Fitch Pertahankan Rating RI, Ekonom: Bunga Utang Masih Mahal
A
A
A
JAKARTA - Lembaga pemeringkat Fitch Ratings (Fitch) mengafirmasi peringkat sovereign credit rating Indonesia pada level BBB/outlook stabil (Investment Grade) pada 24 Januari 2020.
Ekonom Indef Bhima Yudisthira mengatakan, adanya laporan fitch ini belum bisa membuat bunga utang rendah. Bahkan saat ini bunga utang pemerintah masih cukup mahal.
"Dengan rating BBB pada akhirnya bunga utang pemerintah masih cukup mahal, saat ini 6,8% untuk tenor 10 tahun. Padahal Filipina dengan rating yang sama BBB memiliki bunga utang 4,68% lebih rendah dari Indonesia," ujar Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Senin (27/1/2020).
Dia menambahkan, Fitch tidak menaikan rating, hanya mempertahankan. Masih ada beberapa tantangan ekonomi yang jadi perhatian seperti penerimaan pajak yang rendah yang perlu dibenahi. "Penerimaan pajak perlu dibenahi dan kapasitas ekonomi ditunjukkan oleh Produk Domsetik Bruto (PDB) per kapita tertinggal dari negara lain," jelasnya.
Sebagai informasi, menurut pandangan Fitch, beberapa faktor kunci yang mendukung afirmasi rating tersebut adalah prospek pertumbuhan ekonomi jangka menengah yang baik dan beban utang pemerintah yang relatif rendah dibandingkan negara peers dengan rating yang sama.
Pada sisi lain, Fitch menggarisbawahi tantangan yang masih dihadapi yaitu masih tingginya ketergantungan terhadap sumber pembiayaan eksternal, penerimaan pemerintah yang rendah, serta indikator struktural seperti tata kelola dan PDB per kapita yang masih tertinggal dibandingkan negara peers rating.
Fitch memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap resilien pada beberapa tahun mendatang, didukung berlanjutnya pembangunan infrastruktur publik dan agenda reformasi pada periode kedua Presiden Joko Widodo.
Ekonom Indef Bhima Yudisthira mengatakan, adanya laporan fitch ini belum bisa membuat bunga utang rendah. Bahkan saat ini bunga utang pemerintah masih cukup mahal.
"Dengan rating BBB pada akhirnya bunga utang pemerintah masih cukup mahal, saat ini 6,8% untuk tenor 10 tahun. Padahal Filipina dengan rating yang sama BBB memiliki bunga utang 4,68% lebih rendah dari Indonesia," ujar Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Senin (27/1/2020).
Dia menambahkan, Fitch tidak menaikan rating, hanya mempertahankan. Masih ada beberapa tantangan ekonomi yang jadi perhatian seperti penerimaan pajak yang rendah yang perlu dibenahi. "Penerimaan pajak perlu dibenahi dan kapasitas ekonomi ditunjukkan oleh Produk Domsetik Bruto (PDB) per kapita tertinggal dari negara lain," jelasnya.
Sebagai informasi, menurut pandangan Fitch, beberapa faktor kunci yang mendukung afirmasi rating tersebut adalah prospek pertumbuhan ekonomi jangka menengah yang baik dan beban utang pemerintah yang relatif rendah dibandingkan negara peers dengan rating yang sama.
Pada sisi lain, Fitch menggarisbawahi tantangan yang masih dihadapi yaitu masih tingginya ketergantungan terhadap sumber pembiayaan eksternal, penerimaan pemerintah yang rendah, serta indikator struktural seperti tata kelola dan PDB per kapita yang masih tertinggal dibandingkan negara peers rating.
Fitch memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap resilien pada beberapa tahun mendatang, didukung berlanjutnya pembangunan infrastruktur publik dan agenda reformasi pada periode kedua Presiden Joko Widodo.
(ind)