Menteri Jonan Cemaskan Industri Migas Bisa Ketinggalan Zaman

Kamis, 04 April 2019 - 15:01 WIB
Menteri Jonan Cemaskan Industri Migas Bisa Ketinggalan Zaman
Menteri Jonan Cemaskan Industri Migas Bisa Ketinggalan Zaman
A A A
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mencemaskan, bahwa industri Minyak dan Gas Bumi (Migas) bisa tertinggal apabila tidak berubah mengikuti perkembangan zaman. Diterangkan industri migas saat ini menjadi salah satu industri yang tumbuhnya melambat.

Industri migas juga sama dengan industri pertambangan yang pertumbuhannya lambat. Menurutnya jika hal ini dibiarkan, maka industri migas akan tertinggal. "Terus terang sektor hulu migas ini sama kayak tambang berubahnya telat. Nanti perubahan telat ketinggalan zaman," ujar Menteri Jonan di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (4/4/2019).

Salah satu bukti jika industri migas itu tertinggal adalah tidak adanya perusahaan migas yang masuk ke dalam 10 perusahaan besar di dunia. Padahal 10 tahun lalu atau pada 2008, perusahaan migas menjadi perusahaan terbesar di Dunia.

"10 tahun lalu, 2008, 10 perusahaan besar di dunia itu perusahaan migas. 2018 itu sudah tidak ada, 10 perusahaan terbesar di dunia ini gak ada. Kecuali kalo Saudi Aramco go public mungkin bisa masuk. Makanya industri migas mulai tertinggal," jelasnya.

Dirinya membandingkan industri migas dengan Telekomunikasi. Menurutnya, perubahan di industri telekomunikasi sangat cepat sekali, terbukti dalam satu tahun ada beberapa model handphone baru yang dijual ke publik. Selain itu, ongkos produksinya juga biasanya lebih murah. Namun ketika dijual ke pasaran, harga handphone sangat mahal dan bukan labanya lebih besar dibandingkan ongkos produksinya.

"Saya kagum dengan industri telekomunikasi. Handphone makin lama makin canggih harganya makin murah. 25 tahun lalu maka satu hp baru sama dengan harga kijang kotak sekitar Rp25 juta. Hp yang nyimpen nomer telepon aja gak bisa dulu Rp25 juta. Sedangkan sekarang sudah canggih," jelasnya.

Hal tersebut berbanding terbalik dengan industri migas. Industri migas memiliki cost produksinya yang cukup tinggi, namun minyak yang dihasilkan tidak banyak. "Kalo di hulu migas produksi makin rendah sedang biayanya tinggi," ucapnya.

Oleh karena itu yang harus dibenahi pertama adalah organisasinya. Pembentukan organisasi baru ini harus bisa menyesuaikan zamannya. "Perbaikilah organisasinya kan zaman berubah jadi organisasi juga harus mengikuti zaman. Sektor hulu migas ini sama dengan sektor pertambangan lain yang tambah pelan, lama-lama ini bisa ditinggal oleh zaman," jelasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6167 seconds (0.1#10.140)