Dua Srikandi Ekonomi RI di Bank Dunia, Simak Rekam Jejaknya

Jum'at, 10 Januari 2020 - 15:23 WIB
Dua Srikandi Ekonomi RI di Bank Dunia, Simak Rekam Jejaknya
Dua Srikandi Ekonomi RI di Bank Dunia, Simak Rekam Jejaknya
A A A
JAKARTA - Bank Dunia (World Bank) baru saja mengumumkan penunjukan Mari Elka Pangestu sebagai Direktur Pelaksana, Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan . Pengangkatan Mari akan berlaku efektif per 1 Maret mendatang.

"Sungguh suatu kehormatan yang luar biasa dapat bergabung di Bank Dunia dalam misi pembangunan yang penting. Saya menantikan kesempatan untuk bekerja dengan tim yang kuat ini untuk mengatasi berbagai tantangan mendesak yang dihadapi negara-negara anggota Bank Dunia," kata Mari, mengutip siaran pers Bank Dunia, Kamis (9/1/2020).

Dalam peran barunya, ekonom kelahiran Jakarta itu akan memimpin dan menyupervisi program kerja dari World Bank’s Global Practice Groups. Selain itu, dia juga akan mengurus grup riset dan data Bank Dunia (DEC), serta peran lain yang terkait Hubungan Eksternal dan Korporat.

Mari Pangestu menjadi ekonom perempuan Indonesia kedua yang duduk sebagai Direktur Pelaksana di lembaga internasional tersebut. Sebelumnya, pada 2010 silam Sri Mulyani bergabung dengan Bank Dunia sebagai Direktur Pelaksana selama enam tahun. Berikut ini profil dari dua "Srikandi Ekonomi" tersebut:

1. Mari Elka Pangestu

Mari Pangestu merupakan ekonom senior kelahiran 23 Oktober 1956. Mari meraih gelar sarjana dan magister ekonomi dari Australian National University, lalu mendapatkan gelar doktor ekonomi dari University of California at Davis (1986).

Mari memiliki pengalaman lebih dari 25 tahun di bidang pendidikan, diplomasi, organisasi internasional dan pemerintahan, perdagangan internasional, serta investasi antarnegara, antarkawasan, dan domestik.

Pada kurun 2009-2010, istri dari Adi Harsono itu berkiprah di lembaga internasional diantaranya Anggota Komite Kebijakan Pembangunan United Nations, Anggota Komite Indonesian National WTO, dan Anggota Dewan Penasehat World Economic Forum (WEF) Global Competitiveness Forum.

Mari aktif di berbagai forum dan institusi dalam maupun luar negeri seperti Centre for Strategic dan International Studies (CSIS) Jakarta, UNCTAD, UN Sustainable Development Solution Network (SDSN), dan anggota International Council - Women Business Leaders. Sedangkan kiprahnya di korporasi diantaranya sebagai anggota dewan pembina Astra International dan Bank BTPN.

Tak hanya aktif di organisasi/perusahaan, sejak 1986 Mari sudah mengajar S1/S2 di Universitas Indonesia (UI) dan menjadi Profesor Ekonomi Internasional mulai 2014 hingga sekarang. Mari juga tercatat sebagai Senior Fellow di Columbia School of International and Public Affairs, disamping menjadi asisten profesor di Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew dan Sekolah Kebijakan Publik Crawford, Australian National University.

Kariernya sebagai birokrat juga tak kalah moncer. Di era pemerintahan presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Mari menjabat sebagai Menteri Perdagangan RI (2004–2011) dan selanjutnya sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2011-2014).

Bank Dunia memandang Mari sebagai pakar internasional dalam berbagai masalah global. Mari saat ini adalah Ketua Dewan Pengawas International Food Policy Research Institute (IFPRI) di Washington D.C dan juga aktif sebagai penasihat Komisi Global Geopolitik Transformasi Energi International Renewable Energy Agency (IRENA) di Abu Dhabi.

