Pemerintah Dorong Program CSR Berdampak Strategis
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meminta perusahaan di Indonesia untuk mengembangkan program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) yang berdampak strategis. CSR harus menghasilkan keuntungan bagi masyarakat dan juga bagi perusahaan tersebut.
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Karliansyah mengatakan, kegiatan CSR tidak boleh hanya sekadar membantu orang demi pemangku kepentingan. CSR juga harus memiliki tujuan strategis bagi perusahaan dalam mencapai tujuan positif bisnisnya.
Bahkan dia menilai kegiatan CSR juga memiliki tujuan etis yang dapat menghindari pelanggaran norma sosial yang seringkali menciptakan konflik antara perusahaan dan masyarakat.
"CSR seperti hanya kegiatan menghambur-hamburkan uang. Namun seharusnya menghasilkan dampak positif ke perusahaan. Strategi CSR harus membawa manfaat bagi masyarakat dan juga perusahaan tersebut," ujar Karliansyah di Jakarta, Jumat (28/2/2020).
Menurutnya keuntungan terbesar bila CSR itu benar-benar tepat sasaran adalah masyarakat di sekitar wilayah operasional perusahaan, justru akan aktif melindungi keberlangsungan perusahaan. "Ada beberapa contoh kasus justru masyarakat sekitar yang membela perusahaan saat muncul konflik. Itu karena mereka merasakan manfaatnya," ujar dia.
Dia mencatat, saat ini kontribusi korporasi terus meningkat dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Pihaknya telah mengevaluasi kegiatan CSR dari 430 perusahaan pada tahun 2018 dan sebanyak 8.474 kegiatan telah mendukung tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) yang digalakkan PBB.
"Kalau dihitung nilainya itu mencapai Rp38,9 triliun. Untuk tahun 2019 kontribusi dunia usaha mencapai Rp50,30 triliun. Ini naik 30,1% dibanding 2018," tuturnya.
Dia mengatakan, kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah sejalan dengan SDGs. Kontribusi perusahaan-perusahaan di Indonesia ini sudah disampaikan pemerintah di forum UN Climate Change Conference di Polandia tahun 2018 dan di Spanyol tahun 2019.
"Perusahaan dengan inovasi sosial yang paling cerdas kami berikan eksposur. Ini diapresiasi dunia karena di Indonesia sudah ada kolaborasi antara pemerintah, swasta dan masyarakat untuk menjawab masalah global dan dilakukan secara lokal," ujarnya.
Founder & CEO Iconomics Bram S Putro mengatakan saat ini penilaian efektivitas kegiatan CSR bukan hanya sekadar berapa besar pendanaan, luas wilayah, jumlah penerima, atau kajian efektivitas fisik. "Tetapi juga dari sisi persepsi masyarakat umum," ujarnya.
Karena itu dia berharap perusahaan di Indonesia dapat semakin melibatkan masyarakat dalam proses produksi maupun operasional perusahaan. Bentuk kegiatan CSR bervariasi, dan biasanya menyesuaikan dengan bisnis masing-masing perusahaan.
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Karliansyah mengatakan, kegiatan CSR tidak boleh hanya sekadar membantu orang demi pemangku kepentingan. CSR juga harus memiliki tujuan strategis bagi perusahaan dalam mencapai tujuan positif bisnisnya.
Bahkan dia menilai kegiatan CSR juga memiliki tujuan etis yang dapat menghindari pelanggaran norma sosial yang seringkali menciptakan konflik antara perusahaan dan masyarakat.
"CSR seperti hanya kegiatan menghambur-hamburkan uang. Namun seharusnya menghasilkan dampak positif ke perusahaan. Strategi CSR harus membawa manfaat bagi masyarakat dan juga perusahaan tersebut," ujar Karliansyah di Jakarta, Jumat (28/2/2020).
Menurutnya keuntungan terbesar bila CSR itu benar-benar tepat sasaran adalah masyarakat di sekitar wilayah operasional perusahaan, justru akan aktif melindungi keberlangsungan perusahaan. "Ada beberapa contoh kasus justru masyarakat sekitar yang membela perusahaan saat muncul konflik. Itu karena mereka merasakan manfaatnya," ujar dia.
Dia mencatat, saat ini kontribusi korporasi terus meningkat dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Pihaknya telah mengevaluasi kegiatan CSR dari 430 perusahaan pada tahun 2018 dan sebanyak 8.474 kegiatan telah mendukung tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) yang digalakkan PBB.
"Kalau dihitung nilainya itu mencapai Rp38,9 triliun. Untuk tahun 2019 kontribusi dunia usaha mencapai Rp50,30 triliun. Ini naik 30,1% dibanding 2018," tuturnya.
Dia mengatakan, kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah sejalan dengan SDGs. Kontribusi perusahaan-perusahaan di Indonesia ini sudah disampaikan pemerintah di forum UN Climate Change Conference di Polandia tahun 2018 dan di Spanyol tahun 2019.
"Perusahaan dengan inovasi sosial yang paling cerdas kami berikan eksposur. Ini diapresiasi dunia karena di Indonesia sudah ada kolaborasi antara pemerintah, swasta dan masyarakat untuk menjawab masalah global dan dilakukan secara lokal," ujarnya.
Founder & CEO Iconomics Bram S Putro mengatakan saat ini penilaian efektivitas kegiatan CSR bukan hanya sekadar berapa besar pendanaan, luas wilayah, jumlah penerima, atau kajian efektivitas fisik. "Tetapi juga dari sisi persepsi masyarakat umum," ujarnya.
Karena itu dia berharap perusahaan di Indonesia dapat semakin melibatkan masyarakat dalam proses produksi maupun operasional perusahaan. Bentuk kegiatan CSR bervariasi, dan biasanya menyesuaikan dengan bisnis masing-masing perusahaan.
(fjo)