Pasar Keuangan Diprediksi Penuh Sentimen Positif AS-China

Minggu, 08 September 2019 - 19:01 WIB
Pasar Keuangan Diprediksi...
Pasar Keuangan Diprediksi Penuh Sentimen Positif AS-China
A A A
JAKARTA - Pasar keuangan dunia dinilai mulai beranjak positif menyusul meredanya ketegangan di Hong Kong setelah Kepala Eksekutif Carrie Lam secara resmi mencabut RUU ekstradisi yang diusulkan.

"PBOC dalam waktu dekat akan melonggarkan stimulusnya dengan memangkas rasio persyaratan cadangan bank guna mengurangi dampak dari kenaikan tariff AS terhadap barang impor," ujar Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee kepada SINDOnews di Jakarta, Minggu(8/9/2019).

Menurut Hans, pasar keuangan awal pekan ini akan ditandai sentimen positif kebijakan China meningkatkan volume kredit perbankan. Bank sentral China menurunkan jumlah uang tunai perbankan yang ditahan sebagai cadangan. Kebijakan ini mampu mendorong likuiditas dan mendongkrak ekonomi yang melambat akibat perang dagang.

Sentimen positif terkait rencana pertemuan AS dan China, dimana kedua Negara secara resmi mengumukan akan melanjutkan diskusi negosiasi perdagangannya. Informasi dari Menteri Perdagangan China negosiasi dijadwalkan akan dimulai Oktober mendatang atau mundur dari rencana awalnya bulan September ini.

Parlemen Inggris telah mensahkan RUU yang menghalangi rencana PM Boris Johnson melakukan Brexit tanpa kesepakatan pada 31 Oktober. RUU diperkirakan akan bisa melewati majelis tinggi parlemen, House of Lords dan akan diajukan untuk diajukan ke Kerajaan, Jumat ini.

Pada hari Jumat(6/9), data Jobs AS periode Agustus naik 130.000 menunjukkan pelambatan pertumbuhan lapangan kerja di AS. Angka ini di bawah perkiraan sebesar 150.000. Persentase pengangguran tetap sebesar 3,7%. Tingkat upah naik 0,4% secara bulanan dan naik 3,2% (YoY). Lapangan tenaga kerja di AS terpantau lebih rendah dari perkiraan, tetapi tingkat upah meningkat. Hal ini membuka spekulasi para investor bahwa the Fed mungkin akan memangkas suku bunga lebih dari 2 kali tahun ini. Bulan September diperkirakan The Fed akan kembali melakukan penurunan suku bunga acuan.

"Sentimen positif muncul setelah rencana pertemuan AS dan China membahas perang dagang. Kementerian Perdagangan China pada Kamis (5/9) pekan ini menginformasikan petinggi juru runding China, Liu He berbicara via telpon dengan Menteri Perdagangan AS Robert Lighthizer dan Menteri Luar Negeri AS Steven Mnuchin. Mereka sepakat menggelar meeting pada awal Oktober untuk putaran negosiasi konflik dagang. Rencana pertemuan dan perundingan masih menjadi sentimen positif pasar," jelas Hans.

Sebelumnya, pada awal pekan kemarin pasar keuangan di dunia diwarnai kekhawatiran perang dagang, dimana tanggal 1 September Amerika dan China sama-sama mengenaikan tarif atas impor kedua negara. AS mengenakan tariff 15% untuk berbagai barang impor dari China, sementara China juga mulai mengenakan bea impor baru pada daftar target USD75 miliar barang impor dari AS.

"Timbul kekhawatiran perlambatan ekonomi dunia karena besarnya ekonomi kedua negara. Perang tariff menjadi masalah bagi ekonomi AS sendiri, dimana laju ekspor kedelai yang merupakan lini ekspor pangan terbesar Amerika mengalami penurunan signifikan," ungkap Hans.

Laporan dari Departemen Agrikultur AS menunjukan pengiriman kedelai AS ke China anjlok 65% YoY dari periode 1 September 2018 hinga 18 Juli kemarin, sementara total penjualan kedelai AS turun 49,2%.

Penurunan ekspor kedelai berlanjut pada pertengahan Juli kemarin dimana AS hanya mengekspor 382.000 ton kedelai ke China, atau anjlok 16,6% dari periode sama minggu sebelumnya sebesar 458.000 ton.

Pasar juga sempat dibayangi kekhawatiran Perdana Menteri Boris Johnson mengancam akan mempercepat pemilu jika anggota parlemen tidak mendukung rencananya Brexit tanpa kesepakatan. Media Inggris menulis Johnson berharap pemilu dapat dilakukan pada hari Senin, 14 Oktober 2019.

Badan Pusat Statistik Indonesia mengumumkan sepanjang Agustus 2019, Indonesia mencatat laju inflasi MoM lebih rendah ketimbang periode sama tahun lalu yakni 0,12% dan 0,31%. Angka inflasi ini juga lebih baik dari proyeksi ekonom 0,17%. Inflasi barang inti YoY justru mengalami kenaikan 0,12% menjadi 3,30% dari periode sama sebelumnya 3,18% dan lebih tinggi dari proyeksi 3,17%.

Secara YTD inflasi tumbuh menjadi 3,49% dari 3,32% atau lebih rendah dari proyeksi 3,51%. Target inflasi 3,5% plus minus satu untuk 2019 diprediksi bisa tercapai. Dan dengan inflasi yang rendah masih membuka peluang BI menurunkan suku bunga.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5722 seconds (0.1#10.140)