Corona Picu Pelemahan Ekonomi Global, Pemerintah Kucurkan Stimulus Rp10 T

Rabu, 26 Februari 2020 - 06:29 WIB
Corona Picu Pelemahan Ekonomi Global, Pemerintah Kucurkan Stimulus Rp10 T
Corona Picu Pelemahan Ekonomi Global, Pemerintah Kucurkan Stimulus Rp10 T
A A A
LONDON - Pemerintah Indonesia serius mewaspadai ancaman krisis ekonomi global akibat penyebaran wabah virus corona. Hal ini dilakukan dengan mengambil langkah strategis yang bermuara pada penguatan ekonomi domestik maupun menghadapi pelemahan ekonomi global.

Langkah dimaksud antara lain mempercepat realisasi Kartu Prakerja, penambahan nilai untuk Kartu Sembako, insentif sektor pariwisata hingga sektor perumahan dengan nilai anggaran mendekati Rp10 triliun.

Antisipasi urgen dilakukan mengingat alarm resesi dunia mulai berbunyi karena dampak virus korona mulai memukul pertumbuhan ekonomi dunia akibat terganggunya rantai pasokan dunia. Beberapa negara yang sudah merasakan kondisi ini antara lain Jepang, Jerman, Singapura, India, Malaysia, bahkan Indonesia.

Persiapan menghadapi gejolak ekonomi dunia dipimpin langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat terbatas membahas dampak virus korona terhadap Indonesia kemarin. Kepada jajarannya Jokowi meminta mereka menyiapkan seluruh instrumen, baik moneter maupun fiskal, dalam rangka memperkuat daya tahan maupun daya saing ekonomi Indonesia.

"Dari sisi moneter saya menyambut positif keputusan dari Bank Indonesia dalam menurunkan suku bunga BI rate-nya. Juga relaksasi moneter untuk mendukung pergerakan ekonomi nasional,” ujarnya di Kantor Presiden kemarin.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan, pemerintah mengambil sejumlah kebijakan untuk mengantisipasi dampak virus korona. Kebijakan dimaksud adalah mempercepat realisasi Kartu Prakerja, penambahan nilai untuk Kartu Sembako, insentif sektor pariwisata hingga sektor perumahan. "(Anggaran) mendekati Rp10 triliun," ujar Airlangga kemarin.

Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan berbagai kebijakan tersebut diambil pemerintah untuk memperkuat ekonomi Indonesia dalam rangka menghadapi risiko virus korona maupun pelemahan ekonomi dunia. Harapannya kebijakan tersebut dapat menggenjot konsumsi, investasi, dan menguatkan sektor wisata.

“Instrumen fiskal yang digunakan bersama-sama dengan instrumen moneter yang sudah Pak Gubernur BI sampaikan minggu lalu dengan penurunan suku bunga dan langkah-langkah relaksasi likuiditas,” ungkapnya. (Baca: Perlambatan Ekonomi Global Imbas Virus Corona Bisa Ganggu Investai ke RI)

Dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi riil tersebut sudah dirasakan di berbagai negara di Amerika, Asia, dan Eropa. Jepang yang bersikap hati-hati sejak awal atas kemunculan korona tak dapat menghindari dampak ekonomi yang ditimbulkan. Pergerakan saham di Jepang mengalami kemerosotan tajam akibat reaksi negatif pasar Asia terhadap dunia. Indeks Nikkei 225 turun sekitar 4,5% pada Senin (24/2).

Perusahaan Jepang yang bergantung pada rantai pasokan dunia menelan kerugian paling besar. Saham Toyota Motor turun sebesar 3,7%, sedangkan Uniqlo yang mengambil barang dari pabrik China anjlok 4,2%. Jika terus berlanjut, produk domestik bruto (PDB) Jepang akan turun pada kuartal pertama (Q1) tahun ini.

Dengan kondisi yang tak kunjung membaik, Bank of Japan (BOJ) berencana melonggarkan kebijakan moneter untuk memitigasi dampak ekonomi di tingkat nasional dan global. “Jika tidak diantisipasi, dampaknya besar, tidak hanya terhadap Jepang, tapi juga dunia,” ujar Gubernur BOJ, Haruhiko Kuroda, seperti dikutip Asahi.

Sama seperti Jepang, kekuatan ekonomi terbesar di Eropa, Jerman, juga patut cemas. Setelah terseret pabrik-pabrik yang lumpuh akibat terlilit utang, Jerman kini kembali menghadapi sentimen ekonomi. Berdasarkan Indikator ZEW, ekonom pesimistis dengan prospek pertumbuhan ekonomi Jerman pada Q1 tahun ini.

Beberapa kekuatan ekonomi menengah di Asia juga terancam terluka. Hong Kong berada di ambang resesi. Singapura juga diprediksi akan segera mengalami nasib serupa. PDB Indonesia dan Malaysia pada Q4 2019 juga masing-masing mencapai tingkat terendah dalam tiga tahun terakhir dan satu dekade terakhir.

