CIMB Niaga Syariah Akan Terbitkan Sukuk Mudharabah Rp2 Triliun
A
A
A
JAKARTA - Unit Usaha Syariah PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga Syariah) berencana menerbitkan sukuk mudharabah sebesar Rp2 triliun. Dana hasil penerbitan sukuk tersebut seluruhnya akan digunakan untuk mendukung pertumbuhan bisnis Unit Usaha Syariah CIMB Niaga.
Direktur Syariah Banking CIMB Niaga, Pandji Djajanegara, mengatakan rencananya perseroan akan menerbitkan sukuk mudharabah pada semester II tahun ini. Namun, perseroan masih menunggu kondisi pasar terlebih dahulu. Jika pasar masih tinggi maka perseroan akan menahan rencana tersebut.
"Kalau pasar tinggi, kita tidak akan keluarkan dulu. Karena sukuk ini bukan suatu keharusan. Ini sifatnya hanya alternatif untuk pendanaan dan likuiditas di CIMB Niaga Syariah. Kalau harga rendah, kita masuk tetapi kalau tinggi, ya tidak," kata Pandji saat diskusi bersama media massa, Rabu (27/3/2019).
Dengan penerbitan sukuk tersebut diharapkan pertumbuhan pembiayaan perseroan dapat naik 30%. Hingga akhir Desember 2018, CIMB Niaga Syariah telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp26,51 triliun atau tumbuh 58,8% dari tahun 2017 sebesar Rp16,69 triliun.
Kontributor utama peningkatan pembiayaan berasal dari segmen korporasi dan mortgage (KPR iB), yang masing-masing tumbuh 85,5% (Rp11,0 triliun) dan 60,4% (Rp8,7 triliun) secara year on year. Adapun rasio Non Performing Financing (NPF) di posisi 0,98% atau di bawah rata-rata industri perbankan syariah.
"Dan yang sudah disetujui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) itu Rp4 triliun. Tahun lalu, kami sudah keluarkan Rp1 triliun. Di Juli-Agustus 2019 akan keluarkan lagi Rp1 triliun. Nanti kuartal IV-2019 baru Rp1 triliun lagi. Jadi total Rp2 triliun di tahun ini. Sisanya akan dikeluarkan tahun depan," ungkapnya.
Perseroan juga berencana melakukan pemisahan unit usaha syariah (spin off) atau menjadi Bank Umum Syariah pada tahun 2022-2023 mendatang. Hanya saja pemisahan ini tidak ingin tergesa-gesa karena memerlukan persiapan yang matang.
Menurut dia, permodalan menjadi pertimbangan perusahaan sebelum berubah menjadi Bank Umum Syariah. Nantinya, pada saat spin off, perseroan menargetkan modal bisa di atas Rp5 triliun atau berada di kelas BUKU III.
Perseroan juga akan menjaga rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) di kisaran 16%. "Saat ini CAR kami 15,62%. Targetnya kedepan jangan sampai di bawah 14% lah," imbuh dia.
Pandji menuturkan, dengan spin off yang ditargetkan 3-4 tahun lagi, diharapkan aset perseroan dapat mencapai Rp60-70 triliun atau mengalami kenaikan dari saat ini di angka Rp34,4 triliun. Adapun langkah-langkah strategis yang dilakukan perseroan diantaranya perseroan memberlakukan syariah first dan fokus pada kekuatan utama.
Lalu meningkatkan rentabilitas usaha, kesimbangan bisnis dan managemen risiko. "Kita harus jaga NPF jangan besar-besar. Kita jaga di 1% saja. Satu-satunya cara kita menekan NPF yakni tawarkan syariah ke eksisting nasabah saja jangan ditawarkan ke nasabah baru," jelas dia. Kemudian langkah selanjutnya, yakni mengoptimalkan sumber daya manusia (SDM).
Pandji menambahkan, sepanjang tahun 2018 CIMB Niaga Syariah dapat menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp23,71 triliun, tumbuh 19,1% dari posisi tahun lalu sebesar Rp19,91 triliun. Adapun profit before tax (PBT) yang berhasil diperoleh pada 2018 sebesar Rp701,61 miliar, meningkat 43,3% dari tahun 2017 sebesar Rp489,68 miliar.
Hingga 31 Desember 2018, CIMB Niaga Syariah sebagai salah satu Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS-BPIH), telah menghimpun dana haji sebesar Rp2,153 triliun dari 87.865 nasabah.
"Khusus pada 2018, pertumbuhan nasabah tabungan haji CIMB Niaga Syariah meningkat hingga 40% menjadi 42.196 nasabah. Sehingga menempatkan kami sebagai bank dengan jumlah tabungan haji terbesar kelima di Indonesia," ungkap Pandji.
Selain Tabungan iB Pahala, penetrasi produk-produk konsumer lainnya seperti Kartu Pembiayaan Syariah (Gold dan Platinum) serta KPR iB juga tetap menjadi fokus perseroan tahun ini. Untuk meningkatkan kepuasan kepada nasabah, CIMB Niaga Syariah juga akan terus memaksimalkan infrastruktur digital milik bank induk guna melayani berbagai kebutuhan nasabah.
