Sri Mulyani Ramal Perang Dagang AS dan China Berlangsung Lama
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengaku bakal mewaspadai dampak dari perang dagang yang terjadi antara dua kekuatan ekonomi dunia yakni Amerika Serikat (AS) dan China. Pasalnya menurut mantan Direktur Bank Dunia itu perang dagang Beijing versus Washington belum akan mereda dalam waktu dekat.
"Perlu kita waspadai adalah sinyal bahwa situasi ini tidak akan reda dalam jangka pendek karena pola konfrontasi sangat head to head, sehingga untuk dua negara besar ini face saving atau diplomasi mentone-down menjadi lebih sulit dan artinya ketegangan ini akan mewarnai cukup panjang," ujar Sri Mulyani di Jakarta.
Sambung dia menjelaskan, ketegangan perdagangan ini masih akan cukup panjang, dimana tercermin dari China yang mendapatkan dampak perlambatan ekonomi. "Kalau stimulasi yang dilakukan tidak pengaruh ke sektor keuangan, ini akan menekan kondisi masing-masing negara. Sementara di AS jika kenaikan harga memunculkan inflasi, maka pengaruhnya dua yakni suku bunga meningkat dan penurunan daya beli. Keduanya tidak bagus untuk dunia," jelasnya.
Terkait kondisi ketidakpastian perdagangan yang membayangi, Sri Mulyani menegaskan bakal terus secara intens memperhatikan pengaruhnya ke ekonomi global. Seperti dampak terjadinya perlambatan pada pertumbuhan dan perdagangan di Indonesia. "Untuk negara seperti kita yang masih tergantung ke external balance, ini berarti kita tidak mungkin mengandalkan ekspor sebagai mesin pertumbuhan," paparnya.
Meski begitu lanjutnya, ada sisi positif yang didapatkan yakni ada banyak barang yang tadinya kita impor untuk menopang industri, jadi tersedia. Hal ini berarti mempengaruhi industrialisasi yang dicanangkan oleh pemerintah. "Jadi semuanya berkaitan, artinya ekonomi sedang dalam tekanan global yang sangat serius saat ada ketidakpastian. Kita harus lihat aspek domestik dan ini kewaspadaan bagi kita," terang dia.
"Perlu kita waspadai adalah sinyal bahwa situasi ini tidak akan reda dalam jangka pendek karena pola konfrontasi sangat head to head, sehingga untuk dua negara besar ini face saving atau diplomasi mentone-down menjadi lebih sulit dan artinya ketegangan ini akan mewarnai cukup panjang," ujar Sri Mulyani di Jakarta.
Sambung dia menjelaskan, ketegangan perdagangan ini masih akan cukup panjang, dimana tercermin dari China yang mendapatkan dampak perlambatan ekonomi. "Kalau stimulasi yang dilakukan tidak pengaruh ke sektor keuangan, ini akan menekan kondisi masing-masing negara. Sementara di AS jika kenaikan harga memunculkan inflasi, maka pengaruhnya dua yakni suku bunga meningkat dan penurunan daya beli. Keduanya tidak bagus untuk dunia," jelasnya.
Terkait kondisi ketidakpastian perdagangan yang membayangi, Sri Mulyani menegaskan bakal terus secara intens memperhatikan pengaruhnya ke ekonomi global. Seperti dampak terjadinya perlambatan pada pertumbuhan dan perdagangan di Indonesia. "Untuk negara seperti kita yang masih tergantung ke external balance, ini berarti kita tidak mungkin mengandalkan ekspor sebagai mesin pertumbuhan," paparnya.
Meski begitu lanjutnya, ada sisi positif yang didapatkan yakni ada banyak barang yang tadinya kita impor untuk menopang industri, jadi tersedia. Hal ini berarti mempengaruhi industrialisasi yang dicanangkan oleh pemerintah. "Jadi semuanya berkaitan, artinya ekonomi sedang dalam tekanan global yang sangat serius saat ada ketidakpastian. Kita harus lihat aspek domestik dan ini kewaspadaan bagi kita," terang dia.
(akr)