surut/lebak seluas 500.000 ha yang difokuskan di Provinsi Sumatera Selatan (250.000 ha) dan Kalimantan Selatan (250.000 ha).

Sedangkan dalam rangka pengentasan kemiskinan di perdesaan, Amran menyatakan, pada tahun 2019 Kementerian Pertanian kembali melaksanakan Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (#BEKERJA) dengan membagikan bantuan 20 juta ekor ayam kepada petani miskin, santri tani, dan lainnya melalui 400.000 Rumah Tangga Miskin (RTM) di seluruh Indonesia.

“Selain ayam, paket bantuan juga memberikan bantuan benih atau bibit tanaman hortikultura dan perkebunan yang dirancang dalam cluster kawasan. Setelah bantuan didistribusikan, petani miskin tersebut akan terentaskan dari kemiskinan dan meningkat kesejahteraannya,” ujarnya.

Di tempat sama, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) Eko Putro Sandjojo meng apresiasi capaian dan keberhasilan Kementerian Pertanian (Kementan) selama empat tahun ini. Menurut dia, keberhasilan Kemendes dalam mengurus desa tertinggal tak lepas dari keberhasilan Kementan.

“Upaya dan kerja keras kami dalam mengentaskan 5.000 desa tertinggal dan menciptakan 2.000 desa mandiri, Alhamdulillah, mulai tercapai berkat keberhasilan di sektor pertanian,” katanya. Eko menjelaskan, sejauh ini pihaknya berhasil mengentaskan 6.700 desa tertinggal dan 2.600 desa mandiri.

Ribuan desa ini secara umum adalah masyarakat yang berpenghasilan dari sektor pertanian dan peternakan. “Desa di kita ini sebanyak 82% sangat bergantung pada sektor pertanian dan peternakan. Oleh karena itu, kami berharap melalui rapat kerja ini mampu meningkatkan sinergitas pembangunan bangsa yang lebih baik,” katanya.

Ketua Komisi IV DPR Edhy Prabowo mengapresiasi capaian Kementan selama kurun waktu empat tahun ini. Edhy mengatakan, produksi gabah dan jagung harus dipertahankan untuk kepentingan bangsa yang lebih luas. “Kami sangat mengapresiasi capaian Kementan di bawah komando Menteri Amran. Secara prinsip, DPR dari lintas fraksi mendukung dalam hal konteks pembangunan negara kita, selama itu ke pentingan merah putih kita harus dorong,” katanya. (Heru Febrianto)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4231 seconds (0.1#10.140)