Direktur Syariah Banking CIMB Niaga, Pandji Djajanegara, mengatakan rencananya perseroan akan menerbitkan sukuk mudharabah pada semester II tahun ini. Namun, perseroan masih menunggu kondisi pasar terlebih dahulu. Jika pasar masih tinggi maka perseroan akan menahan rencana tersebut.
"Kalau pasar tinggi, kita tidak akan keluarkan dulu. Karena sukuk ini bukan suatu keharusan. Ini sifatnya hanya alternatif untuk pendanaan dan likuiditas di CIMB Niaga Syariah. Kalau harga rendah, kita masuk tetapi kalau tinggi, ya tidak," kata Pandji saat diskusi bersama media massa, Rabu (27/3/2019).
Dengan penerbitan sukuk tersebut diharapkan pertumbuhan pembiayaan perseroan dapat naik 30%. Hingga akhir Desember 2018, CIMB Niaga Syariah telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp26,51 triliun atau tumbuh 58,8% dari tahun 2017 sebesar Rp16,69 triliun.
Kontributor utama peningkatan pembiayaan berasal dari segmen korporasi dan mortgage (KPR iB), yang masing-masing tumbuh 85,5% (Rp11,0 triliun) dan 60,4% (Rp8,7 triliun) secara year on year. Adapun rasio Non Performing Financing (NPF) di posisi 0,98% atau di bawah rata-rata industri perbankan syariah.
"Dan yang sudah disetujui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) itu Rp4 triliun. Tahun lalu, kami sudah keluarkan Rp1 triliun. Di Juli-Agustus 2019 akan keluarkan lagi Rp1 triliun. Nanti kuartal IV-2019 baru Rp1 triliun lagi. Jadi total Rp2 triliun di tahun ini. Sisanya akan dikeluarkan tahun depan," ungkapnya.
Perseroan juga berencana melakukan pemisahan unit usaha syariah (spin off) atau menjadi Bank Umum Syariah pada tahun 2022-2023 mendatang. Hanya saja pemisahan ini tidak ingin tergesa-gesa karena memerlukan persiapan yang matang.
Menurut dia, permodalan menjadi pertimbangan perusahaan sebelum berubah menjadi Bank Umum Syariah. Nantinya, pada saat spin off, perseroan menargetkan modal bisa di atas Rp5 triliun atau berada di kelas BUKU III.
Perseroan juga akan menjaga rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) di kisaran 16%. "Saat ini CAR kami 15,62%. Targetnya kedepan jangan sampai di bawah 14% lah," imbuh dia.
Pandji menuturkan, dengan spin off yang ditargetkan 3-4 tahun lagi, diharapkan aset perseroan dapat mencapai Rp60-70 triliun atau mengalami kenaikan dari saat ini di angka Rp34,4 triliun. Adapun langkah-langkah strategis yang dilakukan perseroan diantaranya perseroan memberlakukan syariah first dan fokus pada kekuatan utama.
Lalu meningkatkan rentabilitas usaha, kesimbangan bisnis dan managemen risiko. "Kita harus jaga NPF jangan besar-besar. Kita jaga di 1% saja. Satu-satunya cara kita menekan NPF yakni tawarkan syariah ke eksisting nasabah saja jangan ditawarkan ke nasabah baru," jelas dia. Kemudian langkah selanjutnya, yakni mengoptimalkan sumber daya manusia (SDM).
Pandji menambahkan, sepanjang tahun 2018 CIMB Niaga Syariah dapat menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp23,71 triliun, tumbuh 19,1% dari posisi tahun lalu sebesar Rp19,91 triliun. Adapun profit before tax (PBT) yang berhasil diperoleh pada 2018 sebesar Rp701,61 miliar, meningkat 43,3% dari tahun 2017 sebesar Rp489,68 miliar.
Hingga 31 Desember 2018, CIMB Niaga Syariah sebagai salah satu Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS-BPIH), telah menghimpun dana haji sebesar Rp2,153 triliun dari 87.865 nasabah.
"Khusus pada 2018, pertumbuhan nasabah tabungan haji CIMB Niaga Syariah meningkat hingga 40% menjadi 42.196 nasabah. Sehingga menempatkan kami sebagai bank dengan jumlah tabungan haji terbesar kelima di Indonesia," ungkap Pandji.
Selain Tabungan iB Pahala, penetrasi produk-produk konsumer lainnya seperti Kartu Pembiayaan Syariah (Gold dan Platinum) serta KPR iB juga tetap menjadi fokus perseroan tahun ini. Untuk meningkatkan kepuasan kepada nasabah, CIMB Niaga Syariah juga akan terus memaksimalkan infrastruktur digital milik bank induk guna melayani berbagai kebutuhan nasabah.
(ven)