HKTI: Manajemen stok bawang merah nasional kacau

Sabtu, 16 Maret 2013 - 14:03 WIB
HKTI: Manajemen stok...
HKTI: Manajemen stok bawang merah nasional kacau
A A A
Sindonews.com - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menilai, pengaturan stok bawang merah nasional sangat kacau. Hal ini yang menyebabkan stok komoditi ini mengalami kekurangan, sehingga pada Januari sampai Maret harus impor dan pasokan terlalu melimpah pada bulan-bulan berikutnya.

Saat ini, produksi bawang merah di dalam negeri telah menyentuh angka satu juta ton per tahun, sementara kebutuhan hanya sekitar 660 ribu ton per tahun. Namun, Indonesia masih mengimpor kurang lebih 30 ribu ton bawang merah per tahun akibat kekurangan pasokan pada periode Januari-Maret.

Akibat mismanajemen stok bawang merah ini, harga bawang merah di dalam negeri saat ini meroket hingga 300 persen hanya dalam waktu tiga minggu.

"Harusnya ketika kita surplus dari Juni sampai Desember, diatur stok disimpan. Ketika musim berkurang, itu bisa dipakai, ini manajemen stok," kata Sekretaris Jenderal HKTI, Fadli Zon usai acara Polemik Sindo Radio di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (16/3/2013).

Menurut dia, sebenarnya Indonesia memiliki fasilitas penyimpanan bawang merah yang cukup memadai. Fadli menyebut gudang-gudang milik Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) yang seharusnya bisa dipakai untuk menyimpan surplus stok bawang merah di masa panen raya. Artinya, permasalahan utama terletak pada manajemen stok. "Fasilitas ada, Bulog harusnya bisa," tukasnya.

Sebelumnya diberitakan, para produsen bawang merah yang tergabung dalam Dewan Bawang Merah Nasional menilai, melejitnya harga bawang merah dalam dua minggu terakhir, disebabkan beberapa hal. Diantaranya, karena buruknya penanganan pascapanen.

"Kita sangat melimpah saat musim panen bawang. Namun saat musim hujan, kita mulai kekurangan bawang merah, karena musin hujan, bukan musim yang baik menanam bawang merah," kata Ketua Dewan Bawang Merah Nasional, Sunarto Atmo Taryono beberapa waktu lalu.

Seperti halnya Bulog yang mempunyai gudang penyimpanan beras, seharunya pemerintah juga mempunyai gudang pendingin untuk menyimpan bawang merah. "Tetapi Menteri Pertanian berdalih, tidak ada anggaran dari APBN untuk itu," lanjut Sunarto.

Untuk gudang penyimpanan (cold storage) berukuran kecil kapasitas lima ribu ton, Sunarto mengistimasikan dana sebesar Rp10 miliar sampai Rp15 miliar untuk membuat gudang tersebut.

"Kami juga tidak mau membebani kepada APBN. Yang kami butuhkan adalah regulasi, agar kami bisa merangkul perbankan, untuk mewujudkan itu. Jika cold storage itu ada, saya yakin kita tidak akan kekurangan bawang merah seperti saat ini, karena kita punya stok yang bisa dikeluarkan kapan saja. Dengan begitu harga terkontrol," jelas Sunarto.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6560 seconds (0.1#10.140)