Airlangga Berharap BI Bisa Turunkan Suku Bunga Lagi
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyambut baik langkah Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan (BI 7-Day Reverse Repo Rate) di level 5,00%.
Airlangga menyatakan eputusan BI sudah tepat, mengingat tekanan dari sektor eksternal masih cukup besar, utamanya berasal dari masih tingginya risiko global seiring masih adanya ketidakpastian, seperti masih adanya perang dagang China dan Amerika Serikat, serta berlarut-larutnya proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).
Meski demikian, Airlangga berharap BI membuka peluang untuk menurunkan suku bunga acuan ke depannya. Hal ini untuk menjaga ekonomi Indonesia tetap stabil di masa datang.
Airlangga pun menjelaskan sejumlah pertimbangan agar BI membuka peluang untuk kembali menurunkan suku bunga. "Pertama, tren penurunan inflasi, dalam rilis terkininya (periode Oktober 2019) BPS melaporkan angka inflasi 3,13% (yoy) atau masih berada pada kisaran target yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar 3,5 ± 1% pada tahun 2019," terang Airlangga di Jakarta, Kamis (21/11/2019).
Lanjut dia, pertimbangan kedua adalah adanya terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikta (USD) di kisaran Rp14.000 per USD.
"Ketiga, suku bunga kebijakan BI saat ini sebesar 5% masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara berkembang lainnya," jelasnya.
Airlangga menambahkan secara riil dengan mengurangi angka inflasi dari suku bunga kebijakan, suku bunga di Indonesia masih menarik dibandingkan Thailand dan Taiwan, dan sama menariknya dengan Malaysia. "Filipina sebesar 4%, Malaysia sebesar 3%, dan Thailand sebesar 1,5%," tandasnya.
Airlangga menyatakan eputusan BI sudah tepat, mengingat tekanan dari sektor eksternal masih cukup besar, utamanya berasal dari masih tingginya risiko global seiring masih adanya ketidakpastian, seperti masih adanya perang dagang China dan Amerika Serikat, serta berlarut-larutnya proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).
Meski demikian, Airlangga berharap BI membuka peluang untuk menurunkan suku bunga acuan ke depannya. Hal ini untuk menjaga ekonomi Indonesia tetap stabil di masa datang.
Airlangga pun menjelaskan sejumlah pertimbangan agar BI membuka peluang untuk kembali menurunkan suku bunga. "Pertama, tren penurunan inflasi, dalam rilis terkininya (periode Oktober 2019) BPS melaporkan angka inflasi 3,13% (yoy) atau masih berada pada kisaran target yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar 3,5 ± 1% pada tahun 2019," terang Airlangga di Jakarta, Kamis (21/11/2019).
Lanjut dia, pertimbangan kedua adalah adanya terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikta (USD) di kisaran Rp14.000 per USD.
"Ketiga, suku bunga kebijakan BI saat ini sebesar 5% masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara berkembang lainnya," jelasnya.
Airlangga menambahkan secara riil dengan mengurangi angka inflasi dari suku bunga kebijakan, suku bunga di Indonesia masih menarik dibandingkan Thailand dan Taiwan, dan sama menariknya dengan Malaysia. "Filipina sebesar 4%, Malaysia sebesar 3%, dan Thailand sebesar 1,5%," tandasnya.
(ven)