Mari juga berkiprah di berbagai badan dan gugus tugas seperti Dewan Kepemimpinan di UN Sustainable Development Solutions Network (SDSN), co-chair tim ahli untuk Panel Tingkat Tinggi untuk Ekonomi Kelautan Berkelanjutan, panel dari inisiatif kesehatan WHO, Equal Access Initiative, komisioner untuk Inisiatif Pembangunan Rendah Karbon Indonesia dan anggota dewan eksekutif dari Kamar Dagang Internasional (ICC).

Mari pernah bekerja sama dengan Jeffrey Sach dalam UN Secretary General Millenium Development Goals (MDGs) Review (2003-2005), menjadi ketua WTO Group-33 (2005-2011), kandidat Direktur Jenderal WTO (2013), serta memimpin kerja sama antarkawasan untuk Asia Pacific Cooperation Council (APEC) dan ASEAN.

Pada tahun 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahi penghargaan Bintang Mahaputera Adipradana, penghargaan untuk mereka yang telah berjasa bagi bangsa dan negara.

2. Sri Mulyani Indrawati

Sri Mulyani terlahir di Lampung, 26 August 1962. Lulus dari Universitas Indonesia (UI) pada 1986, Sri Mulyani melanjutkan studinya di Universitas Illinois AS dimana dia meraih gelar master dan doktor bidang ekonomi pada 1992.

Dia mengawali karier sebagai pengamat ekonomi dan Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi UI (LPEM FEUI). Selain mengajar di UI, Sri Mulyani juga pernah menjadi profesor tamu di Sekolah Kebijakan Publik Andrew Young di Universitas Negeri Georgia.

Sri Mulyani tercatat pernah berkiprah di lembaga internasional, diantaranya sebagai konsultan untuk USAID (US Agency for International Development) dan direktur eksekutif Dana Moneter Internasional atau IMF mewakili 12 negara Asia Tenggara.

Pada 21 Oktober 2004, dia ditunjuk sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia ke-8, pada masa Kabinet Indonesia Bersatu.

Saat Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono melakukan perombakan kabinet, Sri Mulyani digeser menjadi menteri keuangan menggantikan Jusuf Anwar, pada 7 Desember 2005-20 Mei 2010.

Pada 2008, dia menjabat Pelaksana Tugas Menteri Koordinator bidang Perekonomian, setelah Menko Perekonomian Boediono dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI).

Berkat kerja keras dan sumbangsihnya, Sri Mulyani dinobatkan sebagai Menteri Keuangan Terbaik Asia 2006 oleh Emerging Markets Forum di sela-sela Sidang Tahunan Bank Dunia dan IMF di Singapura, pada 18 September 2006.

Anak ketujuh dari 10 bersaudara ini juga terpilih sebagai wanita paling berpengaruh ke-23 di dunia versi Majalah Forbes 2008, dan wanita paling berpengaruh ke-2 di Indonesia versi Majalah Globe Asia pada 2007.

Sri Mulyani kemudian menjadi wanita sekaligus orang Indonesia pertama yang didaulat sebagai direktur pelaksana Bank Dunia. Jabatan tersebut diembannya mulai 1 Juni 2010. Sebagai Managing Director dan Chief Operating Officer, Sri Mulyani bertanggung jawab atas operasi Bank Dunia di seluruh dunia.

Enam tahun berkiprah di kantor pusat Bank Dunia, Sri Mulyani mengundurkan diri pada 2016 setelah presiden Joko Widodo menunjuk dirinya menjadi Menteri Keuangan.

Kembali berkiprah sebagai bendahara negara, sejumlah penghargaan bergengsi kembali diraih olah satu-satunya wanita yang pernah menjabat sebagai menteri keuangan Indonesia itu. Antara lain menteri keuangan terbaik versi majalah Finance Asia pada 2017 dan 2018. Lalu pada 2019 majalah keuangan The Banker juga menobatkan Sri Mulyani sebagai Finance Minister of The Year 2019 Global and Asia Pacific.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.1046 seconds (0.1#10.140)