Peringatan IMF Soal Perlambatan Ekonomi Dunia Terburuk Sejak Krisis Keuangan
A
A
A
LONDON - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memperingatkan ekonomi dunia tumbuh pada kecepatan yang paling lambat sejak krisis keuangan. Bahkan terang IMF, pertumbuhan global bakal terpukul dengan hanya berada di level 3% tahun ini atau mengalami penurunan dari proyeksi Juli yakni 3,2% dengan perlambatan cukup dalam.
IMF menyalahkan, perlambatan yang terjadi secara global diakibatkan oleh perang perdagangan, ketidakpastian Brexit -keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa (UE)- ditambah serta krisis geopolitik lainnya. Dilansir BBC, Selasa (15/10/2019) IMF menyebutkan, ada kebutuhan yang sangat mendesak bagi para pemimpin dunia untuk de-eskalasi ketegangan.
Ditegaskan oleh badan pemberi pinjaman internasional dalam laporan tahunannya, bahwa 'Outlook global tetap Genting'. Pada pertumbuhan yang berjalan di level 3%, tidak ada ruang untuk kesalahan kebijakan.
Downgrade Global
IMF sebelumnya telah memangkas proyeksinya terhadap sebagian besar negara di dunia, dimana meramalkan bahwa pertumbuhan ekonomi negara maju turut tertekan dengan lebih lamban dari 2,3% di 2018 untuk berada di kisaran 1,7% tahun ini. Di AS, ketika dorongan ekonomi dari pemotongan pajak 2017 telah memudar, prediksi IMF yaitu ekonomi AS berpotensi turun kembali dari 2,9% tahun lalu menjadi 2,4% di 2019.
Sementara untuk ekonomi Inggris, dimana negosiasi mandek Brexit telah merugikan investasi hingga kemudian IMF memproyeksi ekonomi Negeri Ratu Elizabeth bakal berada di posisi 1,2% pada tahun 2019 atau menyusut dari 1,4% tahun lalu. Selanjutnya di Jerman yang terguncang oleh penurunan produksi mobil, pertumbuhannya diperkirakan hanya 0,5% atau jatuh dari 1,5% di 2018.
Pertumbuhan ekonomi China diperkirakan juga akan melambat dari 6,6% menjadi 6,1%. Hantaman datang dari upaya pengendalian utang berisiko dan perang perdagangan dengan AS, yang menyebabkan IMF mencukur hampir persentase dari pertumbuhan global. Sejauh ini, IMF mengatakan bank sentral telah berhasil meredam dampak perlambatan lewat suku bunga rendah. Tanpa kebijakan stimulus dari mereka, diramalkan bahwa tingkat pertumbuhan bakal 0,5 lebih rendah secara persentase tahun ini.
"Ketika bank sentral harus menggunakan amunisi yang terbatas untuk mengimbangi kesalahan kebijakan. Mereka mungkin bakal sedikit membuat perekonomian menjadi lebih kuat," ujar IMF.
Risiko
World Trade Organization (WTO/Organisasi Perdagangan Dunia) belum lama ini juga memangkas pandangan ekonominya, menyusul terjadinya perang dagang, Brexit dan beberapa faktor lainnya.
IMF mengatakan, ekonomi global bisa tumbuh lebih cepat di 2020 pada level 3,4%. Namun dengan catatan bahwa risiko lebih rendah, ditambah serta tergantung pada perbaikan di India, serta beberapa ekonomi saat ini yang tengah berada dalam tekanan berat seperti Argentina, Turki dan Iran.
"Kebijakan salah langkah berada pada persimpangan, seperti Brexit tanpa kesepakatan atau pendalaman perdagangan lebih lanjut, bisa menjadi sentimen yang sangat melemahkan pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja. Prioritas utama, dalam banyak kasus, adalah menghapus kebijakan yang penuh ketidakpastian atau ancaman terhadap pertumbuhan," paparnya.
IMF menyalahkan, perlambatan yang terjadi secara global diakibatkan oleh perang perdagangan, ketidakpastian Brexit -keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa (UE)- ditambah serta krisis geopolitik lainnya. Dilansir BBC, Selasa (15/10/2019) IMF menyebutkan, ada kebutuhan yang sangat mendesak bagi para pemimpin dunia untuk de-eskalasi ketegangan.
Ditegaskan oleh badan pemberi pinjaman internasional dalam laporan tahunannya, bahwa 'Outlook global tetap Genting'. Pada pertumbuhan yang berjalan di level 3%, tidak ada ruang untuk kesalahan kebijakan.
Downgrade Global
IMF sebelumnya telah memangkas proyeksinya terhadap sebagian besar negara di dunia, dimana meramalkan bahwa pertumbuhan ekonomi negara maju turut tertekan dengan lebih lamban dari 2,3% di 2018 untuk berada di kisaran 1,7% tahun ini. Di AS, ketika dorongan ekonomi dari pemotongan pajak 2017 telah memudar, prediksi IMF yaitu ekonomi AS berpotensi turun kembali dari 2,9% tahun lalu menjadi 2,4% di 2019.
Sementara untuk ekonomi Inggris, dimana negosiasi mandek Brexit telah merugikan investasi hingga kemudian IMF memproyeksi ekonomi Negeri Ratu Elizabeth bakal berada di posisi 1,2% pada tahun 2019 atau menyusut dari 1,4% tahun lalu. Selanjutnya di Jerman yang terguncang oleh penurunan produksi mobil, pertumbuhannya diperkirakan hanya 0,5% atau jatuh dari 1,5% di 2018.
Pertumbuhan ekonomi China diperkirakan juga akan melambat dari 6,6% menjadi 6,1%. Hantaman datang dari upaya pengendalian utang berisiko dan perang perdagangan dengan AS, yang menyebabkan IMF mencukur hampir persentase dari pertumbuhan global. Sejauh ini, IMF mengatakan bank sentral telah berhasil meredam dampak perlambatan lewat suku bunga rendah. Tanpa kebijakan stimulus dari mereka, diramalkan bahwa tingkat pertumbuhan bakal 0,5 lebih rendah secara persentase tahun ini.
"Ketika bank sentral harus menggunakan amunisi yang terbatas untuk mengimbangi kesalahan kebijakan. Mereka mungkin bakal sedikit membuat perekonomian menjadi lebih kuat," ujar IMF.
Risiko
World Trade Organization (WTO/Organisasi Perdagangan Dunia) belum lama ini juga memangkas pandangan ekonominya, menyusul terjadinya perang dagang, Brexit dan beberapa faktor lainnya.
IMF mengatakan, ekonomi global bisa tumbuh lebih cepat di 2020 pada level 3,4%. Namun dengan catatan bahwa risiko lebih rendah, ditambah serta tergantung pada perbaikan di India, serta beberapa ekonomi saat ini yang tengah berada dalam tekanan berat seperti Argentina, Turki dan Iran.
"Kebijakan salah langkah berada pada persimpangan, seperti Brexit tanpa kesepakatan atau pendalaman perdagangan lebih lanjut, bisa menjadi sentimen yang sangat melemahkan pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja. Prioritas utama, dalam banyak kasus, adalah menghapus kebijakan yang penuh ketidakpastian atau ancaman terhadap pertumbuhan," paparnya.
(akr)