Industri Manufaktur Lesu Sejak Berakhirnya Era Soeharto
A
A
A
JAKARTA - Industri manufaktur Indonesia pernah mengalami masa jayanya di era pemerintahan Presiden Soeharto. Periode 1995 silam, angka pertumbuhan industri manufaktur lebih tinggi dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Ekonom Raden Pardede mengatakan, saat itu pertumbuhan ekspor Indonesia bertumbuh hingga 20% tiap tahun. Hal ini dibarengi dengan industri manufaktur yang pertumbuhannya bisa mencapai 14%. "Pertumbuhan industri 10%-14% itu lah penggerak ekonomi kita dan PDB bisa bertumbuh 8% saat itu. Apakah bisa begitu sekarang?," ujarnya di Jakarta, Kamis (31/1/2019).
Namun, Ia menjelaskan, era berjayanya industri manufaktur hanya sampai tahun 2000-an. Pada tahun itu, industri manufaktur lesu dikalahkan oleh komoditas yang tengah menanjak.
Sehingga, sejak saat itu kontribusi industri manufaktur terhadap PDB terus mengalami penurunan. Manufaktur menjadi tertinggal dan fokus pada komoditi. "Saat komoditi booming 2000-an, manufaktur kita jadi rendah. Dinamakan penyakit Belanda, tertinggal lah manufaktur temasuk kebijakannya," katanya.
Lantaran hal tersebut, menurutnya pemerintah penting untuk terus menggencarkan revolusi industri 4.0. "Langkah ini bertujuan untuk mengejar ketertinggalan Indonesia di sektor industri," paparnya.
Ekonom Raden Pardede mengatakan, saat itu pertumbuhan ekspor Indonesia bertumbuh hingga 20% tiap tahun. Hal ini dibarengi dengan industri manufaktur yang pertumbuhannya bisa mencapai 14%. "Pertumbuhan industri 10%-14% itu lah penggerak ekonomi kita dan PDB bisa bertumbuh 8% saat itu. Apakah bisa begitu sekarang?," ujarnya di Jakarta, Kamis (31/1/2019).
Namun, Ia menjelaskan, era berjayanya industri manufaktur hanya sampai tahun 2000-an. Pada tahun itu, industri manufaktur lesu dikalahkan oleh komoditas yang tengah menanjak.
Sehingga, sejak saat itu kontribusi industri manufaktur terhadap PDB terus mengalami penurunan. Manufaktur menjadi tertinggal dan fokus pada komoditi. "Saat komoditi booming 2000-an, manufaktur kita jadi rendah. Dinamakan penyakit Belanda, tertinggal lah manufaktur temasuk kebijakannya," katanya.
Lantaran hal tersebut, menurutnya pemerintah penting untuk terus menggencarkan revolusi industri 4.0. "Langkah ini bertujuan untuk mengejar ketertinggalan Indonesia di sektor industri," paparnya.
(akr)