Harga Garam Jatuh, Pemerintah Janji Tak Biarkan Petambak Sengsara
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah berjanji mencari solusi untuk menstabilkan kembali harga garam lokal yang saat ini tengah jatuh, sehingga petambak garam tidak dirugikan.
Hal itu dikemukakan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo saat berdialog dengan petani garam, pelaku industri perikanan, dan nelayan di kabupaten Pati, Jawa Tengah, Kamis (30/1). Mereka mengeluhkan harga garam yang saat ini berada di level Rp250 per kilogram dari yang sebelumnya bisa mencapai ribuan per kilogramnya. Mereka beranggapan jatuhnya harga garam karena ramainya impor.
Menteri Edhy mengaku sudah berkoordinasi dengan Menko Perekonomian, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan, untuk memecahkan persoalan tersebut. Dia juga sangat ingin garam dalam negeri semuanya terserap dan harganya kembali stabil sehingga tidak ada petani yang merugi.
Menurut dia, koordinasi juga dilakukan dengan Kementerian PUPR untuk pembangunan infrastuktur jalan menuju lokasi tambak karena salah satu penyebab tingginya ongkos produksi garam adalah tingginya biaya angkut garam dari tambak menuju lokasi penyimpanan.
"Semua kita lakukan secara koordinasi. Tapi yang perlu digarisbawahi, pemerintah tidak akan membiarkan petambak garamnya sengsara," ujarnya dalam siaran pers, Jumat (31/1/2020).
Kabupaten Pati merupakan daerah dengan produktivitas garam tertinggi kedua di Indonesia setelah Madura. Tahun lalu, daerah ini menghasilkan 350.000 ton garam. Sementara untuk produksi garam secara nasional mencapai 2,85 juta ton.
Tingginya angka produksi tak lepas dari program Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGaR) yang menerapkan berbagai inovasi teknologi produksi, seperti geomembran dan integrasi lahan.
Dalam kunjungan kerjanya di Pati, Menteri Edhy menyerahkan sejumlah bantuan pemerintah, di antaranya benih ikan, pinjaman untuk permodalan bagi kooperasi dan pembudidaya, dan bantuan geomembran.
Pada kesempatan tersebut Menteri Edhy juga meresmikan Gudang Garam Nasional (GGN) di Kabupaten Pati. Peresmian ini mewakili lima GGN lainnya yang tersebar di berbagai daerah, yakni Demak, Jepara, Indramayu, Pamekasan dan Aceh Utara dengan nilai pembangunan masing-masing Rp2,5 miliar.
Peresmian GGN di Pati ditandai dengan penandatangan prasasti oleh Menteri Edhy yang disaksikan oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah, Bupati Pati, Wakil Bupati Pati, Anggota DPD dan DPR daerah pemilihan Jateng, Deputi Bidang Kemaritiman Sekretariat Kabinet, dan pejabat lainnya.
Edhy menerangkan, enam GGN yang diresmikan masing-masing berkapasitas 2.000 ton, sehingga total daya tampungnya menjadi 12.000 ton. Pembagunan GGN bertujuan memudahkan petani garam mudah dalam menyimpan hasil panen sehingga kualitas garam yang diproduksi tetap terjaga.
"Untuk para petambak garam di lapangan, ini sudah ada akses pergudangan. Diharapkan bisa menampung garam saat musim panen, sehingga kualitasnya terjaga," ungkapnya.
Dengan diresmikannya GGN di Pati, total gudang yang sudah dibangun di Jawa Tengah sebanyak sembilan unit. Tiga lainnya ada di Brebes dengan rincian dua berkapasitas 2.000 ton dan sisanya 1.000 ton. Satu lainnya ada di Rembang dengan kapasitas penyimpanan 1.000 ton.
Hal itu dikemukakan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo saat berdialog dengan petani garam, pelaku industri perikanan, dan nelayan di kabupaten Pati, Jawa Tengah, Kamis (30/1). Mereka mengeluhkan harga garam yang saat ini berada di level Rp250 per kilogram dari yang sebelumnya bisa mencapai ribuan per kilogramnya. Mereka beranggapan jatuhnya harga garam karena ramainya impor.
Menteri Edhy mengaku sudah berkoordinasi dengan Menko Perekonomian, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan, untuk memecahkan persoalan tersebut. Dia juga sangat ingin garam dalam negeri semuanya terserap dan harganya kembali stabil sehingga tidak ada petani yang merugi.
Menurut dia, koordinasi juga dilakukan dengan Kementerian PUPR untuk pembangunan infrastuktur jalan menuju lokasi tambak karena salah satu penyebab tingginya ongkos produksi garam adalah tingginya biaya angkut garam dari tambak menuju lokasi penyimpanan.
"Semua kita lakukan secara koordinasi. Tapi yang perlu digarisbawahi, pemerintah tidak akan membiarkan petambak garamnya sengsara," ujarnya dalam siaran pers, Jumat (31/1/2020).
Kabupaten Pati merupakan daerah dengan produktivitas garam tertinggi kedua di Indonesia setelah Madura. Tahun lalu, daerah ini menghasilkan 350.000 ton garam. Sementara untuk produksi garam secara nasional mencapai 2,85 juta ton.
Tingginya angka produksi tak lepas dari program Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGaR) yang menerapkan berbagai inovasi teknologi produksi, seperti geomembran dan integrasi lahan.
Dalam kunjungan kerjanya di Pati, Menteri Edhy menyerahkan sejumlah bantuan pemerintah, di antaranya benih ikan, pinjaman untuk permodalan bagi kooperasi dan pembudidaya, dan bantuan geomembran.
Pada kesempatan tersebut Menteri Edhy juga meresmikan Gudang Garam Nasional (GGN) di Kabupaten Pati. Peresmian ini mewakili lima GGN lainnya yang tersebar di berbagai daerah, yakni Demak, Jepara, Indramayu, Pamekasan dan Aceh Utara dengan nilai pembangunan masing-masing Rp2,5 miliar.
Peresmian GGN di Pati ditandai dengan penandatangan prasasti oleh Menteri Edhy yang disaksikan oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah, Bupati Pati, Wakil Bupati Pati, Anggota DPD dan DPR daerah pemilihan Jateng, Deputi Bidang Kemaritiman Sekretariat Kabinet, dan pejabat lainnya.
Edhy menerangkan, enam GGN yang diresmikan masing-masing berkapasitas 2.000 ton, sehingga total daya tampungnya menjadi 12.000 ton. Pembagunan GGN bertujuan memudahkan petani garam mudah dalam menyimpan hasil panen sehingga kualitas garam yang diproduksi tetap terjaga.
"Untuk para petambak garam di lapangan, ini sudah ada akses pergudangan. Diharapkan bisa menampung garam saat musim panen, sehingga kualitasnya terjaga," ungkapnya.
Dengan diresmikannya GGN di Pati, total gudang yang sudah dibangun di Jawa Tengah sebanyak sembilan unit. Tiga lainnya ada di Brebes dengan rincian dua berkapasitas 2.000 ton dan sisanya 1.000 ton. Satu lainnya ada di Rembang dengan kapasitas penyimpanan 1.000 ton.
(ind)