Ekonomi Digital Beri Peluang Tak Terbatas Bagi Entrepreneur
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong tumbuhnya wirausaha indusri baru dalam menyambut peluang era ekonomi digital. Hal ini merupakan salah satu implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0, baik itu melalui pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) maupun mendorong tumbuhnya Sumber Daya Manusia (SDM) terampil.
“Era ekonomi digital ini memberikan peluang tak terbatas bagi para entrepreneur. Kalau berdasarkan pengalaman di era revolusi industri ketiga, yang menjadi entrepreneur itu hanya mereka yang usianya sudah 39 tahun ke atas. Tetapi dengan ekonomi digital, yang sudah menjadi entrepreneur, usianya bisa lebih muda lagi sekitar 20 tahun,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Jumat (5/4/2019).
Airlangga mencontohkan, saat ini Indonesia sudah mempunyai empat unicorn atau perusahaan rintisan (startup) yang nilai valuasinya lebih dari USD1 miliar. Tiga di antaranya diciptakan oleh anak muda Indonesia.
“Kalau kita lihat Bukalapak, diciptakan oleh dua sampai tiga orang anak muda dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Pendiri Tokopedia juga masih muda. Bahkan, salah satu startup yang berpotensi menjadi unicorn baru ternyata diciptakan oleh mahasiswa,” paparnya.
Untuk menumbuhkan startup baru serta memacu pembangunan industri digital di Tanah Air, pemerintah mendukung program Apple Developer Academy yang telah meluluskan 166 wisudawan. Mereka merupakan mahasiswa yang mengikuti program pengembangan aplikasi berbasis sistem operasi iOS selama satu tahun, dan telah menghasilkan program yang sudah bisa dilihat di App Store.
“Menariknya, lulusan Apple Developer Academy ini sudah world class, setara dengan lulusan di Silicon Valley, Amerika Serikat. Setelah lulus dari program ini, mereka bisa memilih untuk bekerja di Apple atau menjadi entrepreneur, karena program yang mereka buat langsung bisa dijual di App Store. Sekarang Apple Developer Academy membuka gelombang kedua dengan peserta lebih dari 200 orang, dengan backgroundmacam-macam, tidak hanya dari teknologi informasi,” ungkapnya.
Airlangga mengemukakan, fasilitas Apple Developer Academy tersebut sudah dibuka di BSD City, Tangerang, Banten.Ini menjadi yang pertama di Asia dan ketiga di dunia setelah Brasil dan Italia. Selanjutnya, Apple Developer Academy akan dibangun di Surabaya dan Batam.
Selama mengikuti pelatihan, 166 siswa tersebut telah menghasilkan 33 aplikasi yang sudah tersedia di App Store. Beberapa di antaranya aplikasi soal donor darah, aplikasi mencari masjid terdekat, aplikasi AI untuk mencari pekerjaan, hingga aplikasi tentang travelling.
“Saya sudah menjumpai kelompok yang membuat lima software unggulan. Salah satu dari mereka mendapat inspirasi dari kerja bersama. Misalnya, mereka membuat aplikasi untuk bantu menemukan donor darah yang tepat saat keadaan darurat. Aplikasi ini sangat luar biasa, dihasilkan oleh anak-anak Indonesia. Ini adalah contoh dari perkembangan ekonomi digital,” tandasnya.
“Era ekonomi digital ini memberikan peluang tak terbatas bagi para entrepreneur. Kalau berdasarkan pengalaman di era revolusi industri ketiga, yang menjadi entrepreneur itu hanya mereka yang usianya sudah 39 tahun ke atas. Tetapi dengan ekonomi digital, yang sudah menjadi entrepreneur, usianya bisa lebih muda lagi sekitar 20 tahun,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Jumat (5/4/2019).
Airlangga mencontohkan, saat ini Indonesia sudah mempunyai empat unicorn atau perusahaan rintisan (startup) yang nilai valuasinya lebih dari USD1 miliar. Tiga di antaranya diciptakan oleh anak muda Indonesia.
“Kalau kita lihat Bukalapak, diciptakan oleh dua sampai tiga orang anak muda dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Pendiri Tokopedia juga masih muda. Bahkan, salah satu startup yang berpotensi menjadi unicorn baru ternyata diciptakan oleh mahasiswa,” paparnya.
Untuk menumbuhkan startup baru serta memacu pembangunan industri digital di Tanah Air, pemerintah mendukung program Apple Developer Academy yang telah meluluskan 166 wisudawan. Mereka merupakan mahasiswa yang mengikuti program pengembangan aplikasi berbasis sistem operasi iOS selama satu tahun, dan telah menghasilkan program yang sudah bisa dilihat di App Store.
“Menariknya, lulusan Apple Developer Academy ini sudah world class, setara dengan lulusan di Silicon Valley, Amerika Serikat. Setelah lulus dari program ini, mereka bisa memilih untuk bekerja di Apple atau menjadi entrepreneur, karena program yang mereka buat langsung bisa dijual di App Store. Sekarang Apple Developer Academy membuka gelombang kedua dengan peserta lebih dari 200 orang, dengan backgroundmacam-macam, tidak hanya dari teknologi informasi,” ungkapnya.
Airlangga mengemukakan, fasilitas Apple Developer Academy tersebut sudah dibuka di BSD City, Tangerang, Banten.Ini menjadi yang pertama di Asia dan ketiga di dunia setelah Brasil dan Italia. Selanjutnya, Apple Developer Academy akan dibangun di Surabaya dan Batam.
Selama mengikuti pelatihan, 166 siswa tersebut telah menghasilkan 33 aplikasi yang sudah tersedia di App Store. Beberapa di antaranya aplikasi soal donor darah, aplikasi mencari masjid terdekat, aplikasi AI untuk mencari pekerjaan, hingga aplikasi tentang travelling.
“Saya sudah menjumpai kelompok yang membuat lima software unggulan. Salah satu dari mereka mendapat inspirasi dari kerja bersama. Misalnya, mereka membuat aplikasi untuk bantu menemukan donor darah yang tepat saat keadaan darurat. Aplikasi ini sangat luar biasa, dihasilkan oleh anak-anak Indonesia. Ini adalah contoh dari perkembangan ekonomi digital,” tandasnya.
(akr)