Harga Minyak Turun Karena Data Ekonomi China Mengecewakan

Rabu, 14 Agustus 2019 - 15:09 WIB
Harga Minyak Turun Karena Data Ekonomi China Mengecewakan
Harga Minyak Turun Karena Data Ekonomi China Mengecewakan
A A A
TOKYO - Harga minyak mentah menurun pada perdagangan Rabu (14/8/2019), disebabkan data ekonomi yang mengecewakan dari China. Pasalnya, China merupakan konsumen minyak terbesar di dunia. Data ekonomi yang buruk bisa berpengaruh terhadap permintaan atas minyak.

Melansir dari Reuters, harga minyak mentah Brent International turun 64 sen atau 1% menjadi USD60,66 per barel pada pukul 04:46 GMT. Pada Selasa lalu, harga minyak acuan Brent naik 4,7%, persentase kenaikan terbesar sejak Desember 2018.

Harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI) melemah 75 sen atau 1,3% menjadi USD56,35 per barel, setelah naik 4% pada sesi sebelumnya, yang merupakan level terbesar lebih dari sebulan.

Biro Statistik Nasional China melaporkan serangkaian data ekonomi bulan Juli yang melemah. Dimana pertumbuhan industri Negeri Tirai Bambu hanya tumbuh 4,8%, lebih rendah dari perkiraan para analis sebesar 5,8%.

Pertumbuhan 4,8% merupakan yang terendah sejak Februari 2002 atau 17 tahun. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya tekanan perang dagang dari Amerika Serikat.

Merujuk dari CNBC, Rabu (14/8), pertumbuhan penjualan ritel di China yang diharap-harapkan juga melemah. Hanya tumbuh 7,6% sepanjang Juli, berbanding dengan 9,8% pada Juni.

"Memburuknya produksi industri China dan penjualan ritel menunjukkan gambaran fundamental dari ekonomi mereka. Dan permintaan minyak akan mengalami pelemahan," ujar Margaret Yang, analis pasar di CMC Markets.

Sementara itu, analis pasar senior di OANDA Asia Pasifik, Jeffrey Halley, berpendapat melemahnya harga minyak pada Rabu ini disebabkan aksi profit taking alias ambil untung, setelah Selasa lalu menguat. "Aksi ambil untung di Asia adalah hal logis," tukasnya.

Pada Selasa kemarin, harga minyak menguat setelah Presiden AS Donald Trump membatalkan batas waktu 1 September untuk penerapan tarif tambahan 10% kepada produk-produk China senilai USD300 miliar. Namun, Trump tetap akan memberlakukan tarif tambahan bagi produk impor China senilai USD110 miliar.

"Jadi penundaan yang USD300 miliar tidak menyelesaikan masalah inti perang dagang AS dan China," sambung Margaret Yang. Menurut dia, pasar minyak akan segera turun drastis menghadapi perlambatan pertumbuhan ekonomi global akibat perang dagang dan inkonsistensi kebijakan.

Selain itu, melemahnya harga si emas hitam pada Rabu ini, akibat kenaikan pasokan minyak mentah AS secara tidak terduga. American Petroleum Institute (API) melansir bahwa persediaan minyak mentah AS meningkat 3,7 juta barel menjadi 443 juta barel, dibandingkan ekspektasi analis yaitu penurunan 2,8 juta barel.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5792 seconds (0.1#10.140)