Sunindo Adipersada Jadi Pilot Project Program Pendampingan Kemenperin
A
A
A
CILEUNGSI - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan memberikan program pendampingan kepada PT Sunindo Adipersada terkait implementasi industri 4.0 pada industri mainan. Sunindo Adipersada yang sudah 27 tahun berdiri, menjadi satu satunya perusahaan mainan yang dipilih oleh Kemenperin dan menjadi pilot project (Percontohan).
CEO PT Sunindo Adipersada Iwan Tjen mengatakan, Kementerian Perindustrian hari ini, Kamis (15/8) meninjau langsung ke pabrik mainan Sunindo yang berlokasi di Cileungsi, Jawa Barat dan kemudian mereka akan memberikan masukan. Jika ada kekurangan maka akan diberikan proses pendampingan menuju industri 4.0. Sunindo terpilih karena dinilai telah menjadi perusahaan mainan yang besar dan sudah melakukan ekspor ke beberapa negara dan bisa menambah daya saing Indonesia.
“Hari ini kami kedatangan tim Kemenperin, melihat dan berdiskusi dengan kami terkait program pendampingan untuk implementasi industri 4.0. Kita tahu semua bahwa perkembangan teknologi semakin pesat dalam industri, akan tetapi kami melihat khusus untuk industri boneka, perkembangan teknologinya tidak sepesat industri garmen misalnya. Banyak inovasi teknologi garmen yang tercipta seiring dengan perkembangan fashion masyarakat," kata Iwan Tjen dalam keterangan resmi.
Lebih lanjut Ia mengatakan, Industri boneka dalam hal inovasinya berkembang pesat, tapi tidak didukung dengan inovasi teknologi, sehingga butuh skill tinggi untuk membuat boneka kekinian, yang memiliki kerumitan yang cukup banyak, karena masih menggunakan mesin yang lama.
Sunindo Adipersada merupakan salah satu perusahaan boneka terbesar di Indonesia yang mampu memenuhi kebutuhan pasar boneka Internasional. Juga sebagai perusahaan yang mampu memenuhi standar kualitas boneka dunia dan salah satu perusahaan yang selalu menggunakan material yang lolos uji Standar Nasional Indonesia (SNI), ICTI, ASTM, EN 71 dan standar2 lainnya sehingga sangat aman dimainkan oleh anak-anak.
Dari penilaian tersebut, PT. Sunindo Adipersada dianggap pantas menjadi pilot project untuk Industri 4.0. Bagaimana proses kerja dapat terpantau dengan cepat dan bisa mengurangi proses kerja yang memakan waktu lama untuk membantu perusahaan menjadi semakin produktif dan memangkas waktu secara signifikan. Industri 4.0 merupakan program pemerintah untuk membawa industri manufaktur Indonesia bisa berdaya saing baik di dalam dan luar negeri.
“Produk kami sudah diuji kualitasnya dan sangat laris di pasar ekspor baik di Amerika dan Australia yang menjadi market terbesar kami dan juga Eropa, Timur Tengah serta Asia. Industri mainan merupakan salah satu industri prioritas dan sudah menyerap lapangan kerja, kami termasuk perusahaan mainan yang juga sudah berkontribusi terhadap ekonomi nasional," ujar Iwan.
Secara market, industri mainan dunia terus tumbuh dari 2007-2017, pasar mainan dunia sudah mencapai angka USD89 miliar dan diprediksi naik lagi menjadi USD99 miliar pada 2022. Indonesia termasuk salah satu pasar mainan terbesar di dunia dengan nilai ekspor sudah mencapai USD300 juta pada 2017.
"Saya berharap dan juga mendukung program pendampingan ini untuk dikembangkan lebih luas lagi dan bisa dirasakan oleh banyak perusahaan industri lainnya di Indonesia," pungkasnya.
CEO PT Sunindo Adipersada Iwan Tjen mengatakan, Kementerian Perindustrian hari ini, Kamis (15/8) meninjau langsung ke pabrik mainan Sunindo yang berlokasi di Cileungsi, Jawa Barat dan kemudian mereka akan memberikan masukan. Jika ada kekurangan maka akan diberikan proses pendampingan menuju industri 4.0. Sunindo terpilih karena dinilai telah menjadi perusahaan mainan yang besar dan sudah melakukan ekspor ke beberapa negara dan bisa menambah daya saing Indonesia.
“Hari ini kami kedatangan tim Kemenperin, melihat dan berdiskusi dengan kami terkait program pendampingan untuk implementasi industri 4.0. Kita tahu semua bahwa perkembangan teknologi semakin pesat dalam industri, akan tetapi kami melihat khusus untuk industri boneka, perkembangan teknologinya tidak sepesat industri garmen misalnya. Banyak inovasi teknologi garmen yang tercipta seiring dengan perkembangan fashion masyarakat," kata Iwan Tjen dalam keterangan resmi.
Lebih lanjut Ia mengatakan, Industri boneka dalam hal inovasinya berkembang pesat, tapi tidak didukung dengan inovasi teknologi, sehingga butuh skill tinggi untuk membuat boneka kekinian, yang memiliki kerumitan yang cukup banyak, karena masih menggunakan mesin yang lama.
Sunindo Adipersada merupakan salah satu perusahaan boneka terbesar di Indonesia yang mampu memenuhi kebutuhan pasar boneka Internasional. Juga sebagai perusahaan yang mampu memenuhi standar kualitas boneka dunia dan salah satu perusahaan yang selalu menggunakan material yang lolos uji Standar Nasional Indonesia (SNI), ICTI, ASTM, EN 71 dan standar2 lainnya sehingga sangat aman dimainkan oleh anak-anak.
Dari penilaian tersebut, PT. Sunindo Adipersada dianggap pantas menjadi pilot project untuk Industri 4.0. Bagaimana proses kerja dapat terpantau dengan cepat dan bisa mengurangi proses kerja yang memakan waktu lama untuk membantu perusahaan menjadi semakin produktif dan memangkas waktu secara signifikan. Industri 4.0 merupakan program pemerintah untuk membawa industri manufaktur Indonesia bisa berdaya saing baik di dalam dan luar negeri.
“Produk kami sudah diuji kualitasnya dan sangat laris di pasar ekspor baik di Amerika dan Australia yang menjadi market terbesar kami dan juga Eropa, Timur Tengah serta Asia. Industri mainan merupakan salah satu industri prioritas dan sudah menyerap lapangan kerja, kami termasuk perusahaan mainan yang juga sudah berkontribusi terhadap ekonomi nasional," ujar Iwan.
Secara market, industri mainan dunia terus tumbuh dari 2007-2017, pasar mainan dunia sudah mencapai angka USD89 miliar dan diprediksi naik lagi menjadi USD99 miliar pada 2022. Indonesia termasuk salah satu pasar mainan terbesar di dunia dengan nilai ekspor sudah mencapai USD300 juta pada 2017.
"Saya berharap dan juga mendukung program pendampingan ini untuk dikembangkan lebih luas lagi dan bisa dirasakan oleh banyak perusahaan industri lainnya di Indonesia," pungkasnya.
(akr)