Motor pertumbuhan ekonomi China dan India juga melambat. Ahli ekonomi dari Bank of America, Ethan Harris, mengatakan negara-negara di Asia harus siap mengantisipasi dampak wabah COVID-19 yang akan memperburuk keadaan setelah dunia dihantam perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

“Ekuitas global baru saja pulih setelah AS dan China melakukan ‘gencatan senjata’, tapi perusahaan yang bergantung pada pasokan global akan kembali menghadapi ketidakpastian,” terang Harris seperti dilansir CNN. Tapi dia meragukan kemampuan ekonomi dunia dalam menahan guncangan virus mematikan tersebut.

Perkuat Pariwisata

Presiden Jokowi menyebut pariwisata merupakan sektor yang terkena dampak adanya virus corona akibat anjloknya kunjungan wisatawan dari China. Daerah yang terdampak di antaranya Bali, Sulawesi Utara, dan Kepulauan Riau.

Karena itu dia mendorong upaya menggenjot kunjungan wisata ke daerah-daerah tersebut, di antaranya dengan memaksimalkan kegiatan Meetings, Incentives, Conferences and Exhibitions (MICE) di tiga daerah terdampak.

“Saya juga minta agar memaksimalkan kegiatan konferensi dalam negeri, MICE di daerah-daerah tersebut serta ditingkatkan promosi yang menyasar pasar wisatawan mancanegara yang sedang mencari alternatif destinasi wisata karena batal mengunjungi RRT, Korea, dan Jepang,” ungkapnya.

Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah mengalokasikan anggaran Rp298,5 miliar untuk menggenjot kunjungan wisatawan asing ke Tanah Air. Anggaran tersebut dialokasikan untuk sejumlah keperluan.

“Terdiri atas alokasi untuk airlines dan agen diberikan diskon khusus ataupun semacam insentif totalnya Rp98,5 miliar. Kemudian ada untuk anggaran promosi Rp103 miliar dan untuk kegiatan turisme sebesar Rp25 miliar. Media relation dan influencer sebanyak Rp72 miliar,” katanya di Kantor Presiden, Selasa (25/2).

Sri Mulyani mengatakan pemberian insentif ini akan diberikan per satuan wisatawan asing yang bisa dibawa ke dalam negeri untuk airlines, agen travel, untuk joint promotion, untuk tourist representative, dan untuk influencer. "Itu semuanya dalam rangka membawa wisman ke dalam negeri,” tuturnya.

Dukungan untuk airlines misalnya, pemerintah memutuskan pemberian diskon sebesar 30% untuk 25% dari jumlah kursi setiap penerbangan. Diskon tersebut diarahkan untuk pesawat yang menuju 10 destinasi pariwisata.

Ke-10 destinasi wisata yang dimaksud antara lain Danau Toba (Silangit) di Sumatra Utara, DI Yogyakarta, Malang di Jawa Timur, Manado di Sulawesi Utara. Selain itu Bali, Mandalika di NTB, Labuan Bajo di NTT, Bangka Belitung, serta Batam dan Bintan di Kepulauan Riau. Rencananya diskon ini akan mulai diberlakukan pada bulan Maret mendatang. “Jadi tiket untuk 10 destinasi pariwisata itu mendapat diskon dari pemerintah sebesar 30% dari 25 seat pesawat tersebut,” ungkapnya.

Bukan hanya itu, pemerintah pusat meminta 33 daerah yang menaungi 10 destinasi wisata tidak memungut pajak dan restoran selama enam bulan. Untuk itu pemerintah memberikan kompensasi karena pajak hotel dan restoran merupakan sumber penerimaan daerah.

“Daerah akan diberi kompensasi hibah. Kita perkirakan Rp3,3 triliun dari pajak daerah ini yang akan kita bayarkan daerah supaya daerah tidak memungut pajak hotel dan restoran yang besarnya 10%,” ungkapnya.

Sri Mulyani juga mengungkapkan akan ada Rp147,7 miliar dana alokasi khusus (DAK) fisik pariwisata yang saat ini belum mampu digunakan daerah akan dikonversi menjadi hibah ke daerah. “Sehingga daerah bisa memacu pariwisatanya dengan anggaran Rp 147,7 miliar,” tuturnya.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama mengatakan insentif sebesar Rp298,5 miliar diharapkan dapat menarik 736.000 wisatawan asing. Menurut dia, jumlah wisatawan tersebut ditargetkan dapat menghasilkan devisa sebesar Rp13 triliun.

“Kita fokuskan ke pasar-pasar lain selain China, yaitu negara seperti Australia, Eropa europe dan sebagainya yang punya spending sangat besar di Indonesia per arrival-nya atau ASPA-nya. Kurang lebih kita targetkan yang ASPA-nya di atas USD 1700 per kunjungan sehingga punya dampak ekonomi yang besar buat Indonesia,” paparnya. (Dita Angga/Muh Shamil)
(ysw)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6968 seconds (0.1#10.140)